hujan

selalu ingin berbagi dengan anda semua

Rabu, 05 September 2012

SEMANGATKU MENGGAPAI IMPIAN



SEMANGATKU MENGGAPAI IMPIAN

Karya: Andini Zahra Adystia

Rio seorang pengusaha muda yang sangat sukses  lulusan Sarjana Ekonomi di UI. Dia mampu menggandeng 1000 distributor dan juga 10 negara pemasok dari hasil produksinya.  Sungguh sesuatu yang mampu membuat kita berkata “wooww”. Pasti kalian berfikir.  Mengapa bisa begitu??? . Ah, mungkin Dia anak orang kaya yang hanya meneruskan bisnis orang tuanya, atau mungkin Dia seseorang yang terlahir dengan IQ superior?? Tetapi fakta kehidupan mengatakan sebaliknya, dia  anak yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu, namun semangatnya begitu besar hingga dapat merubah mimpi menjadi kenyataan.
Saat duduk dibangku sekolah dasar, Rio bukan tergolong anak yang pandai dalam mata pelajaran, hanya saja dia tidak pernah bolos. Meskipun sakit, dia tetap masuk. Dia tergolong anak yang baik, murah senyum, dan pema’af.
Suatu ketika, saat Rio berjalan menyusuri jalan setapak yang selalu dilewati untuk sampai ke sekolah, Terlihat beberapa anak berlari mendahului dan menabraknya, mereka adalah anak – anak yang selalu memandang  Rio dengan sebelah mata , “ auuw!” keluh Rio pelan saat terjatuh disawah yang becek karna saat itu musim hujan. Tanpa peduli dengan keadaannya, Rio tetap melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya disekolah, sudah pasti Bu Nia guru yang mengajar pelajaran Matematika pada jam pertama mengintrogasi Rio.
“ kenapa dengan seragammu Rio?” Tanya Bu Nia dengan ekspresi menahan marah karna bagi Bu Nia kebersihan dan kerapian itu sangatlah penting.
“saya tadi terpeleset bu, dan jatuh ke sawah!” jawab Rio sekenanya, sontak teman – teman Rio menertawakannya.
Tapi semua hening seketika saat Bu Nia mulai angkat bicara.
“ ya sudah… sekarang kamu pulang saja! Bersihkan seragam kamu dan besok harus sudah bersih!” perintah Bu Nia.
“tapi bu…. Aku ingin mengikuti pelajaran hari ini…!” kata Rio memelas dengan ungkapan tak setuju.
Tampak Bu Nia mulai naik pitam mendengar perkataan Rio yang tidak mengiyakan perintahnya, Rio yang dapat membaca situasi segera bergegas keluar kelas dan bermaksud pulang ke rumah. Langkahnya begitu berat. Baginya, ini semua mimpi buruk. Sehari tidak sekolah adalah kerugian besar.Dia terus berjalan,dan  berfikir mengapa Bu Nia begitu mudah menyuruhnya pulang hanya karna seragamnya yang kotor? Apakah tak ada solusi yang lain?.
 Saat itu hawa pedesaan sangat lah dingin,  terlihat embun masih mewarnai, matahari tersimpul malu, dedaunan melambai – lambai menemani langkah Rio, Dia terus bertanya – Tanya mengapa begini? Mengapa begitu?. Bagi seorang anak yang masih duduk dibangku kelas 6 SD. Cara befikirnya yang sangat kritis adalah nilai plus yang ada pada dirinya. Namun hal ini hanya dinilai negatif dan simbol dari calon pemberontak dimasa depan bagi guru – guru yang mengajarnya.
Tak terasa, sekarang adalah tahun ajaran baru, Rio menyambutnya dengan sangat gembira. Terlebih lagi Rio tidak perlu memikirkan biayanya karena hasil tabungannya selama ini cukup untuk mendaftarkannya masuk ke salah satu  SMP yang ada diDesanya. Kali ini Rio tak ingin berpangku tangan lagi kepada orang tuanya yang sudah sering sakit – sakitan dikarenakan umur mereka yang semakin bertambah.
