hujan

selalu ingin berbagi dengan anda semua

Selasa, 18 Maret 2014

HADIST AKHLAK ( Penelitian Hadist yang Berkaitan dengan Doa Makan)


penelitian by: andini, vivi, rochim (UINSA)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  
Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari perkara-perkara yang sederhana dan mendasar seperti makan, minum hingga perkara-perkara yang rumit dan kompleks seperti persoalan politik dan kenegaraan. Salah satu bentuk aturan Islam di dalam aspek kehidupan adalah dianjurkannya berdoa sebagai pengiring setiap perbuatan manusia, apakah sebelum atau sedudahnya. Dalam hal ini termasuk makan, maka tidak salah jika kaum muslimin berusaha menghidupkan ajaran agama ini dan  mengajarkan anak-anak mereka untuk berdo'a sebelum makan. Sebuah doa yang terbaik adalah do’a yang ma’tsur, yakni doa yang berasal dari hadis sahih Rasulullah SAW. oleh karena itu, kami meneliti doa makan yang selama ini beredar diajarkan dan diamalkan di lembaga pendidikan seperti sekolah dan TPA, dan dibiasakan diamalkan di rumah-rumah kaum muslimin. 

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Bagimana status kesahihan hadis doa sebelum makan yang selama ini diamalkan?
2.      Bagaimana doa makan yang sesuai tuntunan Rasulullah SAW?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan adalah :
1.      Mengetahui derajat hadis tentang doa makan yang selama ini diamalkan.
2.      Mengetahui doa makan yang sesuai tuntunan Rasulullah SAW.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Redaksi Hadis dan terjemahnya

وَحَدَّثَنِى عَنْ مَالِكٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ كَانَ لاَ يُؤْتَى أَبَداً بِطَعَامٍ أَوْ شَرَابٍ، حَتَّى الدَّوَاءُ، فَيَطْعَمَهُ أَوْ يَشْرَبَهُ حَتَّى يَقُولَ: الْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا وَأَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَنَعَّمَنَا. اللهُ أَكْبَرُ. اللَّهُمَّ أَلْفَتْنَا نِعْمَتُكَ بِكُلِّ شَرٍّ فَأَصْبَحْنَا مِنْهَا وَأَمْسَيْنَا بِكُلِّ خَيْرٍ. نَسْأَلُكَ تَمَامَهَا وَشُكْرَهَا. لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ. وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ. إِلَهَ الصَّالِحِينَ. وَرَبَّ الْعَالَمِينَ. الْحَمْدُ للهِ. وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. مَا شَاءَ اللهُ، وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. (موطأ مالك - الجزء ٥ - الصفحة ٣)
Dan telah menyampaikan padaku dari Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya (‘Urwah, bin siapa...), bahwasanya dia pernah lama (apa maksudnya) tidak diberi makan dan minum (karena sakit), maka setelah ia (mendapatkan obatnya), dia memakannya dan meminumnya seraya berdo’a “segala puji untuk Allah yang telah memberi petunjuk kepada kami, memberi minum kepada kami, dan memberikan nikmat kepada kami. Allah Maha Besar. Ya Allah, nikmatmu telah merubah keadaan buruk kami menjadi baik, kami memohon kesempurnaannya dan (kepandaaian) dalam mensyukurinya. Tiada kebaikan kecuali itu adalah kebaikan-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau, Tuhan bagi orang-orang yang soleh, dan Tuhan semesta Alam. Segala puji bagi Allah, dan tiada Tuhan selain Allah. (semua bergantung kepada) apa yang Allah kehendaki. Dan tiada kekuatan kecuali dengan (ridho) Allah. Ya Allah, berikahlah keberkahan kepada kami di dalam rejeki yang telah Engkau berikan kepada kami, dan lindungilah kami dari api neraka. (dari kitab Muwaththo’ Imam Malik, juz 5 halaman 3)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنِي الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ النَّرْسِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي الْوَرْدِ، عَنِ ابْنِ أَعْبُدَ، قَالَ: قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: «يَا ابْنَ أَعْبُدَ هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ الطَّعَامِ؟» قَالَ: قُلْتُ: وَمَا حَقُّهُ يَا ابْنَ أَبِي طَالِبٍ؟ قَالَ: «تَقُولُ بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا» ، قَالَ: وَتَدْرِي مَا شُكْرُهُ إِذَا فَرَغْتَ؟ قَالَ: قُلْتُ: وَمَا شُكْرُهُ؟ قَالَ: «تَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا (مسند أحمد - الجزء ١ - الصفحة ١٥٣)
Telah menyampaikan kepada kami ‘Abdullah, telah menyampaikan padaku ‘Abbas bin Walid An-Narsi, telah menyampaikan pada kami Abdul Wahid bin Ziyad, telah menyampaikan pada kami Sa’id Al-Jurairi dari Abi Al-Wardi (jika menterjemah jangan pakai Abi, tapi Abu) dari Ibnu A’bud, dia berkata : Ali bin Abi Thalib telah berkata kepadaku “Wahai Ibnu A’bud, tahukah kamu apa hak makanan?” dia (Ibnu A’bud) berkata : aku berkata “apa haknya wahai ibnu Abi Thalib?” dia (Ali bin Abi Thalib) berkata “hendaknya Engkau berdo’a “(saya mulai) dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, berikahlah keberkahan kepada kami di dalam rejeki yang telah Engkau berikan kepada kami. Dia (Ali bin Abi Thalib) berkata (lagi) “Dan tahukah kamu bagaimana mensyukurinya jika kau telah selesai (memakannya)?” dia (Ibnu A’bud) berkata : aku berkata “dan bagaimana cara mensyukurinya?” dia (Ali bin Abi Thalib) berkata “hendaknya Engkau berdo’a “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum”. (dari kitab Musnad Imam Ahmad, juz 1 halaman 153)


B.     Kosa kata
1)
Obat / ramuan penyembuh . adalah bentuk plural dari kata......, yang fungsinya.....
الدَّوَاءُ
2)
Memalingkan / merubah keadaan (jika ada penambahan naa.....
أَلْفَتْنَا ( أَلْفَتَ  يُلْفِتُ )
3)
Kesempurnaannya, atau kesembuhan total dari penyakit yang dialaminya sebelumnya, tamm
تَمَامَهَا
4)
Kepandaian/kesadaran dalam mensyukuri
وَشُكْرَهَا
5)
Hak makanan, atau kewajiban sebelum mulai makan.
حَقُّ الطَّعَامِ
6)
Memberi kami nikmat, berupa makanan.
أَطْعَمَنَا
7)
Memberi kami nikmat, berupa minuman.
وَسَقَانَا

