hujan

selalu ingin berbagi dengan anda semua

Jumat, 07 Maret 2014

Makalah Psikologi


CINTA DALAM DUNIA PSIKOLOGI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah
PENGANTAR PSIKOLOG
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Moh. Sholeh, M.Pd.

 
 
Oleh :
Andini Zahra Adystia             (D71213080)


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013

BAB I
 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap orang memiliki emosi, dimana emosi selalu ada disetiap waktu yang telah dilalui oleh seseorang. Seperti ketika merasa bahagia saat mendapatkan hadiah, ketika kita merasa sedih karena akan ditinggal orang yang kita sayang, atau ketika kita marah saat teman kita tidak menepati janjinya kepada kita. Semua itu merupakan emosi kita. Lalu sebenarnya, apa emosi itu? Menurut saya emosi adalah perasaan yang timbul ketika kita berada di suatu keadaan.
Emosi itu berbagai macam, seperti sedih, senang, marah, takut dan cinta. Di makalah ini saya akan membahas tentang cinta. Lalu darimana cinta itu?, ada yang mengatakan cinta itu dari mata turun kehati. Berbiacara tentang cinta, Cinta adalah suatu hal yang tak kan pernah bosan dibahas oleh manusia, karena kenapa? Karena setiap jiwa manusia memiliki cinta. Cinta kepada tuhan, cinta kepada keluarga, cinta kepada tanah air, cinta kepada lawan jenis. Begitu banyak cinta, maka cinta menjadi topik yang sangat menarik dibicarakan oleh masyarakat terutama kalangan remaja. Cinta adalah suatu emosi yang identik dengan kesenangan. Lalu apakah cinta sama dengan seks?. Dan bagaimana bisa manusia merasakan cinta?.
B.     Rumusan Masalah

1.      Darimana asal usul cinta?
2.      Apa macam – macam cinta?
3.      Apa saja hormon – hormon saat jatuh cinta?
4.      Benarkah cinta dan kecanduan seks serupa tapi tak sama?



C.    Tujuan Pembahasan

1.    Untuk mengetahui asal usul cinta
2.    Untuk mengetahui macam – macam cinta
3.    Untuk mengetahui hormon – hormon saat jatuh cinta
4.    Untuk mengetahui kebeneran cinta dan kecanduan seks serupa tapi tak sama 
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Asal Usul Cinta
Teori perilaku mengatakan bahwa cinta muncul akibat adanya penguatan positif yang kita rasakan di dalam diri. Kita jatuh cinta kepada seseorang karena orang tersebut selalu memerhatikan atau menghargai diri kita. Dengan teori ini juga dapat dijelaskan alasan seorang anak begitu menyukai seorang guru yang selalu memberikan sang anak permen setiap mereka bertemu. Hubungan cinta akan muncul ketika ada sepasang manusia yang saling memberikan perasaan positif satu sama lain.
 Teori kognitif menjelaskan bahwa cinta muncul karena kita berpikir bahwa kita mencintai. Jika kita melakukan sesuatu tanpa diberikan apapun dan kita masih melakukannya, maka kita jatuh cinta. Sebagai contoh, seorang laki-laki berpikir, “Saya selalu menemani dia berbelanja, padahal saya tidak mendapatkan apa-apa dari kegiatan ini. Kenapa saya mau menjemput dia? Kenapa saya mau menemani dirinya hingga larut malam? Saya pasti sedang jatuh cinta kepada dirinya!” Beginilah teori kognitif. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa saat kita mengira seseorang menyukai kita, maka kita akan semakin mudah tertarik kepadanya.
            Teori evolusi menyatakan bahwa cinta muncul karena pada dasarnya kita membutuhkan perlindungan. Dengan cinta, kita mendapatkan pemenuhan atas perlindungan, dan kita dapat bereproduksi serta mewariskan genetika kepada generasi selanjutnya.
 Teori biologi menjelaskan cinta muncul karena adanya feromon. Feromon adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh manusia dan hewan. Zat ini diproses di dalam hipotalamus, dan feromon memengaruhi pilihan kita terhadap pasangan. Dengan kata lain, kita tertarik pada lawan jenis karena tertarik terhadap feromon yang ia keluarkan.[1]
Lalu bagaimana islam memandangnya?. Islam memandang cinta sebagai sesuatu yang biasa dan sederhana. Islam adalah agama yang fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.
“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu dia bahwa dia mencintainya.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai. Mereka juga tidak dilaarang untuk jatuh cinta. Hanya saja, Islam menyediakan penyaluran untuk itu melalui lembaga pernikahan. Di mana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta. Seorang laki – laki menjadi seorang suami dan seorang perempuan menjadi seorang istri. Hal ini menjadi sebuah tuntunan dalam menjalankan agama. Bahwa ketika hamba Allah jatuh cinta hanyalah pernikahan solusinya. Karena tidak ada hal yang menentramkan hati bagi seorang kekasih yang merindukan kekasihnya, kecuali dengan bisa bersamanya setiap saat. Kebersamaan itu bisa terwujud. Bila sudah diikat oleh tali pernikahan. Sehingga tentramlah hati, sempurnalah keinginan, menjemput kekasih yang sudah ditunggu sejak lama.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-rum 30:21).

