hujan

selalu ingin berbagi dengan anda semua

Jumat, 23 November 2012

Aku Pergi ke Surga




Aku Pergi  ke Surga

Karya: Andini Zahra Adystia

 Hari ini hari senin waktunya untuk siswa – siswi upacara, khususnya sekolah MAN Idhar Haqiqi Surabaya. Tetapi sepertinya tidak akan ada upacara, karena  halaman tak beratap  membiarkan hujan menari – menari diatas rerumputan yang tertidur. Semua warga sekolah hanya terpaku melihat ke arah halaman seakan sedang menonton peperangan antara belanda dan pribumi ratusan tahun yang lalu.

                Aisyah siswi kelas XII – IPA.A berjalan menyusuri tiap persegi lantai yang mengantarkannya menuju ruang kepala sekolah, saat berada didepan pintu, Aisyah mengetuk dan mengucapkan salam. Ibu Khodijah yang mendengar mempersilahkan Aisyah masuk,
“ Ada apa Aisyah?” tanya Ibu Khodijah
“ Ma’af ibu, Apakah tidak sebaiknya upacara tetap berjalan?” Tanya Aisyah tanpa basa basi
  Tetapi Aisyah, kamu tahukan di luar hujan!” jawab Ibu Khodijah dengan tersenyum
“ Iya,bu tapi saya rasa gedung serba guna cukup luas untuk dijadikan tempat upacara!” Kata Aisyah meyakinkan
“Hem... benar juga katamu, tapi bagaimana dengan tiang bendera nya Aisyah?”
“ kita gunakan saja tiang bendera yang sudah ada di GSG!, meskipun tidak setinggi tiang yang berada di halaman tetapi kan, masih bisa digunakan bu?!” kata Aisyah berusaha meyakinkan seakan upacara hari ini adalah upacara terakhir baginya.
“ Baiklah...!” kata ibu Khodijah menyetujui

                Semua warga sekolah menuju GSG (Gedung Serba Guna) dan osis menyiapkan segala keperluan, satu jam telah terlewati semuanya telah siap, upacara berjalan seperti biasa namun gemercik air hujan membuat suasana seakan mencekam mengingatkan kepada semua yang mengikuti upacara betapa dahsyatnya perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita. Tak ada suara selain suara hujan dan petugas upacara.  

Aisyah mulai merasa pusing, tubuhnya terasa sangat lemas, sebisa mungkin dia menahannya agar tak jatuh pingsan. “ Kepada sang merah putih, hormaaat grak!!!” kata pemimpin upacara dengan nada lantang dan tegas. Seluruhnya tanpa terkecuali memberi hormat kepada sang merah putih, sang merah putih yang melambangkan keberanian yang suci bangsa Indonesia. Begitu juga dengan Aisyah, dia memberi hormat dan saat tatapan matanya tertuju kepada bendera pandangannya mulai kabur dan perlahan gelap.

Aisyah terbangun disaat upacara telah selesai bahkan waktu telah menunjukkan senja, adzan magribpun terdengar menghiasi tiap rusuk ruang bumi.
“Aisyah dimana bunda?” tanya Aisyah kepada ibunya.
 “Aisyah dirumah sakit sayang” jawab ibu Sara dengan tersenyum.
 “Aisyah kenapa bunda?” tanya Aisyah lagi.
“ Aisyah hanya terlalu capek sayang...! Ayo sekarang sholat, sekalian qodho’ sholat duhur dan ashar mu!” jawab ibu sara dengan mengusap kening Aisyah yang sedikit berkeringat.
“iya bunda....!” jawab Aisyah
Aisyah dan ibunya berjama’ah sholat magrib. Aisyah tidak mengerti mengapa dia sering jatuh pingsan. Ibu Sara memang tidak memberi tahu Aisyah apabila sebenarnya Aisyah mengidap kanker sel darah putih. Penyakit itu membuat Aisyah semakin hari semakin lemah dan lumpuh. Semangat hidup Aisyah yang begitu bergejolak membuat orang lain tak akan pernah menyangka Aisyah sedang sakit.