C.    Analisa perawi[1]
a)        Malik
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Nasr bin Malik bin Haitsam bin ‘auf bin Wahb bin ‘Umairah bin Hajr bin ‘Amir al-Khaza’ie. Wafat tahun 231 Hijriyah. Termasuk generasi yang mengambil hadis dari para tabi’in.
Komentar para ulama’: menurut Ibnu Hajar adalah tsiqoh.
b)        Hisyam
Nama lengkapnya adalah Hisyam bin ‘Urwah bin Zubair bin al-‘Awwam al-Qarsyi al-Asadi. Wafat tahun 146 Hijriyah. Termasuk generasi terakhir dari tabi’ien.
Komentar ulama': menurut Ibnu Hajar adalah tsiqoh dan faqih.
c)        ‘Urwah
Nama lengkapnya adalah ‘Urwah bin Zubair al-‘Awwam bin Khowailid. Wafat tahun 94 Hijriyah. Termasuk generasi pertengahan tabi’ien. komentarulama': menurut Ibnu Hajar adalah tsiqoh. 
d)       ‘Abdullah
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Ibrahim bin Katsir bin Zaid bin Aflah bin Mansur bin Muzahim al-‘Abdi. Termasuk generasi yang mengambil hadis dari para tabi’ien. Wafat tahun 246 Hijriyah. komentar ulama: menurut Ibnu Hajar adalah tsiqoh dan hafidz.
e)        Al-‘Abbas bin al-Walid an-Narsi
Nama lengkapnya adalah Al-‘Abbas bin al-Walid bin nasor an-Narsi. Termasuk generasi yang mengambil hadis dari para tabi’ien. Wafat tahun 238 Hijriyah. komentar ulama': menurut Ibnu Hajar adalah tsiqoh.
f)         Abdul Wahid
Nama lengkapnya adalah Abdul Wahid bin Ziyad al-‘Abdi. Termasuk generasi pertengahan tabi’ien. Wafat tahun 176 Hijriyah. komentar ulama': menurut Ibnu Hajar adalah tsiqoh.
g)        Sa’id al-Jurairi
Nama lengkapnya adalah Sa’id bin Ibas al-Jurairi. Termasuk generasi terakhir dari tabi’ien. Wafat tahun 144 Hijriyah. komentar ulama': menurut Ibnu Hajar adalah tsiqoh.
h)        Abu al-Wardi
Nama aslinya adalah Warid Ats-Tsaqafi. Termasuk generasi pertengahan tabi’ien. komentar ulama': menurut Ibnu Hajar adalah tsiqoh.
i)          Ibnu A’bud
Nama aslinya adalah Ali bin A’bud. Termasuk generasi pertengahan tabi’ien. Komentar ulama': menurut Ibnu Hajar adalah majhul (tidak diketahui).

D.    Analisa matan (pencantuman hadis)
a)        Dari kitab “Musnad Ibnu Abi Syaibah” juz 5 halaman 139 :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ هِشَامٍ قَالَ: كَانَ أَبِي لَا يُؤْتَى بِطَعَامٍ وَلَا شَرَابٍ حَتَّى الشَّرْبَةَ مِنَ الدَّوَاءِ فَيَطْعَمُهُ أَوْ يَشْرَبُهُ حَتَّى يَقُولَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا وَأَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَنَعَّمَنَا، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ أَلْفَتْنَا نِعْمَتُكَ بِكُلِّ شَرٍّ، وَأَصْبَحْنَا وَأَمْسَيْنَا مِنْهَا بِكُلِّ خَيْرٍ، نَسْأَلُكَ تَمَامَهَا وَشُكْرَهَا، لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ، إِلَهَ الصَّالِحِينَ وَرَبَّ الْعَالَمِينَ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، مَا شَاءَ اللَّهُ، لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ»
b)        Dari kitab “Sunan Abu Dawud” juz 3 halaman 339 :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ يَعْنِي ابْنَ زَيْدٍ، ح وحَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ يَعْنِي ابْنَ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ حَرْمَلَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كُنْتُ فِي بَيْتِ مَيْمُونَةَ فَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَهُ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ فَجَاءُوا بِضَبَّيْنِ مَشْوِيَّيْنِ عَلَى ثُمَامَتَيْنِ، فَتَبَزَّقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ خَالِدٌ: إِخَالُكَ تَقْذُرُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ «أَجَلْ» ثُمَّ أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ، وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ، وَإِذَا سُقِيَ لَبَنًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ، وَزِدْنَا مِنْهُ، فَإِنَّهُ لَيْسَ شَيْءٌ يُجْزِئُ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ إِلَّا اللَّبَنُ" قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «هَذَا لَفْظُ مُسَدَّدٍ»
c)        Dari kitab “Sunan Turmidzi” juz 5 halaman 506 :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عُمَرَ وَهُوَ ابْنُ أَبِي حَرْمَلَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَخَالِدُ بْنُ الوَلِيدِ عَلَى مَيْمُونَةَ فَجَاءَتْنَا بِإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَشَرِبَ رَسُولُ اللَّهِ وَأَنَا عَلَى يَمِينِهِ وَخَالِدٌ عَلَى شِمَالِهِ، فَقَالَ لِي: «الشَّرْبَةُ لَكَ، فَإِنْ شِئْتَ آثَرْتَ بِهَا خَالِدًا» ، فَقُلْتُ: مَا كُنْتُ أُوثِرُ عَلَى سُؤْرِكَ أَحَدًا، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ الطَّعَامَ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ، وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ".
d)       Dari kitab “Sunan Ibnu Majah” juz 2 halaman 1103 :
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ طَعَامًا، فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ، وَارْزُقْنَا خَيْرًا مِنْهُ، وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا، فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ، وَزِدْنَا مِنْهُ، فَإِنِّي لَا أَعْلَمُ مَا يُجْزِئُ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، إِلَّا اللَّبَنُ»
e)        Dari kitab “Musnad Ahmad” juz 4 halaman 344 :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ زَيْدٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ حَرْمَلَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ، يَقُولُ: أَهْدَتْ خَالَتِي أُمُّ حُفَيْدٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَمْنًا وَلَبَنًا وَأَضُبًّا فَأَمَّا الْأَضُبُّ، فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، تَفَلَ عَلَيْهَا، فَقَالَ لَهُ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ: قَذِرْتَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «نَعَمْ - أَوِ أجَلْ» وَأَخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اللَّبَنَ فَشَرِبَ مِنْهُ، ثُمَّ قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ وَهُوَ عَنْ يَمِينِهِ: «أَمَا إِنَّ الشَّرْبَةَ لَكَ، وَلَكِنْ أَتَأْذَنُ أَنْ أَسْقِيَ عَمَّكَ؟» فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قُلْتُ: لَا، وَاللَّهِ مَا أَنَا بِمُؤْثِرٍ عَلَى سُؤْرِكَ أَحَدًا قَالَ: فَأَخَذْتُهُ، فَشَرِبْتُ، ثُمَّ أَعْطَيْتُهُ، ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا أَعْلَمُ شَرَابًا يُجْزِئُ عَنِ الطَّعَامِ غَيْرَ اللَّبَنِ، فَمَنْ شَرِبَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ، وَمَنْ طَعِمَ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ "


f)         Dari kitab “Shahih Bukhari” juz 7 halaman 68 :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، قَالَ الوَلِيدُ بْنُ كَثِيرٍ: أَخْبَرَنِي أَنَّهُ سَمِعَ وَهْبَ بْنَ كَيْسَانَ، أَنَّهُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ أَبِي سَلَمَةَ، يَقُولُ: كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ» فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ
g)        Dari kitab “Sunan Abu Dawud” juz 3 halaman 347 :
حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ هِشَامٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنْ هِشَامٍ يَعْنِي ابْنَ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الدَّسْتُوَائِيَّ، عَنْ بُدَيْلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ - امْرَأَةٍ، مِنْهُمْ يُقَالُ لَهَا - أُمُّ كُلْثُومٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى، فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ»


BAB III
KESIMPULAN

1.      Doa sebelum makan yang beredaksi  اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ , sebenarnya adalah doa yang dinisbatkan kepada ‘Urwah bin Zubair, yakni salah satu generasi dari para tabi’ien di masa pertengahan, bukan doa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu, doa ini diambil dari atsar bukan sunnah Rasulullah SAW.
2.      Adapun doa yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad adalah sebagai berikut :
-          Sebelum makan : بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا
-          Setelah makan : الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا
Akan tetapi derajat hadis ini adalah dhoif dikarenakan derajat salah satu perawinya adalah majhul (tidak diketahui), yaitu Ibnu A’bud.
3.      Oleh karena itu, hendaknya mengambil sebuah doa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW secara langsung, yakni sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud, Turmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dari Ibnu ‘Abbas ra, yaitu :
-          Doa makan : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ, kalau tidak bisa dinajurkan membaca,basmallah, jika lupa (bismillahi awalahu waakhirohu) 
-          Doa minum : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ


[1] Softwere Maktabah syamilah 

»»  To Be Continue...

FILSAFAT ILMU BAB Sej, Perkembangan Ilmu, Defini Kebenaran, dan Jenis Jenis Ilmu


SEJARAH ILMU PENGETAHUAN,
DEFINISI KEBENARAN DAN JENIS  – JENIS ILMU
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
FILSAFAT ILMU
Dosen Pembimbing :
Dr. H. M. Yunus Abu Bakar, M.Ag
 
Oleh :
Andini Zahra Adystia             (D71213080)
Caicilia Juwanita                     (D01213010)
Muhammad Aris Kusuma       (D71213121)


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
POGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Pemikiran filsafati banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat baik di Barat, India, dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Di yunani dengan mitosnya, di India dengan kitabnya dari Weda (Agama Hindu), dan di Cina dengan Confisiusnya. Di Barat mitps dapat lenyap sama sekali dan rasio yang menonjol, sedangkan di india filsafat tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu.

Periode filsafat yunani merupakan periode sangat pening dalam sejarah pearadaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite – mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite – mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi.

Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode pekembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau hars melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari  peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu di sini dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.[1]



B.     Rumusan Masalah

1.         Apa pengertia ilmu?
2.         Apa pengertian pengetahuan?
3.         Bagaimana sejarah ilmu pengetahuan?
4.         Apa definisi kebenaran dan teorinya?
5.         Apa saja jenis – jenis ilmu menurut para filsuf?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian ilmu
2.      Untuk mengetahui pengertian pengetahuan
3.      Untuk mengetahui bagaimana sejarah ilmu pengetahuan
4.      Untuk mengetahui definisi kebenaran
5.      Untuk mengetahui jenis – jenis ilmu
