Ayat diatas merupakan jaminan bahwa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan dalam hati pasangan yang bersatu karena Allah (setelah menikah). Allah akan menyemai benih rasa suka, rasa cinta kepada pria atau wanit yang menjadi psangan hidup kita. Sejak awal mula kita mengenalnya boleh jadi perasaan itu biasa – biasa saja. Namun, saat dia menjadi pasangan hidup kita. Perasaan cinta itu semakin kuat.

B.  Macam – Macam Cinta
            Seorang Psikolog, Kelly. Membagi cinta menjadi tiga yaitu:
1.      Cinta karena nafsu
Cinta jenis ini cenderung tak terkontrol karena hubungan antara dua orang yang atas nama cinta ini dikuasai oleh emosi yang berlebihan. Di sini istilah cinta buta berlaku.

2.      Cinta Paragmatis
Pada cinta jenis ini ada keseimbangan antara rasa suka dan duka, atau ada hubungan timbal balik. Sepasang insan ini cenderung dapat mengontrol perasaannya.

3.      Cinta Altruistik
Cinta yang ini biasanya dimiliki oleh ibu untuk anaknya. Biasanya disertai kasih sayang tak terbatas.
Sedangkan menurut Erich Fromm, seorang psikonalisis, cinta hanyalah memberi. Memberi adalah ungkapan kemampuan atau potensi yang paling tinggi. Dengan melihat orang yang dicintai bahagia tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis, dan spiritual, maka kita pun akan bahagia. Bahagia semacam ini muncul karena kita merasa mampu dan berarti bagi orag lain. Menurut Fromm. Cinta yang berprinsip take and give bukanlah cinta sejati, tetapi cinta dagang.
            Pengorbanan waktu dan energi menjadi ciri cinta rasional. Fromm menjelaskan bahwa ada beberapa unsur cinta:
a.       Care atau peduli, kalau kita mencintai seseorang, kita harus menaruh perhatian serius pada kebahagiaan dan perkembangan pribadinya.
b.      Bertanggung jawab, artinya, siap memenuhi kebutuhan psikis orang yang dicintai dan membuatnya bahagia.
c.       Respect atau hormat. Maksudnya, kita mampu memandang dan menerima orang yang kita cintai dengan apa adanya, kebaikan maupun keburukannya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa mencintai seseorang berarti meminta orang itu memiliki kepribadian dan perilaku seperti yang kita inginkan dan menuruti segala keinginan kita. Hubungan cinta yang ideal itu tidak saling bergantung dan tidak saling mengeksploitasi. Masing – masing mandiri. Namun pada saat yang sama dapat saling memberi, saling mendukung, dan saling memperkembangkan.[2]
Sedangkan menurut John Alan Lee, seorang psikolog, menyatakan teori tentang cinta yang disebut sebagai warna cinta. Warna-warna cinta tersebut adalah:
1)      Eros atau romantic lover: cinta dalam bentuk eros adalah cinta yang muncul semata-mata karena ketertarikan fisik. Cinta seperti ini adalah cinta yang mementingkan nafsu, dan tidak dapat bertahan lama.
2)      Ludus atau game-playing lover: sesuai dengan namanya, cinta ini semata-mata seperti sebuah permainan. Orang yang ludus menyukai rayuan gombal. Cinta ini biasanya ditemukan pada kasus cinta monyet.
3)      Storge atau quiet and calm lover: cinta ini adalah cinta yang “diam”. Rasa cinta ini tidak muncul dengan tiba-tiba dan tidak mengharapkan cinta yang ideal, romantis, pernikahan, atau sebagainya. Jika cinta ini berakhir, pasangan manusia tetap bisa berteman.
4)      Mania atau crazy lover: cinta ini disebut gila karena penuh dengan posesivitas dan ketergantungan.  Orang dengan cinta jenis ini akan begitu gelisah ketika pasangan tidak di sampingnya, namun di satu sisi akan langsung mengalami peningkatan mood ketika pasangan sudah di sampingnya.
5)      Pragma atau practical lover: cinta ini penuh dengan daftar kualitas yang mereka harapkan dalam sebuah hubungan. Orang yang pragma mengharapkan cinta yang dalam dan berakhir pada pernikahan, bahkan mereka sudah merencanakan masa depan dari cinta mereka.
6)      Agape atau selfless lover: cinta yang tidak mengharapkan apapun. Cinta yang tulus. Tidak mengharapkan balas, tidak cemburu, dan tidak meminta apapun.