Dirumah sakit Aisyah hanya disuntik vitamin, dan langsung boleh pulang ke rumah. Saat perjalanan pulang Aisyah menerima pesan dari Fahri ketua Sekbid Kesehatan:
“Aisyah, bagaimana keadaanmu? Semoga Allah selalu memberikan rahmatnya. Oh, ya Aisyah besok jam 09.00 osis akan mengadakan baksos seperti yang telah dirapatkan kemarin lusa. Jika besok kamu masuk jangan lupa hasil rapat kemarin dibawa. Kalau kamu tidak masuk, besok pagi Aku akan kerumahmu. “
Secepat mungkin Aisyah membalas:
“iya... terima kasih fahri sudah mengingatkan, InsyaAllah saya masuk!”
                “sayang, sms dari siapa?” tanya ibu Sara
                “dari Fahri. Teman osis Aisyah bunda..!” jawab Aisyah dengan tersenyum.
                “ Ingat loh sayang, kamu jangan terlalu capek. Apa tidak bisa kamu tidak ikut organanisasi?”
                “ ayolah bunda.... mengikuti organisasi itu menyenangkan, bahkan besok osis mengadakan baksos. Seingat Aisyah sich.. tujuan kami mau ke rumah Cinta Kasih” kata Aisyah merayu
                “ iya sudahlah terserah kamu....” jawab ibu Sara singkat

Ke esokannya.....

 Seperti biasa setelah sholat subuh Aisyah bersiap – siap ke sekolah, Aisyah berangkat diantar oleh sopir pribadi bundanya. Selama perjalanan menuju sekolah Aisyah menggunakan waktunya untuk membaca Alquran. Sekolah Aisyah memang cukup jauh, terlebih lagi padatnya volume kendaraan yang menuju MAN Idhar Haqiqi Surabaya, menambah durasi perjalanan Aisyah untuk sampai di sekolah tepat waktu.

Aisyah adalah sosok yang baik hati, ramah dan ringan tangan. Tak heran jika semua orang yang mengenalnya menaruh simpati padanya, terlebih senyuman yang tak pernah lupa ia pancarkan membuat semua orang syahdu memandangnya.

Hari ini baksos berjalan dengan lancar, membuat Aisyah dan teman – temannya lebih bersyukur atas ni’mat yang Allah berikan. Namun Aisyah merasa ada sesuatu yang kurang, iya.. Atiqoh, Sahabat yang selalu menemani Aisyah kemana saja dia pergi, begitupun sebaliknya. “Dimana Atiqoh??? Apakah hari ini dia tidak masuk?” katanya dalam hati. Aisyah mencoba mencari Atiqoh di perpustakaan tetapi tidak ada, di kantin juga tidak ada. Aisyah pun menyakan kepada Fahmi sepupu Atiqoh yang juga satu sekolah dengannya.
“ Assalammualaikum, Fahmi..!” sapa Aisyah
  Wa’alaikum salam. Ada apa Aisyah?” tanya Fahmi
  Apa kamu tahu dimana Atiqoh?” tanya Aisyah gelisah
 Atiqoh mungkin di rumah!” jawab Fahmi singkat
“ oh.. ya sudah sukron!” jawab Aisyah datar
                Aisyah merasa tidak puas dengan jawaban Fahmi, dan Aisyah memilih menyudahi percakapannya dengan Fahmi. 

                Dirumah Aisyah hanya bersama dengan para pembantunya, Bundanya bekerja, sekitar jam 7 malam baru pulang kerumah, sedangkan ayah Aisyah sedang bertugas di luar kota. Saat Aisyah berada didepan layar lapy-nya Aisyah teringat kepada Atiqoh. Dia pun segera menelfon Atiqoh.
                “ Assalammualaikum Atiqoh!!!” sapa Aisyah
                “ Wa’alaikum salam Aisyah!” jawab Atiqoh dengan nada lemas
                “ kamu kenapa ukhti?” tanya Aisyah khawatir
                Tak ada jawaban dari Atiqoh, hanya terdengar isak tangis yang perlahan terdengar semakin jelas ditelinga Aisyah.
                “ Atiqoh... Apa kamu baik – baik saja?? Jawab Atiqoh!! Ada apa??!! Kata Aisyah semakin khawatir.
                “ A...A...Aisyah...! tolong Aku...!” Jawab Atiqoh ditengah isak tangisnya
                “ Aku akan segera kerumahmu..!” sahut Aisyah
                  Jangan Atiqoh.... aku saja yang kerumahmu..!” kata Atiqoh mencoba melarang Aisyah
                “ Baiklah, akan ku suruh sopir bunda menjemputmu!” jawab Aisyah
                “ iya Aisyah, Terima kasih..! Assalammualaikum!”  kata Atiqoh
                “ Wa’alaikumsalam !” jawab Aisyah lalu menutup telfonnya

                Aisyah segera meminta tolong  pak Qosim menjemput Atiqoh , 15 menit berlalu, Aisyah yang sejak tadi menunggu Atiqoh di ruang tamu langsung memeluk Atiqoh begitu sahabatnya masuk ruang tamu. Aisyah segera mengajak Atiqoh kekamarnya dan meminta tolong bibi Surti membuatkan minum untuk Atiqoh. 