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Ilmu
Kata ilm berasal dari bahasa arab yang berarti “pengetahuan” dan merupakan lawan dari kata Jahl yang berarti “ketidak tahuan atau kebodohan”. Kata “ilm” biasa disepadankan dengan kata arab lainnya yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan Syu’ur (perasaan). Ma’rifah adalah padanan kata yang sering digunakan.[2] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu bisa berarti pengetahuan atau kepandaian (tentang soal dunia, akhirat, lahir, batin dsb). M. Quraish Shihab dalam bukunya menjelaskan, ilmu menurut para ahli keislaman  adalah segala macam pengetahuan yang berguna bagi manusia dalam kehidupannya, baik masa kini, maupun masa depan; fisika  atau metafisika.
Ada dua jenis pengetahuan: pertama; pengetahuan biasa dan kedua; pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Dalam bahasa Inggeris, jenis pengetahuan ini  disebut knowledge. Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya manusia untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang digunakan dan kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini dalam bahasa Inggris disebut science.
Dalam dunia Islam, ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang terkandung dalam Al Quran dan bimbingan Nabi Muhammad mengenai wahyu tersebut. Al Ilm itu sendiri dikenal sebagai sifat utama Allah. Dalam bentuk kata yang berbeda, Allah disebut juga al-‘Alim dan ‘Alim yang berarti “Yang Mengetahui atau “Yang Maha Mengetahui”
Ajaran Islam sejak awal meletakkan semangat keilmuaan pada posisi yang amat penting. Ingat kelima ayat yang mula pertama diturunkan Allah (surah al ‘Alaq:1-5). Selain itu banyaknya ayat-ayat Al Quran dan hadits Nabi yang berkaitan dengan ilmu. Hal ini seolah-olah mengesankan bahwa tujuan utama hidup ini adalah memperoleh ilmu. Prof. Dr. M. Quraish Shihab menyebutkan ada 854 kali kata ‘ilm disebutkan dalam Al Quran. Hal ini menggambarkan pentingnya ilmu bagi manusia.
Memperhatikan makna ilmu di atas dapat disimpulkan, bahwa ilmu sangat  diperlukan jika seseorang ingin menggapai kesuksesan, keberhasilan, kecemerlangan dalam kehidupan, baik kehidupaan saat ini (di dunia), maupun kehidupan di masa datang (akhirat).
Lebih jauh kalau menelisik ayat-ayat Al Quran maka semakin jelas keunggulan  orang-orang yang memiliki ilmu. Firman Allah dalam surah Mujadalah ayat 11  yang artinya : “… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”
Salah satu alat yang bersifat mendasar dalam meraih kesuksesan dan cita-cita ialah memiliki ilmu atau menguasai ilmu. Sehingga melengkapi diri dengan ilmu itu adalah suatu  keniscayaan (kewajiban).
Ilmu merupakan pangkal dari amal atau pekerjaan. Berangkat dari ilmu yang dimilikinyalah, maka seseorang mampu melakukan suatu pekerjaan. Seseorang tidak akan mampu melakukan pekerjaana dengan baik (ihsan, professional) apabila ilmunya tentang sesuatu itu kurang atau malah tidak ada.  “Apabila suatu urusan/pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, tunggu kehancurannya”. Demikian sabda Nabi Muhammad SAW.
Kepala Negara atau daerah tidak akan mampu melaksanakan tugasnya secara ihsan, professional, kalau ia tidak memiliki ilmu tentang bagaimana memimpin, mengelola, meminij sebuah Negara/daerah yang baik. Seorang bendahara di sebuah kantor tidak akan bisa mengerjakaan pekerjaannya dengan baik, kalau ia tidak memiliki ilmu tentang keuangan atau yang berkaitan dengan bidang pekerjaannnya. Seorang petani tidak akan berhasil dengan baik  mengelola sawah/ladangnya, kalau ia tidak menguasai tentang ilmu pertanian. Seorang pembantu rumah tanggapun akan tidak disenangi majikannya, jika ia tidak memiliki ilmu yang berkaitan dengan lingkup tugasnya. Bagaimana seseorang bisa mengerjakan salat dengan baik dan benar, kalau ia tidak mengusai ilmu tentang salat (Subuh berapa rakaat, Isya berapa rakaat, apa syarat dan rukunnya, apa yang membatalkannya, bagaimana gerakannya dsb). Begitu pula halnya dengan bidang-bidang pekerjaan lain.
Makanya jauh-jauh hari sebelum kita ini dilahirkan, Rasulullah sudah mewanti-wanti umatnya bahwa menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan.
 Melalui ilmu kita yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dengan ilmu derajat seseorang bisa meningkat, dengan ilmu seseorang bisa menjalani dan malah mengusai kehidupan ini, baik di dunia maupun di akhirat. Ingat, ketika Nabi Sulaiman disuruh untuk memilih antara ilmu, harta dan tahta. Ternyata beliau memilih ilmu, dengan memilih ilmu akhirnya harta beliau kuasai dan begitu pula dengan tahta. Ini kenyataan dalam sejarah. Hal ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang menghendaki dunia, maka dengan ilmu, barang siapa yang menghendaki akhirat, juga dengan ilmu dan siapa yang menghendaki kedua-duanya (dunia dan akhirat) juga dengan ilmu”.
Para penuntut ilmu, jangan khawatir meninggalkan kampung halaman, sanak keluarga, orang tua untuk menuntut ilmu, asalkan niat kita benar-benar menuntut ilmu mencari keridhaan Allah, maka usaha, perjalanan kita menuntut ilmu itu insya Allah dibalas oleh Allah. Rasulullah SAW menjelaskan : “Barang siapa bepergian mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju sorga”. Coba kita tafakur sesaat, samakah orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu ? Jelas tidak, amati disekitar kita. Dalam Al Quran surah Azzumar ayat 9 Allah berfirman yang artinya : “ … Katakanlah, Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (berilmu)?
B.       Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran)[3]

TingkatPengetahuan
Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berfikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu :
1.        Pengetahuan (knowledge), Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari.
2.        Pemahaman (comprehension), Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.
3.        Penerapan (application) , Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.
4.        Analisis (analysis), Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.
5.        Sintesis (synthesis), Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya.
6.        Evaluasi (evaluation), Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-kriteria  yang ada biasanya pertanyaan memakai kata: pertimbangkanlah,bagaimana kesimpulannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah:
1.         Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
2.         Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
3.         Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar.
C.      Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Exsistensialisme, Fenomologi, dan Neokantianisme dan Neotomisme. Pembagian yang muncul secara periodesasi filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan (Jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang penting adalah bagaiana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun dalam Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini mengacu pada pemikiran filsafat barat.
Periode filsafat yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak di anggap fenomena alam biasa, tetapi dewa bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena alam tersebut tidak di anggap sebagai ativitas dewa, tetapi aktiitasalam yang terjadi secara kuasalitas. Perubahan ppola pikir tersebut keliatan sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana  karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian di jauhi bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam mengahadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode filasafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang  ini tidaklah brlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, eolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian dan klasifikasi secara periodik, karena setiap metode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada perdaban Yunani dan diakhiri pada zaman kotemporer.
·         ZAMAN PRA YUNANI
Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Sebelum masehi sisa peradaban manusia yang di temukan pada masa ini (dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas  Filsafat, 1996) antara lain :
a.         alat-alat dari batu;
b.         tulang belulang hewan;
c.         sisa beberapa tanaman;
d.        gambar di gua-gua;
e.         tempat penguburan;
f.          tulang belulang manusia purba.
Antara abad ke-15 sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk bergabai peralatan. Abad kelima belas sebelum masehi perlatan besi pertama kali di gunakan di Irak, tidak di eropa atau tiongkok. [4]
Pada abad ke 6 SM di Yunani muncul lahirnya  filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the gek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului seakan-akan mempersiapakan Lahirnya filsafat di Yunani.K.Bertens Menyebutkan ada tia faktor, Yaitu sebagai berikut.
1.                Pada bangsa Yunani, seperti juga bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat di anggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mendahului filsafat, karena mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam diri manusia: dari mana dunia kita? dari  mana kejadian dalam alam? apa sebab matahari terbit lalu tenggelam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asalu usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite jebis pertama yang mencari keterangan tentag asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari keterangan tetang asal usul serta sifat kejadia alam alam semesta di sebut mite kosmologis.
Yang khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite  yang diceritakan oleh rakyat menjadi  suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat di cocokkan dengan mite lain.
2.             Kesusasteraan Yunani
Kedua karya ouisi Homeros yan masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Dalam dialog yang bernama Politea, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
3.             Pengaruh ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani tentu Berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh di lebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengelola unsur-unsur tadi dengan cara yang tidak pernah di sangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.