Menurut Robert Sternberg, seorang profesor psikologi, menggolongkan cinta dengan cara yang berbeda. Cinta adalah kombinasi dari hasrat (passion), keintiman atau kedekatan (intimacy), dan komitmen. Macam-macam cinta berdasarkan kombinasi tiga hal tersebut adalah:
a)      Suka (liking): adanya keintiman atau kedekatan tetapi tidak ada hasrat dan komitmen. Liking biasanya muncul pada sepasang teman atau sahabat.
b)      Infatuation: hanya ada hasrat tanpa ada kedekatan dan komitmen. Cinta jenis ini dapat dengan mudah hilang dan berganti kepada pasangan yang lain.
c)      Empty love atau cinta kosong: hanya ada komitmen, tanpa ada kedekatan dan hasrat. Meskipun cinta jenis ini tidak melibatkan perasaan, tetapi perlu dikembangkan hingga terciptanya kedekatan dan hasrat.
d)     Romantic love atau cinta romantis: ada hasrat dan ada kedekatan, tetapi tidak ada komitmen. Cinta ini biasanya hanya untuk sekedar kesenangan saja, umumnya pada kasus cinta monyet.
e)      Companionate love: adanya kedekatan dan komitmen, namun tanpa hasrat. Cinta ini dapat muncul pada sepasang sahabat atau pasangan menikah yang mengalami penurunan hubungan.
f)       Fatuous love: cinta yang memiliki hasrat dan komitmen, tetapi tidak memiliki kedekatan. Cinta ini bisa dikatakan cinta yang bodoh karena muncul meskipun belum mengenal pasangan dengan baik (tidak adanya kedekatan). Cinta pada pandangan pertama dapat menjadi contoh dari cinta jenis ini.
g)      Consummate love: cinta yang memiliki baik kedekatan, hasrat, dan komitmen. Cinta ini adalah cinta yang ideal dan jenis cinta yang terbaik. Pasangan dengan cinta jenis ini saling memahami satu sama lain, saling memiliki ketertarikan satu sama lain, dan memiliki komitmen untuk mempertahankan hubungan.[3]
Menurut Ibnul Qayyim, seorang ulama diabad ke- 7, terdapat 6 peringkat cinta.Yaitu:
v  Peringkat – 1 dan yang paling tinggi adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata.
“dan diantara manusia ada orang – orang yang menyembah tandingan – tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang – orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang – orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat). Bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal). (QS Al-Baqarah 2: 165)
Allahlah yang paling utama, tak ada tandingan tak ada bandingan. Allah yang pertama dan selalu akan menjadi yang pertama. Posisinya tidak boleh digeser menjadi nomor dua. Jadi ungkapan – ungkapan, seperti “ Kau selalu dihatiku, bersemi dalam qalbu,” atau “ Ku sebut namanu disetiap detak jantungku,” “Cintaku hanya untukmu.” Selayaknya ditujukan kepada Allah. Karena Dialah yang memberi kita nikmat dan kebaikan sejak dalam kandungan ibu hingga saat ini. Sayangnya terkadang kita lupa dengan cinta ini. Bahkan malahan kita mendahulukan cinta kepada manusia daripada cinta kepada Allah.
Bila cinta ini salah sasaran, maka akibatnya akan fatal. Adalah sebuah kesalahan besar bila kita menyebut “ Aku tak bisa hidup tanpamu, hidup dan matiku untukmu,” tapi ditujukan untuk kekasih, suami, istri, atau bahkan negara kita. Cinta yang tertinggi hanya untuk Allah bukan yang lain.
v  Peringkat ke – 2 ‘Isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah SAW. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dll. Namun, bukan untuk menghambakan diri kepadanya. Kita mencintai Rasulullah dengan segenap konsekuensinya. Kita akan dengan bangga menjalankan sunnah – sunnahnya dan mengikuti petunjuknya dalam mengamalkan agama ini. Kita juga akan mencintai kehidupannya yang luhur dan penuh amal shalih. Kita rindu berjumpa dengannya karena kemuliaan yang ada pada diri beliau. Namun, kecintaan kita bukanlah menuntut sebuah penghambaan. Kecintaan menuntut sebuah amal yang bisa meneladani akhlaknya. Cinta kita kepada Rasulullah mendorong kita untuk membela agama ini dengan kekuatan yang kita miliki. Demikian juga membela sunnahnya bila sunnahnya diinjak – injak oleh orang lain.
“Katakanlah jika kalian cinta kepada Allah, maka ikutilah aku (nabi) maka Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa – dosa kalian.”(Ali Imran 3:31)

