hujan

selalu ingin berbagi dengan anda semua

Minggu, 04 November 2012

Benar!!! Aku Mencintaimu....






Benar !!! Aku Mencintaimu.
 
Karya:  Andini Zahra Adystia

Seminggu lagi adalah hari ulang tahun kekasihku Diandra. Seorang gadis blesteran jerman jawa,sosok yang ramah, pandai dan agresif.  Aku bertemu dengannya saat aku menjadi panitia ospek dikampusku, dan Diandra adalah mahasiswi baru.

                Saat itu, sore tak begitu ramah. Hujan membuatku harus duduk menuggu di depan kelas. Ku perhatikan pohon yang berada didepan jangkauan mataku, dan  terus ku perhatikan gerak daun yang perlahan jatuh ketanah dikarenakan air hujan yang sangat deras, Aku mulai membuat persamaan, jika air yang begitu lembut dan bahkan tak terlihat dapat membuat daun terjatuh maka tak jauh beda dengan cinta, cinta tak dapat kita lihat namun siapa saja dapat terjatuh karena cinta. “ah.. moga ku tak jatuh cinta lagi” kataku lirih. 

“kenapa??” tanya Diandra dengan tatapan tajam, membuatku terkejut dan sedikit gugup, 

“tak apa – apa” jawabku singkat bergegas meninggalkannya. 

“tunggu...!” sahut Diandra dan menarik tanganku, membuatku terduduk lagi. 

“Ada apa?” tanyaku singkat.  

“Kamu ka’ Dio kan?? “ tanya Diandra

“iya. Aku yang jadi panitia ospek tadi...!” jawabku datar.

“Aku dari tadi memperhatikan kakak yang sedang melamun..” 

“kamu dari tadi disampingku?” tanyaku dengan nada seidkit terkejut.

“e’em” jawab Diandra menggangguk

“so Lame....” kataku lirih

“kamu terlihat sangat tampan saat mengatakan itu kak!” sahut Diandra sambil tersenyum, 

(“OMG.. ini cewek buat jantungku berlari saja!”) kataku dalam hati sambil melihat kearah Diandra.

“sudahlah ka’ tak perlu kaget denganku... , ka’ aku pulang dulu hujannya sudah reda! Kelihatannya kakak masih ingin melihat nasib daun lebih lanjut..” kata Diandra bergegas pergi sambil tersenyum.

                Semenjak percakapan kecil itu, kami menjadi dekat. Tak hanya sekali atau dua kali Diandra membuatku terkejut oleh tingkah lakunya, kepercayaan diri yang sangat tinggi. Apalagi ketika aku dan Diandra berada di kantin kampus. Aku memandangi wajahnya, dan terpesona dengan senyum manis bibirnya. “kakak sepertinya kamu tidak bisa berkedip?”  kata Diandra dengan mendekatkan matanya ke mataku seolah memperhatikan bentuk mataku.  Aku yang tak sebegitu bisa mengekspresikan diri dalam soal perasaan, menjadi gugup dan salah tingkah. “ kakak, kehadiranmu dalam hidupku, membuat aku mengagumi semua aktifitasmu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu tak mengagumiku?” kata Diandra tanpa menatapku sambil mengerjakan tugasnya. Aku sangat bersyukur kepada tuhan, Entah apa jadinya jika Diandra menatap mataku, jantungku pasti sudah copot. “ Ah jangan mengagumiku. Tak ada yang pantas dikagumi dari diriku!” kataku dengan tertawa. “ Baiklah... lalu bagaimana dengan pertanyaanku?”  kata Diandra masih dengan mengerjakan tugasnya.  Tiba – tiba Andre memanggil dan mengajakku ke kelas.“eh.. Aku masuk dulu ya?!” kataku bergegas pergi. Lagi – lagi ku berterimakasih kepada tuhan, karna aku tak perlu menjawab pertanyaan Diandra yang jelas melumpuhkanku. “iya kak!” jawab Diandra singkat.

                Didalam kelas, seperti biasa Aku dan Andre menggoda Nina, ya Nina adalah seorang gadis yang menurut kami paling asyik kalau digoda. “Nina sayang..! sudah sarapan?” tanyaku setengah berteriak dan berjalan menghampirinya. “Apa’an ce kamu!” jawab Nina jutek. “ haduh.. Koq jutek amet siech, nanti cantiknya hilang loh?!” sahut Andre. “ ah tidaak, bagiku... bagaimanapun ekspresimu. kamu tetap cantik sayang ...dan kecantikanmu tak akan pernah hilang!” kataku dengan tersenyum. Terlihat Nina hanya tersenyum. Dan ku melihat cermin milik Nina yang menghadap kearah jendela. (“ Diandra? Jangan – jangan dia sudah dari tadi berada disitu?” ) kataku dalam hati. 