Pada abad ke-6  Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang di ajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat pendidikan dilahirkan.
Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang di landasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini msnusia sudah memperhatikan keadaan alam semesta sebaga suatu proses alam. Dengan demikian lama-kelamaan mereka juga akan memperhatikan dan menemukan hal-hal seperti berikut.
1.      Gugusan bintang di langit sebagai suatu kesatuan. Gugusan ini kemudian di beri nama, misalnya: Ursa Minor, Ursa Mayor, Pisces, Scorpio, dan lain, yang sekarang dikenla dengan nama zodiak.
2.      kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak tersebut.
3.      lambat laun dikenal pula bintang-bintang yang bergerak di antara gugusan yang sudah dikenal tadi, sehingga ditemukan planet Mercurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus, di samping matahari dan bulan.
4.      Akhirnya dapat pula dihitung waktu bulan kembali pada orbitnya antara 28-29 hari.
5.      Ketika  matahari timbul dan tenggelamnya matahari di cakrawala yang berpindah pindah dan memerlukan kurang lebih 365 hari sebelum kembali kedudukan semula.
6.      Ketika matahari timbul tenggelamnya sebanyak 365 kali, bulan juga mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan hal itu kelak ditemukan perhitungan kalender.
7.      Ditemukan pula beberapa gejala alam seperti gerhana, yang pada masa itu masih di hubungkan dengan mitologi-mitologi tertentu, sehingga menakutkan banyak orang.[5]
a.       Know how dalam kehidupan sehari-hari yang di dasarkan pada pengalaman.
b.      Pengetahuan yangberdasarkan pengalaman itu diterima sebagai faktor dengan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
c.       Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
d.      kemampuan menulis, berhitung, menyusun, kalender berdasarkan atas sinesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
e.       kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang telah terjadi.

·         ZAMAN YUNANI KUNO

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu diangap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena pada masa itu bangsa Yunani tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi, bangsa Yunani juga tidak bisa menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (Suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani menjadi ahli fikir sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Phytagras, Socrates, Plato, Aristoteles.
Zaman Kuno meliputi zaman  filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang d anggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche  itu air, Anaximandos berpendapat  arche itu udara, Phitagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (pantarhei). Pharmendes mangatakan segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.[6]

1.            Zaman Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang  dengan baik. Ada golongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaun sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penelitianya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Phytagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus di pandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapanya tersebut Socrates di hukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pad muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindera dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua adalah dunia ide.
Pendapat tersebut  dikritik oleh Ariestoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang kongret.’ide manusia ‘ tidak terdapat dalam kenyaaan. Ariestoteles adalah filsuf realis, dan sumbanganya kepada ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai  sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yaitu aktivitas rasional dimana seseorang memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Ariestoteles ada tiga macam abstaksi, yakni abstraksi fisis,abstraksi matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisme.[7]


2.            Masa  Helinistis dan Romawi
Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan transnasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, kaena kebudayan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakuo juga seluru wilayah yang ditaklukkan Alexander Agng. Dalam bidang filsafa, Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat  intelektual lain,terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas sampa wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudaaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu dibuka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
1.      Stoisisme
Menurut paham ini jaga raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yan disebut Logos.Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
2.      Epikurisme
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa.
3.      Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.
4.      Eklektisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
5.      Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruhnya filsafatnya “berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari ‘yang satu’ dan ingin kembali kepadanya.[8]

·         ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
Zaman Abad pertengahan ditandai denganampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga altivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologi atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abada sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as, pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai  oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
a.              Golongan yang menolak sama sekali pemikirna Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
b.             Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptahan tuhan, kebijaksanaan manusia berari pula kebijaksaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka adak dapat di bantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode berikut.


a.              Periode Patristik
Patristik berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen.
Periode ini mengalami dua tahap:
1.      Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai esukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma.
2.      Filsafat  Agustinus yang merupakan seoran ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.[9]
b.             Periode Skolastik
Periode Skolastik berlangsng dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap:
1.      Periode Skolastik awal (abad ke 9-12).
Ditandai oleh pembentukan metode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antar agama dan filsafat. Yang nampak pada permulaan ialah persoalan tentag Uniersalia.
2.      Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)
Ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas.
3.      Periode skolastik akhir (abad ke 14-15)
Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang bekembang ke arah nominialisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa uniersalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya suatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran objektif.[10]

·         ZAMAN RENAISSANCE
Zaman Renaissance  ditandai sebagi era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan kerika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi sebuah kebudayaan modern. Manusia pada zaman unu adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yan berkembang di bidang ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tesebut.
1.             Roger Bacon , berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir ba semua ilmu pengetauan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengelola semua pengetahuan.
2.             Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme). pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal  dari Hipparchus dan Ptolomeus yang mengangap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta  (goesentrisme)
3.             Johannes keppler, menemukan tiga buah hukum yag melengkapi penyelidikan Brahe  sebelumnya, yaitu
1.      Bahwa gerak benda angkas itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
2.      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
3.      Dalam perhitungan matematka terukti bahwa bila jarak rat-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2:Q2=X3 : Y3.
4.             Galileo Galilei, membuat sebuah topen bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa dalam bidang astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.[11]

·         ZAMAN MODERN
Zaman Modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern.Rene Descartes jua seorang ahli ilmu pasti. Penemuan dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuanya teori gravitasi.Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup). J.J Thompson dengan temuanya elektron. Berikut penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut.
1.      Rene Descartes, menemukan dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horizontal dan di sebut axis atau sumbu X, sedangkan garis Y letaknya tegak lurus pada sumbu X. Karena sistem tersebut didasarkan pada dua garis lurus yang berpotongan tegak lurus, maka sistem koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan tiap titik dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbuh X dan sumbu Y. Dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua sumbuh menyusuri sumbuh-sumbuh tadi. Pentingnya sistem yang di temukan Descartes ini terletak pada hubungan yang diciptakanya atara ilmu ukur bidang datar dengan aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan serupa dengan hukum Phytagoras mengenai Hypothenusa. Penemuan Descartes ini dinamakan Analythic Geometry.
2.      Isaac Newton, berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuanya dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus an Optika. Ketiga bidang tersebut dapat di uraikan secara singkat adalah sebagai berikut.
a.         Teori Gravitasi adalah perbincangan lanjutan mengenai sial pergeakan yang telah dirintis oleh Galileo Gallei dan Keppler. Galileo mempelajarai pergerakan dengan lintasan lurus. Keppler mempelajari pergerakan denganlintsan tertutup atau elips. Berdasarkan perhitungna yang diajukan oleh Keppler menunjukkan bahwa tentu faktor penyebab menapa palnet tidak mengikuti pergerakan dengan linasan lurus. Dugaan sementara penyebab ditimbulkan oleh matahari yang menarik bumi atau antara matahari dengan bumi ada gaya saling tarik-menarik persoalan itu menjadi obsesi Newton, namun ia menghadapi berbagai kesukaran. Perhitunan besarnya bumi dan matahari belum diketahui dan Newton mengetahui bahwa pengaruh benda pada benda yang lain dapat di pandang dan dihitung dari pusat titik berat benda-benda tadi. Setelah kedua hal ini diketahui oleh Newton, barulah ia dapat menyususun teori Gravitasi. Teori Gavitasi menerangkan bahwplanet tidak bergerak lurus, namun mengikuti lintasan elips, karena adanya pengeruh gravitasi, yaitu  kekuatan yang selalalu akan muncul jika ada dua benda yang selalu berdekatan . Teori Gravitasi ini dapat menerangkan dasar dari semua lintasn planet dan bulan , pengaruh pasang-surutnya air samudera, dan peristiwa astronomi lainya. Teori Gravitasi Newton ini dipergunakan oleh para ahli berikutnya untuk pembuktian laboratorium dan penemuan planet baru di alam semesta.
b.         perhitungan Calculus, yaitu hubungan antara X dan Y. Kalau X bertambah, maka Y akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan yan tetap atau teratur. Misalnya ada benda bergerak, panjangnya jarak yang ditempuh tergantung dari kecepata tiap detik dan panjangnya waktu pergerakan. Cara perhitungan Calculus ini banyak manfaatnya untuk menghitung berbagai hubungan antara dua atau lebih hal yang berubah,  bersama dengan ketentuan yang teratur.
c.         Optika atau mengenai cahaya; jika cahaya metahari dilewatkan sebuah prisma, maka cahaya asli yang kelihatanya homogen menjadi terbias antara merah sampai ungu, menjadi pelangi. Kemudian kalau pelang itu dilewatkan sebuah prisma lainya yang terbalik, maka pelangi terkumpul kembali menjadi cahaya homogen. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa cahaya itu sesungguhnya terdiri atas komponen yang terbentang antarah merah dan ungu.
3.      Charles Darwin, dikenal sebagai penganut teori reolusi yag fanatik. Darwin menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi terjadi karena seleksi alam. Teorinya yang terebal adalah strugle for life (perjuangan untuk hidup). Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap kumpulan makhluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenin namun tetap menampilkan kelainan-kelainan kecil. Makhluk hidup yang berkelainan kecil itu berbeda-beda daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluan yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan tersisihkan karena kalah bersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan adalah yang paling unggu (survival of the fittest).[12]