Tiap pulang sekolah Rio bekerja menjadi kuli batu. Penghasilan yang di dapat tiap hari ditabung untuk membayar keperluan sekolah. Tapi tidak untuk bulan ini, Rio harus merelakan uangnya demi menebus obat untuk Ibunya yang sedang sakit. Kehidupan yang sangat keras membuatnya harus berusaha semaksimal mungkin.
Rio menambah pekerjaannya dengan mencangkul disawah milik kepala desa .Dengan demikian Rio harus merubah waktu kerjanya, siang untuk mencangkul  dan malam untuk mengumpulkan batu.
 Ayahnya yang bekerja sebagai petani tak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, apalagi adanya monopoli yang dilakukan oleh penjabat – penjabat desa. Membuat separuh penduduk desa Asri Raya hidup digaris kemiskinan termasuk keluarga Rio, belum lagi saat musim paceklik, Penduduk desa  akan kebingungan mencari pinjaman uang , keadaan ini dijadikan kesempatan  para lintah darat menawarkan pinjaman dengan bunga yang tinggi.
Roda kehidupan terus berputar tetapi tak ada perubahan sama sekali di lingkungan pedesaan Asri Raya tempat Rio tinggal. Bagi penduduk desa, sekolah cukup sampai tamatan SMP, karena mereka beranggapan sekolah sampai SMA hanya menghabiskan uang saja, nanti juga menjadi petani atau kuli batu. Yang merupakan sebagian besar  mata pencaharian penduduk Desa Asri Raya.
Lagi – lagi Rio tidak sependapat dengan cara berfikir mereka,” sekolah itu penting dengan bersekolah kita dapat merubah segalanya. Kehidupan kita, cara berfikir kita, bahkan kita dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa.” Berontak  Rio dalam hati. Meskipun dia terlahir dari keluarga kurang mampu, dia tidak patah semangat  untuk terus melanjutkan pendidikan  sampai kejenjang yang lebih tinggi.
Saat Rio menjual batu – batunya kepada  pak Kanto pemasok  yang biasa membeli batu didesa Asri Raya.
”kamu semalaman mencari batu di sungai ini leh?” Tanya pak kanto
“iya pak…!” jawab Rio singkat
“dengar – dengar kamu juga kerja disawah milik kepala desa?”
“iya pak!”
“kamu kerja siang malam kayak gitu itu buat apa leh?”
“buat bayar sekolah pak!”
“kamu itu bekerja keras kayak begini hanya karna ingin sekolah. Kalau mimpi itu ya jangan tinggi – tinggi nanti kalau jatuh itu rasanya sakit sekali” kata pak kanto sambil menghitung uangnya,
“iya pak! Tapi sekolah itu penting!” sahut Rio membela diri
“hahahahaha iya…. Iya.. terserah kamu. Yang penting saya sudah menasehati.  Ini uangnya! Besok cari yang lebih banyak lagi ya leh!” kata pak kunto sambil memberikan uangnya kepada Rio.
“iya pak! Terimakasih!” sahut Rio tersenyum
Tidak terasa UAN sudah didepan mata. Rio tak mengharapkan dirinya memperoleh nilai yang tinggi, yang terpenting baginya adalah lulus dengan nilai baik dan dapat melanjutkan ke SMA. Hari demi hari dilalui dengan usaha dan do’a. Tidak sia – sia usahanya,Rio lulus dengan nilai yang membanggakan, tapi Rio menganggap semua itu hanyalah sebuah kebetulan.
Di SMA, Rio mengikuti ekstra kulikuler jurnalistik. Baginya menulis adalah wujud dari sebuah impian. Dia terus menulis dan menulis, sudah beberapa kali dia mengirim karyanya ke beberapa media tapi masih belum juga ada media yang menerbitkan karyanya. Tapi Rio tetap berusaha hingga salah satu karyanya “ Dunia itu lucu” dimuat di sebuah Koran swasta. Betapa bahagianya Rio. Dia memiliki  motivasi baru untuk terus maju. Dengan menulis Rio dapat menghasilkan uang tanpa harus pergi ke sawah dan sungai untuk bekerja.
