hujan

selalu ingin berbagi dengan anda semua

Jumat, 23 November 2012

Aku Pergi ke Surga




Aku Pergi  ke Surga

Karya: Andini Zahra Adystia

 Hari ini hari senin waktunya untuk siswa – siswi upacara, khususnya sekolah MAN Idhar Haqiqi Surabaya. Tetapi sepertinya tidak akan ada upacara, karena  halaman tak beratap  membiarkan hujan menari – menari diatas rerumputan yang tertidur. Semua warga sekolah hanya terpaku melihat ke arah halaman seakan sedang menonton peperangan antara belanda dan pribumi ratusan tahun yang lalu.

                Aisyah siswi kelas XII – IPA.A berjalan menyusuri tiap persegi lantai yang mengantarkannya menuju ruang kepala sekolah, saat berada didepan pintu, Aisyah mengetuk dan mengucapkan salam. Ibu Khodijah yang mendengar mempersilahkan Aisyah masuk,
“ Ada apa Aisyah?” tanya Ibu Khodijah
“ Ma’af ibu, Apakah tidak sebaiknya upacara tetap berjalan?” Tanya Aisyah tanpa basa basi
  Tetapi Aisyah, kamu tahukan di luar hujan!” jawab Ibu Khodijah dengan tersenyum
“ Iya,bu tapi saya rasa gedung serba guna cukup luas untuk dijadikan tempat upacara!” Kata Aisyah meyakinkan
“Hem... benar juga katamu, tapi bagaimana dengan tiang bendera nya Aisyah?”
“ kita gunakan saja tiang bendera yang sudah ada di GSG!, meskipun tidak setinggi tiang yang berada di halaman tetapi kan, masih bisa digunakan bu?!” kata Aisyah berusaha meyakinkan seakan upacara hari ini adalah upacara terakhir baginya.
“ Baiklah...!” kata ibu Khodijah menyetujui

                Semua warga sekolah menuju GSG (Gedung Serba Guna) dan osis menyiapkan segala keperluan, satu jam telah terlewati semuanya telah siap, upacara berjalan seperti biasa namun gemercik air hujan membuat suasana seakan mencekam mengingatkan kepada semua yang mengikuti upacara betapa dahsyatnya perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita. Tak ada suara selain suara hujan dan petugas upacara.  

Aisyah mulai merasa pusing, tubuhnya terasa sangat lemas, sebisa mungkin dia menahannya agar tak jatuh pingsan. “ Kepada sang merah putih, hormaaat grak!!!” kata pemimpin upacara dengan nada lantang dan tegas. Seluruhnya tanpa terkecuali memberi hormat kepada sang merah putih, sang merah putih yang melambangkan keberanian yang suci bangsa Indonesia. Begitu juga dengan Aisyah, dia memberi hormat dan saat tatapan matanya tertuju kepada bendera pandangannya mulai kabur dan perlahan gelap.

Aisyah terbangun disaat upacara telah selesai bahkan waktu telah menunjukkan senja, adzan magribpun terdengar menghiasi tiap rusuk ruang bumi.
“Aisyah dimana bunda?” tanya Aisyah kepada ibunya.
 “Aisyah dirumah sakit sayang” jawab ibu Sara dengan tersenyum.
 “Aisyah kenapa bunda?” tanya Aisyah lagi.
“ Aisyah hanya terlalu capek sayang...! Ayo sekarang sholat, sekalian qodho’ sholat duhur dan ashar mu!” jawab ibu sara dengan mengusap kening Aisyah yang sedikit berkeringat.
“iya bunda....!” jawab Aisyah
Aisyah dan ibunya berjama’ah sholat magrib. Aisyah tidak mengerti mengapa dia sering jatuh pingsan. Ibu Sara memang tidak memberi tahu Aisyah apabila sebenarnya Aisyah mengidap kanker sel darah putih. Penyakit itu membuat Aisyah semakin hari semakin lemah dan lumpuh. Semangat hidup Aisyah yang begitu bergejolak membuat orang lain tak akan pernah menyangka Aisyah sedang sakit.

