hujan

selalu ingin berbagi dengan anda semua

Kamis, 19 Juni 2014

Munafiknya Diriku


By: Cakombes

Munafiknya Diriku...

Aku yang mengaku islam dan iman..
namun tetap tunduk oleh nafsu.

Aku yang tak pernah meninggalkan sholat.
namun tetap menjalankan maksiat.

Munafiknya Diriku...

Aku yang menyerukan kebaikan..
Namun tetap melakukan keburukan...

Aku yang memakai hijab...
Namun hatiku tak berhijab.

Munafiknya Diriku.....

Pagi hari ku lupa tuhanku,
Yang maha melihat dan mengetahui.

Malam hari ku tersedu – sedu,
Memohon ampunan pada Tuhanku.

Munafiknya Diriku...

Menginginkan kebaikan...
Di tengah lembah hitam.

Dosa yang ku buat seperti matematika.
Ingin masuk surga kelakuan ahli neraka

Munafiknya Diriku...
Ingin bertaubat...
Namun diam ditempat.

»»  To Be Continue...

Selasa, 17 Juni 2014

Ku Campurkan Dosa kedalam Cinta




By: Cakombes

Ku campurkan dosa kedalam cinta. Begitulah kurang lebihnya yang sedang ku rasakan....

Ke inginanku membangun sebuah rumah tangga yang sakinah, adalah sebuah kemuliaan dimata tuhan, namun proses untuk menuju itu adalah perjalanan yang sulit. Setiap detik aku bahagia memandanginya sedetik setelah itu juga aku merasa berdosa. Akan ku samakan diriku dengan seseorang yang sedang berpuasa, dan ingin segera berbuka. Ya seperti itulah aku, aku belum pernah merasakan cinta, dan ketika itu datang ku ingin cinta yang terbingkai dalam kehalalan. Bukan seperti seseorang yang tak berpuasa, yang lebih banyak memakan makanan ringan hingga menunda – nunda untuk memakan makanan utama (Pernikahan).

Namun, ada banyak faktor yang membuat keinginanku tak cepat terealisasikan. Ya faktor karena aku dan dia sebaya, aku dan dia sedang kuliah, aku dan dia belum punya penghasilan tetap, aku dan dia mungkin masih belum cukup dewasa saat menyikapi sebuah masalah. Ya tetapi kami saling mencinta. Lalu apakah hal – hal itu PANTAS untuk menunda sebuah PERNIKAHAN???? .  Ataukah aku yang terlalu sempit mengartikan sebuah pernikahan, hingga semudah itu aku menginginkannya diusia muda?.

Sekarang aku mencintainya dan dia juga mencintaiku, aku tidak ingin kehilangannya, namun aku juga tidak ingin dia masuk kedalam jurang dosa. Baginya aku lebih mengerti tentang bagaimana beragama itu... Disisi lain aku juga manusia biasa yang penuh dengan nafsu.  Entahlah, apa yang terjadi padaku. Aku mencintainya sehingga ku ingin selalu ada didekatnya, ATAU aku bernafsu padanya sehingga kuingin selalu ada didekatnya? .

Gejolak – gejolak dalam hati semakin besar. Ada suara yang tegas berbisik padaku. Ini adalah sebuah kesalahan, ini seharusnya tak kamu lakukan.Dia belum halal untukmu.  Dan aku menjawabnya, aku mencintainya, aku selalu ingin bersamanya dan dialah yang akan menikah denganku. Lalu aku harus bagaimana?. Percakapan singkat berakhir begitu saja hingga ku menambahi dengan doa.....
“Tuhan izinkan aku secepatnya menikah dengannya. Sungguh aku masih ingin mencapai ridhoMu. Tuhan... aku tak kan mampu berjalan dengan rasa bersalah. Tuhan... aku juga tak ingin menyakiti hatinya dengan memaksanya menikahiku, atau memilih jauh darinya sebelum semuanya halal”

keadaan yang sangat sulit. Atau aku sendiri yang mempersulit keadaan?
 Apakah aku tetap mencintainya seperti ini? Bersama istighfar ku setiap hari ?
sungguh aku merasa sedang membuat hidangan yang kucampurkan racun dan penawar didalamnya. Tanpa ku ketahui manakah yang lebih besar kadarnya?? Racun atau penawar?

»»  To Be Continue...
blogwalking..