v    Peringkat ke-3 : Syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami istri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah. Seorang suami harus mencintai istrinya dengan sepenuh hati. Demikian pula si istri harus memberi cintanya kepada suaminya. Cinta yang tumbuh pada diri mereka akan menambah ketenteraman hati dan ketenangan jiwa. Hidup akan menjadi lengkap, karena saling mengerti dan memahami. Manakala terjadi konflik atau perbedaan pendapat, akan mudah diselesaikan karena aspek cinta mereka yang begitu besar. Kadang boleh saja emosi meninggi, namun ia akan menjadi redam ketika cinta menjadi pertimbangan utama. Seorang ayah yang begitu perhatian kepada anaknya, mencurahkan cintanya kepada buah hatinya. Dia menyayanginya dan rela bekerja siang dan malam untuk anak – ankanya. Selain karena ibadah kepada – Nya, dia melakukannya juga karena cinta.
v  Peringkat ke – 4 : Shababah yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga. Seperti kita ketahui bahwa saat ini sedikit perbedaan saja seringkali menimbulkan perpecahan. Berbeda takbiratul ihram, berbeda gerakan shalat, berbeda hari Idul Adha atau Idul Fitri kadang disikapi secara dewasa. Sehingga masalah pun muncul dan membuat jurang pemisah yang teramat dalam antar pengikutnya.belum lagi kalau kita lihat betapa banyaknya kelompok harakah islamiyah yang bermunculan. Bila cinta ini ada, insya Allah segala perbedaan bisa disinergiskan. Tidak semua perbedaan harus dipaksa sama, tapi kadang hanya membutuhkan sedikit pengertian saja. Cinta ini harus dimunculkan sebagai sebentuk upaya untuk menciptakan kenyamanan hubungan dalam tubuh umat islam.
v  Peringkat ke – 5 ‘ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah berdakwah. Rasa ini seringkali muncul bila sisi kemnusiaan kita tersentuh. Di saat melihat seorang anak kecil yang memelas membutuhkan bantuan, duduk di sebuah gubuk dengan wajah penuh penderitaan, atau saat melihat korban musibah alam berjatuhan, tentu saja mengetuk kepedulian kita yang terdalam. Sisi kemanusiaan kita menjadi tersentuh dan ingin menitikan air mata. Hati kita tidak tega melihat sebuah penderitaan yang tak kunjung berakhir. Inilah bentuk simpati yang muncul dari hati yang paling dalam.
v  Peringkat ke – 6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta atau keinginan kepada selain manusia: harta benda. Namu, keinginan ini sebatas intifa’ (pendayagunaan/ pemanfaatan). Cinta jenis ini pula yang seringkali menggelincirkan manusia. Karena sifat harta memang selalu melenakan. Namun, bila kita cerdas, banyaknya harta benda seharusnya tidak menjadikan kita terlena. Sebaliknya, ia hanya menjadi sarana untuk meraih cinta yang sebenarnya yaitu cinta keada Allah ta’ala.[4]