Dirumah sakit Aisyah hanya disuntik vitamin, dan langsung boleh pulang ke rumah. Saat perjalanan pulang Aisyah menerima pesan dari Fahri ketua Sekbid Kesehatan:
“Aisyah, bagaimana keadaanmu? Semoga Allah selalu memberikan rahmatnya. Oh, ya Aisyah besok jam 09.00 osis akan mengadakan baksos seperti yang telah dirapatkan kemarin lusa. Jika besok kamu masuk jangan lupa hasil rapat kemarin dibawa. Kalau kamu tidak masuk, besok pagi Aku akan kerumahmu. “
Secepat mungkin Aisyah membalas:
“iya... terima kasih fahri sudah mengingatkan, InsyaAllah saya masuk!”
                “sayang, sms dari siapa?” tanya ibu Sara
                “dari Fahri. Teman osis Aisyah bunda..!” jawab Aisyah dengan tersenyum.
                “ Ingat loh sayang, kamu jangan terlalu capek. Apa tidak bisa kamu tidak ikut organanisasi?”
                “ ayolah bunda.... mengikuti organisasi itu menyenangkan, bahkan besok osis mengadakan baksos. Seingat Aisyah sich.. tujuan kami mau ke rumah Cinta Kasih” kata Aisyah merayu
                “ iya sudahlah terserah kamu....” jawab ibu Sara singkat

Ke esokannya.....

 Seperti biasa setelah sholat subuh Aisyah bersiap – siap ke sekolah, Aisyah berangkat diantar oleh sopir pribadi bundanya. Selama perjalanan menuju sekolah Aisyah menggunakan waktunya untuk membaca Alquran. Sekolah Aisyah memang cukup jauh, terlebih lagi padatnya volume kendaraan yang menuju MAN Idhar Haqiqi Surabaya, menambah durasi perjalanan Aisyah untuk sampai di sekolah tepat waktu.

Aisyah adalah sosok yang baik hati, ramah dan ringan tangan. Tak heran jika semua orang yang mengenalnya menaruh simpati padanya, terlebih senyuman yang tak pernah lupa ia pancarkan membuat semua orang syahdu memandangnya.

Hari ini baksos berjalan dengan lancar, membuat Aisyah dan teman – temannya lebih bersyukur atas ni’mat yang Allah berikan. Namun Aisyah merasa ada sesuatu yang kurang, iya.. Atiqoh, Sahabat yang selalu menemani Aisyah kemana saja dia pergi, begitupun sebaliknya. “Dimana Atiqoh??? Apakah hari ini dia tidak masuk?” katanya dalam hati. Aisyah mencoba mencari Atiqoh di perpustakaan tetapi tidak ada, di kantin juga tidak ada. Aisyah pun menyakan kepada Fahmi sepupu Atiqoh yang juga satu sekolah dengannya.
“ Assalammualaikum, Fahmi..!” sapa Aisyah
  Wa’alaikum salam. Ada apa Aisyah?” tanya Fahmi
  Apa kamu tahu dimana Atiqoh?” tanya Aisyah gelisah
 Atiqoh mungkin di rumah!” jawab Fahmi singkat
“ oh.. ya sudah sukron!” jawab Aisyah datar
                Aisyah merasa tidak puas dengan jawaban Fahmi, dan Aisyah memilih menyudahi percakapannya dengan Fahmi. 

                Dirumah Aisyah hanya bersama dengan para pembantunya, Bundanya bekerja, sekitar jam 7 malam baru pulang kerumah, sedangkan ayah Aisyah sedang bertugas di luar kota. Saat Aisyah berada didepan layar lapy-nya Aisyah teringat kepada Atiqoh. Dia pun segera menelfon Atiqoh.
                “ Assalammualaikum Atiqoh!!!” sapa Aisyah
                “ Wa’alaikum salam Aisyah!” jawab Atiqoh dengan nada lemas
                “ kamu kenapa ukhti?” tanya Aisyah khawatir
                Tak ada jawaban dari Atiqoh, hanya terdengar isak tangis yang perlahan terdengar semakin jelas ditelinga Aisyah.
                “ Atiqoh... Apa kamu baik – baik saja?? Jawab Atiqoh!! Ada apa??!! Kata Aisyah semakin khawatir.
                “ A...A...Aisyah...! tolong Aku...!” Jawab Atiqoh ditengah isak tangisnya
                “ Aku akan segera kerumahmu..!” sahut Aisyah
                  Jangan Atiqoh.... aku saja yang kerumahmu..!” kata Atiqoh mencoba melarang Aisyah
                “ Baiklah, akan ku suruh sopir bunda menjemputmu!” jawab Aisyah
                “ iya Aisyah, Terima kasih..! Assalammualaikum!”  kata Atiqoh
                “ Wa’alaikumsalam !” jawab Aisyah lalu menutup telfonnya

                Aisyah segera meminta tolong  pak Qosim menjemput Atiqoh , 15 menit berlalu, Aisyah yang sejak tadi menunggu Atiqoh di ruang tamu langsung memeluk Atiqoh begitu sahabatnya masuk ruang tamu. Aisyah segera mengajak Atiqoh kekamarnya dan meminta tolong bibi Surti membuatkan minum untuk Atiqoh. 