·         ZAMAN KONTEMPORER (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA)
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Ia juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara. Pertama, diskusi filosofis mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara hubungan substansi tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.
Fisikawan termasyhur abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia mengatakan bahwa lam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga  tidak berubah dari status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya pada kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam semesta dan lain-lain, Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penenmuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalai perkembangan pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidanng ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat ,sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan Kontemporer mengatahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmuwan kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau super-spesialisas, kecenderuangan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainya, sehinga dihasilkanya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknologi kloning.[13]
D.    Definisi Kebenaran
 Kata “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang kongrit maupun abstrak. Jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau stitmen. Apabila subjek mengatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas sifat atau karakteristik, hubungan hal yang demikian itu sarana kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri.
Pengertian kebenaran dapat dibedakan antara “kebenaran faktual” dan ” kebenaran nalar”. Kaum positifis logis bahkan mengklaim bahwa tidak ada kebenaran lain selain kedua jenis kebenaran ini. ” kebenaran faktual” adalah kebenaran tentang ada tidaknya secara faktual didunia nyata, sebagaimana di alam manusia ( biasanya diuicar dengan dapat – tidaknya dia nanti secara indrawi apa yang dinyatakannya_ Misalnya apakah pernyataan “bumi itu bulat” merupakan suatu pernyataan yang memiliki kebenaran. Faktual atau tidak pada prinsipnya harus bisa diuji kebenarannya berdasarkan pengamatan indrawi. Kebenaran faktual adalah kebenaran yang menambah khazanah pengetahuan tentang alam semesta. Sejauh dapat kita alami secara indrawi.
Kebenaran faktual bersifat nisbi dan mentak kepastiannya tidak pernah mutlak dan tetap diterima sebagai benar, jauh sampai sekarang belum ada alternatif yang dapat menggugurkannya. “kebenaran nalar” adalah kebenaran yang bersifat tautologis dan tidak menambah pengetahuan baru mengenai dunia ini, tetapi dapat merupakan sarana berdaya guna untuk memperoleh pengetahuan yang berarti tentang dunia ini. Dengan kata lain dapat membantu untuk memperoleh pengetahuan yang memiliki kebenaran faktual. Kebenaran nalar adalah kebenaran yang terdapat dalam logika dan matematika kebenaran di sini bedasarkan atas suatu penyimpulan terdeteksi sehingga berbeda dengan kebenaran faktual yang bersifat nisbi dan mentak, kebenaran, ‘nalar bersifat mutlak.
Thomas Aquinas, kadang orang juga membedakan antara kebenaran antologis (Veritas ontologica) dan kebenaran logis ( Veritas logika). Kebenaran ontologis adalah kebenaran yang terdapat dalam kenyataan entah spritual atau material, yang meskipun ada kemungkinan untuk diketahui, masih lepas dari gejala pengetahuan, misalnya tentang adanya segala sesuatu sesuai hakikatnya, kebenaran tentang adanya Tuhan, tentang keabadian jiwa, sedang kebenaran logis adalah kebenaran yang terdapat dalam akal budi manusia si penahu dalam bentuk adanya kesesuaian antara akal budi dan kenyataan. Menurut Thomas Aquinas, hadir dan terlaksanakanya kebenaran dalam pengetahuan manusia terjadi dalam bentuk pengarahan melalui proses yang tak ada hentinya dan tidak bisa lepas dari indra.
Menurut Plato ” Kebenaran” sebagai suatu ketakter tersembunyian adanya itu tidak dapat dicapai manusia selama hidupnya di dunia ini. Pengertian kebenaran seperti ini sama dengan pendapat Thomas Aquinas sebagai kebenaran ontoiogis. Aritoteles dapat memahami kebenaran lebih memusatkan perhatiannya pada kualitas pernyataan yang dibuat oleh subjek penahu ketika ia menegaskan suatu putusan entah secara afirmatif atau negatif itu tergantung pada apakah putusan yang bersangkutan sebagai pengetahuan dalam diri subjek penahu itu sesuai atau tidak dengan kenyataannya. Di sini kebenaran dimengerti sebagai persesuaian antara subjek sipenahu dengan objek yang diketahui.
Bagi Aritoteles subjek yang mengetahui lebih penting daripada objek yang diketahui, sebagaimana dalam pandangan Plato, walaupun demikian bagi Aristoteles pun pengetahuan yang paling benar dan paling luhur baru dimiliki kalau subjek penahu (idealitas) dan objek yang diketahui (realitas) itu identik satu sama lain dalam pengetahuan, akal, budi yang sempurna. Pengertian tentang kebenaran dalam tradisi Aristotelian adalah kebenaran logis dan linguistik propotional.
Kebenaran pertama-tama berkaitan dengan kualitas pengetahuan artinya ialah bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Maksudnya apakah pengetahuan itu berupa : pengetahuan biasa yang disebut juga (Knowledge of The Man in The street atau ordinari Knowledge atau juga Comon Sense Knowledge, pengetahuan seperti ini memiliki kebenaran yang bersifat subjektif, artinya amat terikat pada subyek yang mengenal.
Tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar sejauh tidak ada penyimpangan. Pengetahuan jenis kedua adalah pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan atau lampiran metodologis yang khas pula, artinya metodologi yang teiah mendapatkan kesepakatan diantara ahli yang sejenis, kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah bersifat relatif, maksudnya pengetahuan yang bersifat ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir. Kebenaran dalam hal ini selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian.
Pengetahuan jenis ketiga adalah pengetahuan filsafati yaitu pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan modal pemikiran yang analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran ini absolut intersubjektif maksudnya nilai kebenaran yang terkandung. Jenis pengetahuan filsafat merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan fisafat seseorang. Pemikiran fisafat itu selalu mendapat pembenahan dart ahli filsafat yang menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula. Kebenaran jenis yang ke empat adalah kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Memiliki sifat dogmatis artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu, sehingga dalam pemyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci agama. Meneliti nilai kebenaran yang sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya, dapat berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan waktu akan tetapi kandungan maksud ayat, kitab suci itu tidak dapat dirubah dan sifatnya absolut.
Kebenaran pengetahuan yang ketiga adalah nilai kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahaun itu. Bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek. Manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan itu subjek atau objek ?, jika subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran yang sifatnya subjektif artinya nilai kebenaran dan pengetahuan atau mengandung nilai kebenaran yang sifatnya subjektif artinya nilai kebenaran dan pengetahuan yang dikandungnya itu tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu atau jika objek amat berperan maka sifatnya objektif seperti pengetahuan tentang alam atau Ilmu ilmu alam.
1.                   . TEORI-TEORI KEBENARAN
Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan mengenai kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian diteruskan oleh Aristoteles. Plato melaiui metode ._ dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Teori kebenaran selalu paralel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori kebenaran yang telah terlembaga itu anatara lain adalah:
Teori Kebenaran Korespodensi
Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan dan pendapat tersebut. Dengan demikian kebenaran epistemologi adalah kemanunggalan antara subjek dan objek pengetahuan itu dikatakan benar apabila dalam kemanungalan yang sifatnya intrinstik, intensionaldan fasif aktif terdapat kesesuaian antara apa yang ada di dalam pengetahuan subjek dengan apa yang ada dalam objek.
Menurut teori ini kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu deman kenvet Agn sesuatu itu sendiri suatu contoh :_Dalam dwlid,_ alts , teori ini sangat penting sekali. Digunakan guna mencapai suatu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang. “katakanlah bodrex adalah obat sakit kepala, untuk membuktikan kebenaran pernyataan ini tidak hanya memakan obat tersebut, tetapi juga meneliti ulang kebenaran unsur-unsur yang terdapat dalam bodrek, dengan demikian suatu pernyataan tidak hanya diyakini sedemikian rupa, akan tetapi digunakan untuk diteliti.
Teori Kebenaran Koherensi
Teori koherensi atau teori konsistensi yang sering pula dinamakan : The coherence theory of truth. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lain, yang fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan-hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah diakui.
Kebenaran menurut teori ini ialah kesesuaian antara sesuatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui, terima dan akui sebagai yang benar. Contoh 3+3 = 6 adalah benar, karena sesuai dengan kebenarannya yang sudah disepakati bersama terutama oleh komunitas matematika.
Teori Kebenaran Pragmadis
Teori Pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic theory of truthh pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Pragma artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan-bagi filsafat yang dikembangkan oleh WILLIAM JAMES di Amerika Serikat, menurut filsafat ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung pada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat. Menurut teori ini suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsiaonal dalam kehidupan manusia. Teori hipotesa atau ide adalah benar apabila membawa kepada akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktik, apabila ia mempunyai nilai praktis, kebenaran terbukti oleh kegunaannya, oleh hasilnya dan oleh akibat-akibat praktisnya. Jadi kenbenaran ialah apa saja yang berlaku sesuatu itu benar apabila memuaskan keiginan dan tujuan manusia, sesuatu itu benar apabila dapat diuji benar dengan ekperimen, sesuatu itu benar apabila mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada (itu yang disebut dengan hasil yang memuaskan).
Jadi untuk penganut Pragmatis, ujian kebenaran ialah kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility), akibat atau pengaruhnya yang memuaskan, tidak ada sesuatu kebenaran yang tetap atau kebenaran yan mutlak. Dengan kata lain sesuatu pengertian itu tidak pernah benar, hanya dapat menjadi benar kalau saja dapat di manfaatkan secara praktis.
Teori kebenaran Sintaksis
Pendapat teori ini, berpangkal tolak pada keteraturan sintaksis atau pragmatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya dengan demikian suatu pernyataan memiliki nilai benar bila penyataan itu mengikuti aturan-aturan sintaksisi yang baku. Apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang disyaratkan maka proposisi itu tidak mempunyai arti. Teori ini berkembang diantara para filosof analisa bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian yang gramatika. Menurut SCHLEIRMACHER sebagaimana dikutip oleh POESPOPROJON pemahaman adalah suatu rekontruksi, bertolak dari ekpresi yang selesai diungkapkan menjurus kembali kesuasana kejiwaan ekpresi itu diaungkapkan, disini saling terjadi yakni momen tata bahasa dan momen kejiwaan.
Teary Kebenaran Semantis
Menurut teori ini, kebenaran Simantik atau proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proposisi itu merupakan pangkal yang mempunyai pengacu (reference) yang jelas, Oleh karena itu teori ini memiliki tugas untuk menguak kesyahan pryosisi dalam referensinya itu.
Teori kebenaran simantis, sebenarnya berpangkal atau mengacu pada pendapat Aristoteles sebagaimana yang digambarkan oleh “WHITE” bahwa teori simantik menyatakan proposisi itu mempunyai nilai kebenaran, bila memiliki arti yang menunjukan makna yang sesungguhnya dengan menunjuk pada referensi atau kenyataan juga yang bersifat defnitif anti yang jelas dengan menunjuk ciri yang khas dari sesuatu yang ada.
Teori kebenaran Non Deskripsi
Teori kebenaran Non deskripsi di kembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu sistem atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung peran dan fungsinya pernyataan itu. “WHITE” menggambarkan tentang kebenaran sebagaimana dikemukakannya pengetahuan akan memiliki nilai benar, sejauh pengetahuan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan itu juga merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Teori Kebenaran Logik
Menurut teori ini adalah problema kebenaran.hanya kekacauan bahasa saja, dan hal ini akibatnya merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa pernyataan yang hendaknya dibuktikan sebenarnya memiliki derajat yang logik yang sama yang masing-masing saling melengkapinya. Dengan demikina sesungguhnya setiap proposisi yang bersifat logik dengan menunnjukan bahwa proposisi itu mempunyai isi yang sama, memberikan informasi yang sama dan semua sepakat maka apabila kita membuktikannya lagi yang yang demikian itu hanya merupakan bentuk logis yang berlebihan karena suatu pernyataan yang hendak di buktikan nilai kebenamnya sesungguhnya sudah merupakan fakta atau data _yang telah memiliki evidensi artinya objek pengetahuan itu telah menunjukan kejelasan dalam dirinya sendiri. Misalnya suatu lingkaran adalah bulat, ini telah meberikan kejelasan dalam pernyataan itu sendiri.tidak pula diterangkan lagi karena pada dasarnya lingkaran adalah suatu yang terdiri dari rangkaian titik yang jaraknya sama dari satu titik tertentu. sehingga berupa garis yang bulat.
2.                   Sifat Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah muncul dari hasil peneletian ilmiah artinya sesuatu kebenaran tidak mungklin muncul tanpa adanya prosedur baku yang dilaluinya. Prosedur baku yang harus di lalalui itu adalah tetap untuk mernperoleh pengetahuan ilmiah, yang pada hakikatnya berapa teori melalui metodologi ilmiah yang telah baku sesuai dengan sifat dasar ilmu. Maksudnya setiap ilmu secara tegas menetapkan jenis objek secara ketat, apakah objek Au berupa hat konkret atau abstrak. Pembicaraan tentang objek secara rinci telah dijelaskan di muka. Selain itu juga ilmu ilmu menetapkan langkah-langkah ilmiah sesuai dengan objek yang di hadapinya. Kebenaran dalam ilmu adalah. kebenaran yang sifatnya objektif, maksudnya ialah bahwa kebenaran dari suatu tiori atau lebih tinggi lagi aksiomanya atau pradigma, harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam kenyataan objeknya.
Kenyataan yang berupa suatu yang dapat dipakai acuan atau kenyataan yang pada mulanya merupakan objek dalam pembentukan pengetahuan ilmiah itu. Mengacu pada status ontologis objek, maka pada dasarnya kebenaran dalam ilmu dapat di golongkan dalam dua jenis teori, yaitu teori kebenaran korespondensi atau teori kebenaran koherensi. Ilmu-ilmu kealaman pada umumnya bentuk kebenaran korespondensi karena fakta-fakta objektif amat dituntut dalam pembuktian terhadap setiap proposisi atau pernyataan (statement), akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu kemanusiaan, ilmu-ilmu sosila, ilmu logika dan matematika. Ilmu-ilmu tersebut menuntut konsisstensi dari koherensi diantara, proposisi-proposisi sehingga pembenaran bagi ilmu ilmu itu mengikuti teori kebenaran koherensi.[14]