C.  Hormon – Hormon Saat Jatuh Cinta
1.      Pheromones
Sama persis dengan yang diproduksi oleh ratu lebah untuk mengenali jenis lebah dari kawanannya. Kalau kamu naksir seseorang. Maka tubuh akan secara otomatis mengeluarkan wewangian khusus. Dan jika yang ditaksir merasa cocok dengan wangi tersebut, maka cinta pun akan berbalas.
2.      Vasopressin
Hormon yang mempengaruhi tingkah laku seksual seseorang, dan tingkat kesetiaannya. Semakin tinggi kadar vasopressin, maka orang tersebut akan semakin setia pada pasangannya.[5]
3.      Dopamin
Bertugas untuk meningkatkan performa fisik seseorang untuk tampil lebih cantik atau ganteng agar tampak lebih menawan dan mempesona. Neuron – neuron yang dihasilkan oleh dopamin akan bisa mempengaruhi pandangan seseorang terhadap keadaan sekitar dan memunculkan perasaan kagum. Makanya, orang yang sedang dilanda asmara akan selalu merasa pasangannya terlihat cantik atau ganteng.
4.      Neuropinephrine
Bertugas memicu semangat orang yang sedang jatuh cinta. Ketika hormon ini bekerja, tubuh kita akan merasakan kebahagiaan yang mendalam, sehingga aliran jantung menjadi lebih cepat. Efeknya aliran darah dalam tubuh juga akan semakin cepat, dan secara otomatis semangat tiba – tiba akan muncul alias menggebu – gebu.
5.      Adrenalin
Hormon pemicu keringat dan pemacu detak atau debaran jantung. Mekanismenya, ketika rasa cinta itu datang, maka ia akan mengaktifkan respon stres, lalu merangsang peningkatan kadar adrenalin dan kortisol. Efeknya, tanpa disadari detak jantung berdebar semakin kencang. Keringat tiba – tiba bercucuran, wajah menjadi merah padam, dan rasa gugup begitu menyelimuti.
6.      Endorfin
Hormon ini adalah hormon pengurang rasa sakit dan penenang. Hormon penenang ini dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang. Hormon inilah yang berguna mengurangi rasa sakit hati, mengatasi depresi, dan menimbulkan rasa tenang.
7.      Oksitosin
Hormon pemicu rasa bahagia dan cemburu. Rasa senang, perhatian, sayang, dan hal lainnya yang menumbuhkan kebahagiaan merupakan wujudnya. Sebaliknya, rasa cemburu akan bisa muncul bila hormon ini bekerja secara over alias berlebihan. Munculnya rasa cemburu ini sebagai tanggapan atas rasa takut kehilangan kebahagiaan tersebut, makanya ada istilah bahwa cemburu itu tandanya sayang.[6]