                Atiqoh masih menangis, dia belum bisa berkata apa – apa kepada Asiyah. Namun Aisyah sabar menunggu dan berusaha membuatnya tenang. Setelah Atiqoh tenang, Atiqoh menceritakan semuanya kepada Aisyah. Jika perusahaan yang dikelola ayahnya bangkrut dan membuat Atiqoh sekeluarga angkat kaki dari rumah karena di segel oleh bank. Aisyah terdiam dan mencoba memikirkan sesuatu, Asiyah teringat dengan rumah kontrakkan yang belum berpenghuni di belakang rumah. Aisyah tahu sifat Atiqoh yang tidak suka di kasihani. Aisyahpun menawarkannya kepada Atiqoh dengan harga yang sangat rendah. Atiqoh menyetujuinya. Namun ada hal lain lagi, yaitu biaya sekolah 5 bulan kedepan sebelum kelulusan. Aisyah lagi – lagi terdiam, Diapun mengatakan kepada Atiqoh bahwasannya semua akan baik – baik saja, dan Atiqoh tetap bersekolah seperti biasanya. Atiqoh merasa lega dan pulang dengan rasa bahagia.

                Aisyah menghampiri bundanya yang baru saja beristirahat didalam kamar, Aisyah menceritakan semua tentang Atiqoh dan meminta ma’af karena tidak izin terlebih dahulu menyewakan rumah yang berada di belakang rumahnya dengan harga rendah. Ibu Sara hanya tersenyum dan berkata “ Sungguh mulia hatimu sayang, bunda bangga mempunyai putri seperti Aisyah!”. 

                Pagi ini Aisyah sekolah seperti biasa, namun Atiqoh masih belum kelihatan juga, mungkin siap – siap untuk pindah. Aisyah melakukan konseling dengan guru psikolog yang berada di sekolah. Aisyah merasa lega dan tidak ragu untuk merekap data Atiqoh selama bersekolah di MAN Idhar Haqiqi.  Aisyah mengajukan beasiswa penuh kepada sekolah dan juga perusahaan ayahnya. Selama seminggu Aisyah berusaha dan terus berusaha. Semuanya tidak terlalu sulit karena Atiqoh termasuk siswi yang cerdas. Perjuangan Aisyah tidak sia – sia, beasiswa sudah berlaku bulan depan. Asiyah langsung memberi tahu Atiqoh. Atiqoh sangat berterima kasih kepada Aisyah. 

                2 bulan telah berlalu, selama itu juga Atiqoh dan Aisyah berangkat sekolah bersama, belajar bersama, dan bermain bersama. Saat selesai mengerjakan tugas, Aisyah bertanya kepada Atiqoh.
  Atiqoh... apabila aku mati, aku masuk neraka atau surga ya?”
“ surga pastinya...!” jawab Atiqoh
“ Amiiiin.... tapi apa aku pantas berada disurga?” tanya Aisyah lagi
“ sangat pantas Aisyah...! kamu tak pernah melukai hati orang lain, kamu juga selalu taat dengan perintah Allah” kata Atiqoh meyakinkan
“Jadi... aku akan pergi ke surga..!” kata Aisyah dengan tersenyum
“ hey.. kamu kenapa Aisyah? Bukankah waktu kita untuk bersama masih lama?” tanya Atiqoh
“ iya.. Atiqoh” jawab Aisyah datar.

                Tak sengaja Ibu Sara mendengar percakapan Aisyah dan Atiqoh. Tanpa sadar air mata menetes membasahi pipinya, dalam benaknya “Apakah Aisyah sudah merasa sangat dekat dengan kematian? Oh Tuhan jangan dulu kau ambil amanahmu yang satu ini dariku... Sungguh aku masih ingin melihatnya tumbuh menjadi sosok yang dewasa” .