Derasnya aliran sungai merupakan waktu yang cepat berlalu, Rio selalu menganggap keuntungan adalah sebuah kebetulan. Sama halnya dengan nilai UAN yang diperolehnya kali ini. Dia mampu meraih nilai tertinggi di SMA nya padahal selama  bersekolah Rio tak pernah mendapat peringkat pertama. Lagi – lagi karena semangat Rio yang luar biasa, Rio mampu mendapatkan sesuatu yang menurut orang lain itu tidak mungkin.
Rio berkeinginan untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dia memilih UNSURI salah satu kampus swasta  yang ada di sidoarjo untuk pilihan pertamanya dan UI pilihan keduanya. Cara berfikir yang tidak linier, UI dinomer duakan???  Tetapi hal inilah yang membuat panitia penerimaan mahasiswa  UI menerima Rio sebagai salah satu mahasiswa di Jakarta meskipun nilai test tulisnya standar.
Berat bagi Rio meninggalkan kedua orang tuanya,tetapi hal itu tidak mengubah keinginan Rio untuk terus mengejar cita – citanya, terlebih kedua orang tuanya yang selalu mendukung keinginan Rio. Dengan bekal uang tabungan seadanya Rio pergi ke Jakarta.
Rio memilih jalur BMN(Bidik Misi Nasional)  jurusan ekonomi. Kebetulan UI memberikan seribu beasiswa sampai lulus. Hanya saja, dengan hasil menulis hidup di Jakarta dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Rio menambah pemasukan selain dari menulis dia juga menjadi pemulung. Rio memilih menjadi pemulung karena mudah dan tidak terikat dengan waktu. Berangkat kuliah berjalan kaki dengan mengais rejeki, pulang kuliah pun begitu. (Sekali mendayung satu, dua, tiga pulau terlampaui). Dia tak peduli apa yang dikatakan teman – teman kampusnya.
Suatu ketika saat Rio sedang memulung, Dia membaca poster yang memberi tahukan bahwa akan ada lomba menulis tingkat jatim untuk para mahasiswa dengan hadiah total 100jt. Dengan yakin Rio mengikuti lomba tersebut. Peserta yang begitu banyak dan antusias tidak membuat Rio berfikir negatif, Rio tetap optimis. Dan hasilnya berbuah manis, Rio meraih juara ke2, meskipun bukan juara pertama  Rio sangat gembira. Dia memperoleh uang 20 jt, piagam dan juga trophy.
Disini Rio mulai memutar otaknya, tak selamanya dia mengandalkan penghasilan dari memulung dan menulis. Rio berfikir untuk menginvestasikan uangnya kesuatu perusahaan, Rio pun mengingat salah satu dosennya yang bernama pak Ibrahim, beliau seorang pengusaha budi daya  lele. Hubungan antara Rio dengan dosen tersebut lumayan akrab, Rio terbiasa berdiskusi dan bisa dibilang selalu share dengan Beliau . Meskipun telah berinvestasi,  Rio tetap menjadi penulis dan masih menjadi pemulung.
 Selama 4 tahun Rio menekuni profesinya tersebut,  separuh hasil dari kerja kerasnya ditabung. Rio hidup dengan pola sederhana, Dia tak sedikitpun tergiyur kesenangan dikota metropolitan itu,  hingga kelulusan didepan mata. Rio lulus dengan prestasi yang membanggakan, dia menjadi mahasiswa terbaik dikampusnya.
Tetapi Rio resah, Dia bingung harus apa???. Berfikir dan terus berfikir, Rio pun memutuskan untuk menjadi pengusaha budi daya Lele dikampung halamannya. Dia membeli beberapa lahan dengan uang tabungannya. Sungguh diluar dugaan  dalam kurun waktu 3 tahun usahanya begitu melejit , apalagi saat bekerjasama  dengan pak Ibrahim di Jakarta, Kini lelenya  tidak hanya dipasok kedaerah sekitar  tapi juga diekspor ke 10 negara di dunia.
Sekarang  Rio tak lagi diangggap remeh oleh penduduk desa. Rio mampu merubah keadaan Desa Asri Raya ,terutama pemikiran penduduk desa yang menganggap pendidikan bukanlah hal penting . Dan Rio mampu menunjukkan bahwa  semangat adalah salah satu kunci untuk merubah mimpi menjadi kenyataan.
»»  To Be Continue...
blogwalking..