D.  Cinta dan Kecanduan Seks  Serupa Tapi Tak Sama
Cinta antara dua sejoli diyakini sebagai ikatan yang suci. Tapi cinta saja tak cukup kuat untuk membina hubungan agar tetap langgeng, seringkali nafsu dan seks ikut terlibat di dalamnya. Bahkan, cinta dan nafsu seringkali terbolak-balik, susah dibedakan.
Ketika sesorang mengungkapkan rasa cinta kepada kekasih, pada dasarnya dia sedang mengatakan bahwa dia tidak ingin rasa yang menyenangkan tersebut sirna. Sensasi menyenangkan tersebut juga dirasakan ketika bercinta, sebab tubuh mengeluarkan hormon yang sama, yaitu dopamin.
"Sulit untuk menyebut banyak bahan kimia otak yang tidak terlibat ketika terjadi ketertarikan fisik dan emosional pada 2 orang. Namun, pemain terbesarnya adalah senyawa neurokimia yang disebut dopamin, yang memicu munculnya gairah," kata dr David Moore, psikolog dan profesional ketergantungan kimia Argosy University’s Seattle Campus seperti dilansir New York Daily News, Senin (10/6/2013).
Efek dari pengeluaran hormon dopamin ini akan menimbulkan sensasi senang, sehingga perasaan yang muncul saat memenangkan lotre serupa dengan perasaan saat mencapai klimaks dalam hubungan seksual. Namun pada aktifitas seksual, tak hanya dopamin saja yang dikeluarkan, tetapi juga mekanisme endorphine yang membuat ketergantungan.
Menurut dr Moore, semakin besar imbalan atau reward yang diperoleh secara fisik ataupun emosional, maka semakin cepat pula dopamin dikeluarkan dan memunculkan perasaan cinta. Hal serupa juga berlaku pada kecanduan minuman keras dan obat bius. Namun bagaimana membedakannya dalam hubungan asmara?
"Dopamin membuat pria berulang kali mencari imbalan (reward). Semakin lama mereka tidak mendapat imbalan, semakin mereka mengulang upaya untuk mendapatkannya dan pengulangan tersebut akan membangun hubungan yang kuat," kata Susan Kuchinskas, penulis buku 'The Chemistry Of Connection'.
Sedangkan bagi wanita, selain dopamin, hormon oksitosin juga merupakan perekat cinta. Pengeluaran hormon ini dirangsang oleh sentuhan, kepercayaan dan perasaan terlindungi. Semakin lama menahan diri dari hubungan seksual, maka semakin besar pula kepercayaan yang dapat terbangun.[7]










BAB III
KESIMPULAN

                        Cinta memiliki asal usul, yang terbagi menjadi 4 yaitu, teori perilaku, teori kognitif, teori evolusi, dan teori biologi.

 Lalu bagaimana islam memandangnya?. Islam memandang cinta sebagai sesuatu yang biasa dan sederhana. Islam adalah agama yang fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.

Beberapa seseorang psikolog dan seorang ulama telah menggolongkan macam – macam cinta. Sehingga cinta sangat terlihat sebagai hal yang benar – benar sulit untuk didefinisikan. Namun setiap individu pastilah merasakan cinta.

Cinta pada kenyataannya selalu identik dengan seks, dimana cinta antara dua sejoli diyakini sebagai ikatan yang suci. Tapi cinta saja tak cukup kuat untuk membina hubungan agar tetap langgeng, seringkali nafsu dan seks ikut terlibat di dalamnya. Bahkan, cinta dan nafsu seringkali terbolak-balik, susah dibedakan.
 Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai. Mereka juga tidak dilaarang untuk jatuh cinta. Hanya saja, Islam menyediakan penyaluran untuk itu melalui lembaga pernikahan. Di mana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta. Seorang laki – laki menjadi seorang suami dan seorang perempuan menjadi seorang istri. Hal ini menjadi sebuah tuntunan dalam menjalankan agama. Bahwa ketika hamba Allah jatuh cinta hanyalah pernikahan solusinya.


[1] Rendra Maramis, “Cinta Dalam Pandangan Ilmu Psikolog,”  Artikel  diakses pada 23 November 2013 dari http://masnerr.blogspot.com/2012/05/cinta-dalam-pandangan-ilmu-psikologi.html

[2] Burhan Sodiq, “Ya Allah Aku Jatuh Cinta!,” (Cet.VI; Solo : Samudera, 2007), h.35 – 36

[3] Rendra Maramis, “Cinta Dalam Pandangan Ilmu Psikolog,”  Artikel  diakses pada 23 November 2013 dari http://masnerr.blogspot.com/2012/05/cinta-dalam-pandangan-ilmu-psikologi.html

[4] Burhan Sodiq, “Ya Allah Aku Jatuh Cinta!,” (Cet.VI; Solo : Samudera, 2007), h.62 – 66
[5] Ibid , h.48

[6] Mohammad Irsyad, “Cantiknya Akhlaqmu Inginku Memilikimu,” (Cet.I ; Yogyakarta : Fadilatama, 2013), h.10 – 11

[7] Putro Agus Harnowo, “Cinta dan Kecanduan Seks, Serupa Tapi Tak Sama,” Artikel diakses pada 23 November 2013 dari http://health.detik.com/read/2013/06/10/195444/2269494/1390/cinta-dan-kecanduan-seks-serupa-tapi-tak-sama?u18=1




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

blogwalking..