                Waktu terus berlari tanpa bisa kuhentikan, Aku tahu bahwa Diandra menyukaiku. Dia tertawa dan tersenyum ketika tahu aku sering menggoda teman – teman sekelasku terutama wanita. Dan aku tahu itu semua simbol dari kecemburuan bukan kebahagiaan. Tapi aku merasa semua belum waktunya jika aku harus membalas cintanya. Entah mengapa tiap kali Diandra mencoba mengekspresikan perasaannya aku hanya menghidupkan suasana canda tawa. Hingga tepat pada malam itu. Aku merasakan sesuatu yang hilang. Diandra menjauhiku, oh tuhan aku tak mau menyakitinya. Aku tak mau dia pergi dariku. Tapi aku masih ragu, apakah aku benar – benar mencintainya?

“Aku sudah lelah ka’. Katakan sesuatu.. agarku tahu apa yang harus ku lakukan!” kata Diandra sedikit emosi. 

Aku bingung harus menjawab apa, Aku hanya diam. 

“ ka’ Aku menyukaimu... Aku sayang ma kamu... tapi kamu hanya menganggap semuanya bercanda...  ka’ aku tuch cewek... sampai kapan kamu biarkan aku terus mengejarmu?”  kata Diandra semakin emosi.  

“ Aku menyukaimu Diandra, tapi aku masih ragu.... Aku masih mencari kepastian.” Kataku tak tega melihat air mata membasahi pipi Diandra.

“Baiklah ka’, Aku tahu...!” kata Diandra dan bergegas pergi.

“Tahu apa?” tanya ku dengan suara keras. Menghentikan langkah Diandra

“Tahu... kalau kamu gag mencintaiku”  jawab Diandra berteriak dan pergi meninggalkanku.

Aku membiarkan Diandra pergi.... Aku sungguh masih ragu dengan semua ini.

                Keesokannya, Aku benar – benar merasa kehilangan sesuatu yang paling berharga, rasanya hampa. Aku merasa bersalah kepada Diandra, Aku gag bisa kalau tak melihat senyumannya . Tapi aku tak mempunyai keberanian tuk menyapanya meskipun hanya lewat sms. Ah sepertinya aku laki – laki paling payah sedunia. Saat malam menyapa... Hp ku berdering tanda sms masuk. OMG, dari Diandra “ka’ Aku sudah terbiasa dengan hadirmu, hari ini rasanya hampa. Ma’afkan aku yang terlalu egois” sungguh tak ku duga Diandra akan mengirim pesan kepadaku ... huft Diandra kamu sungguh luar biasa buatku. Aku sadar..... Diandralah pemilik hatiku.

                Ke esokannya saat dikampus, Aku bertemu dengan Diandra. Dan aku bilang padanya jika Aku mencintainya, sungguh dia tak percaya, dia takut aku hanya kasihan padanya. Aku menjelaskan sebisanya, jika hanya dia wanita yang mampu membuatku merasa istimewa, mampu membuatku ketawa, dan hanya dia satu – satunya milikku. 

                Sempurna dia telah menjadi milikku, aku merasa sangat bahagia. Namun sudah pada dasarnya aku tak sebegitu bisa mengekspresikan perasaanku. Kalau aku benar – benar mencintainya. Diandra merasa tidak puas dengan sikapku yang satu ini. Akupun berusaha mengimbanginya, tetap saja dirasa semua percuma. Ah aku benar – benar payah!. Aku tak bisa seagresif dia,  hingga suatu ketika.... aku membaca blognya, aku merasa sedih karena disitu tertulis jelas bahwa dia menganggap aku tak sepenuhnya menyayanginya, akupun mengatakan kepadanya bahwa sepenuhnya hatiku mencintainya. Diandra tersenyum, dia meminta ma’af padaku atas unsur kesengajaannya menulis seperti itu di blognya karna dia ingin aku bisa meyakinkannya, dan itu salah satu caranya. Aku menjadi merasa bersalah, aku tak bisa meyakinkan kepada Diandra tentang perasaanku padanya.

 waktu berdetak lebih cepat dari jantungku, sekarang Diandra dihadapanku,

                ************Bersambung************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

blogwalking..