E.            Jenis – Jenis Ilmu Menurut Para Filsuf
Dalam sub tema ini, kami mengambil beberapa contoh klasifikasi / jenis - jenis ilmu pengetahuan menurut para filsuf, antara lain :
1) Cristian Wolff
Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar , yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Cristian Wolff dapat diskemakan sebagai berikut :
a. Ilmu pengetahuan empiris
1. Kosmologis empiris
2. Psikologis empiris
b. Matematika
1. Murni : aritmatika, geometri, aljabar
2. Campuran : mekanika, dan lain-lain
c. Filsafat
1. Spekulatif (metafisika)
a. umum:ontologi
b. khusus: psikologi, kosmologi, theologi
2. Praktis
a. intelek: logika
b. kehendak; ekonomi, etika, politik.
c. pekerjaan fisik: tekhnologi
2) Auguste Comte
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin kongkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut:
1. Ilmu pasti (matematika)
2. Ilmu perbintangan (astronomi)
3. Ilmu alam (fisika)
4. Ilmu kimia
5. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
6. Fisika sosial (sosiologi)
Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagi berikut:
1. Ilmu pengetahuan
a. Logika (matematika murni)
b. Ilmu pengetahuan empiris (astronomi, fisika, biologi, sosiologi)
2. Filsafat
a. Metafisika
b. Filsafat ilmu pengetahuan[15]