                Bumi terus berotasi mengganti hari demi hari... Bumi terus berevolusi mengganti bulan demi bulan. Tak dapat di tutupi lagi, Aisyah yang mengidap kanker semakin hari semakin tak berdaya. Kini kakinya lumpuh, namun hal itu tidak membuatnya lemah. Aisyah tetap berangkat sekolah meskipun menggunakan kursi roda.
“ Atiqoh... apakah kamu tidak bosan terus menerus membantu aku seperti ini?” tanya Aisyah
“ tidak Aisyah.. Aku tidak akan pernah bosan!” jawab Atiqoh terharu
“Allah yang akan membalas kebaikanmu Atiqoh” kata Aisyah
                Atiqoh dan juga teman – teman yang lain senantiasa membantu Aisyah terutama ketika harus naik turun tangga saat memasuki pintu utama sekolah.

                Ah.... sungguh waktu terus berlari. UNAS sudah didepan mata, Aisyah dan siswa siswi yang lain berdoa bersama sebelum mengerjakan soal UNAS.  Aisyah masih saja tetap tersenyum. Dia sangat bersemangat meskipun dalam kondisi sakit. Ujian berjalan dengan lancar, Selama menunggu hasil pengumuman kelulusan Aisyah dan Atiqoh menghabiskan waktu bersama dengan mengaji bersama, membaca novel, dan juga mencari informasi – informasi tentang perguruan tinggi.

 Saat Atiqoh sibuk membaca novel begitu pula dengan Aisyah. Tiba – tiba Aisyah bertanya kepada Atiqoh.
  Atiqoh... Apabila aku mati. Aku masuk surga atau neraka ya?
“ surga, Aisyah..!” jawab Atiqoh,  masih dengan membaca novel yang dipegangnya
“ Amin....! tetapi, apa pantas Aku masuk surga?” tanya Aisyah lagi
“ Sangat pantas Aisyah...!” jawab Atiqoh tegas
“mengapa?” tanya Aisyah
“ kamu sangat baik. Dan taat beribadah Aisyah!” jawab Atiqoh dengan meletakkan novel yang dibacanya tadi.
“ Bukankah aku sudah berbulan – bulan merepotkanmu? Bahkan semua orang yang ada disekitarku? Bukankah ibadahku juga sudah tidak sempurna Atiqoh?” tanya Aisyah dengan nada tinggi sembari matanya berkaca – kaca.
“Tidak Aisyah! Aku dan semuanya tidak merasa direpotkan. Dan ibadahmu sangatlah sempurna..!” tutur Atiqoh.
“ ah.. kau hanya menghiburku ukhti.” Kata Aisyah sedih.
 Hari kelulusan tiba, Alhamdulillah....  siswa siswi MAN Idhar Haqiqi lulus 100%. Semuanya merasa sangat senang, Aisyah sangat senang begitu juga dengan Atiqoh. Atiqohpun mengajak Aisyah makan bakso bersama di tempat biasa mereka makan. Mereka juga ke taman sekolah untuk berfoto – foto bersama teman – teman yang lainnya. 

Senja menyapa, langit begitu merah angin berjalan tertatih – tatih, seakan mengikuti langkah Aisyah yang menuju mushola rumah untuk sholat magrib berjama’ah bersama keluarganya dan juga keluarga Atiqoh yang memang di undang Ibu sara untuk sholat bersama dan makan malam. Sholat magrib kali ini terasa sangat syahdu, Rokaat demi rokaat, sujud demi sujud terasa mendebarkan untuk Atiqoh yang berada disamping Aisyah. Sujud di rokaat ketiga Aisyah tak lagi bernyawa. Salam terakhir Atiqoh langsung memeluk Aisyah, suasana menjadi haru. Tangisan Atiqoh dan Ibu sara seakan mengubah senja yang begitu cerah menjadi kelabu. 

“kamu pergi ke surga Aisyah... ke surga Aisyah... sungguh aku tak ridho jika kamu disiksa. Kamu sangat baik, kamu sangat rajin beribadah Aisyah. Sungguh Alquran yang setiap hari kamu baca akan menjagamu Aisyah” kata Atiqoh dengan tersedu – sedu. Semuanya terdiam mendengar kata demi kata yang terucap dari Atiqoh. Atiqoh pun menceritakan bagaimana gelisah nya Aisyah tak dapat menyentuh surga.

2 komentar:

  1. wow bnyak sekali..
    bagus2 ,,,
    hembb lainkali q akan membacanya lebih lanjutt....:)
    maaf kie cepet2...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha kapan kamu akan membacanya secara seksama? :)

      Hapus

blogwalking..