BAB III
KESIMPULAN

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau hars melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari  peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu di sini dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
Ada dua jenis pengetahuan: pertama; pengetahuan biasa dan kedua; pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Dalam bahasa Inggeris, jenis pengetahuan ini  disebut knowledge. Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya manusia untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang digunakan dan kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini dalam bahasa Inggris disebut science.
Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Exsistensialisme, Fenomologi, dan Neokantianisme dan Neotomisme. Pembagian yang muncul secara periodesasi filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan (Jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang penting adalah bagaiana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun dalam Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini mengacu pada pemikiran filsafat barat.
Pengertian kebenaran dapat dibedakan antara “kebenaran faktual” dan ” kebenaran nalar”. Kaum positifis logis bahkan mengklaim bahwa tidak ada kebenaran lain selain kedua jenis kebenaran ini. ” kebenaran faktual” adalah kebenaran tentang ada tidaknya secara faktual didunia nyata, sebagaimana di alam manusia ( biasanya diuicar dengan dapat – tidaknya dia nanti secara indrawi apa yang dinyatakannya_ Misalnya apakah pernyataan “bumi itu bulat” merupakan suatu pernyataan yang memiliki kebenaran. Faktual atau tidak pada prinsipnya harus bisa diuji kebenarannya berdasarkan pengamatan indrawi. Kebenaran faktual adalah kebenaran yang menambah khazanah pengetahuan tentang alam semesta. Sejauh dapat kita alami secara indrawi.


[1] Surajiyo, “Filsafat Ilmu,”(Cet.VII; Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h 79 – 80
[2] ensiklopedia Islam vol 2,h.161
[3] Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002

[4] Brouwer, 1982, h.6
[5] Rizal Mustansyir, 1996, h.203
[6] Lasiyo dan Yuwono, 1985, h.52
[7] K.Bertens,1988,h.11-16
[8] K.Bertens,1988,Hlm. 16-18
4. Endang Daruni Asdi,1978,hlm 1-3

[11] Rizal Mustansyir, 1996,hlm 48
[12] Rizal Mustansyir,1996
[13] Rizal Mustansyir,2001
[14] http://filsufsunni.wordpress.com/2012/12/05/kebenaran/ diakses pada 15 maret 2014

[15] Surajiyo. Ilmu Filsafat Sebgai Pengantar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 72-74
»»  To Be Continue...
blogwalking..