                Atiqoh masih menangis, dia belum bisa berkata apa – apa kepada Asiyah. Namun Aisyah sabar menunggu dan berusaha membuatnya tenang. Setelah Atiqoh tenang, Atiqoh menceritakan semuanya kepada Aisyah. Jika perusahaan yang dikelola ayahnya bangkrut dan membuat Atiqoh sekeluarga angkat kaki dari rumah karena di segel oleh bank. Aisyah terdiam dan mencoba memikirkan sesuatu, Asiyah teringat dengan rumah kontrakkan yang belum berpenghuni di belakang rumah. Aisyah tahu sifat Atiqoh yang tidak suka di kasihani. Aisyahpun menawarkannya kepada Atiqoh dengan harga yang sangat rendah. Atiqoh menyetujuinya. Namun ada hal lain lagi, yaitu biaya sekolah 5 bulan kedepan sebelum kelulusan. Aisyah lagi – lagi terdiam, Diapun mengatakan kepada Atiqoh bahwasannya semua akan baik – baik saja, dan Atiqoh tetap bersekolah seperti biasanya. Atiqoh merasa lega dan pulang dengan rasa bahagia.

                Aisyah menghampiri bundanya yang baru saja beristirahat didalam kamar, Aisyah menceritakan semua tentang Atiqoh dan meminta ma’af karena tidak izin terlebih dahulu menyewakan rumah yang berada di belakang rumahnya dengan harga rendah. Ibu Sara hanya tersenyum dan berkata “ Sungguh mulia hatimu sayang, bunda bangga mempunyai putri seperti Aisyah!”. 

                Pagi ini Aisyah sekolah seperti biasa, namun Atiqoh masih belum kelihatan juga, mungkin siap – siap untuk pindah. Aisyah melakukan konseling dengan guru psikolog yang berada di sekolah. Aisyah merasa lega dan tidak ragu untuk merekap data Atiqoh selama bersekolah di MAN Idhar Haqiqi.  Aisyah mengajukan beasiswa penuh kepada sekolah dan juga perusahaan ayahnya. Selama seminggu Aisyah berusaha dan terus berusaha. Semuanya tidak terlalu sulit karena Atiqoh termasuk siswi yang cerdas. Perjuangan Aisyah tidak sia – sia, beasiswa sudah berlaku bulan depan. Asiyah langsung memberi tahu Atiqoh. Atiqoh sangat berterima kasih kepada Aisyah. 

                2 bulan telah berlalu, selama itu juga Atiqoh dan Aisyah berangkat sekolah bersama, belajar bersama, dan bermain bersama. Saat selesai mengerjakan tugas, Aisyah bertanya kepada Atiqoh.
  Atiqoh... apabila aku mati, aku masuk neraka atau surga ya?”
“ surga pastinya...!” jawab Atiqoh
“ Amiiiin.... tapi apa aku pantas berada disurga?” tanya Aisyah lagi
“ sangat pantas Aisyah...! kamu tak pernah melukai hati orang lain, kamu juga selalu taat dengan perintah Allah” kata Atiqoh meyakinkan
“Jadi... aku akan pergi ke surga..!” kata Aisyah dengan tersenyum
“ hey.. kamu kenapa Aisyah? Bukankah waktu kita untuk bersama masih lama?” tanya Atiqoh
“ iya.. Atiqoh” jawab Aisyah datar.

                Tak sengaja Ibu Sara mendengar percakapan Aisyah dan Atiqoh. Tanpa sadar air mata menetes membasahi pipinya, dalam benaknya “Apakah Aisyah sudah merasa sangat dekat dengan kematian? Oh Tuhan jangan dulu kau ambil amanahmu yang satu ini dariku... Sungguh aku masih ingin melihatnya tumbuh menjadi sosok yang dewasa” .

                Bumi terus berotasi mengganti hari demi hari... Bumi terus berevolusi mengganti bulan demi bulan. Tak dapat di tutupi lagi, Aisyah yang mengidap kanker semakin hari semakin tak berdaya. Kini kakinya lumpuh, namun hal itu tidak membuatnya lemah. Aisyah tetap berangkat sekolah meskipun menggunakan kursi roda.
“ Atiqoh... apakah kamu tidak bosan terus menerus membantu aku seperti ini?” tanya Aisyah
“ tidak Aisyah.. Aku tidak akan pernah bosan!” jawab Atiqoh terharu
“Allah yang akan membalas kebaikanmu Atiqoh” kata Aisyah
                Atiqoh dan juga teman – teman yang lain senantiasa membantu Aisyah terutama ketika harus naik turun tangga saat memasuki pintu utama sekolah.

                Ah.... sungguh waktu terus berlari. UNAS sudah didepan mata, Aisyah dan siswa siswi yang lain berdoa bersama sebelum mengerjakan soal UNAS.  Aisyah masih saja tetap tersenyum. Dia sangat bersemangat meskipun dalam kondisi sakit. Ujian berjalan dengan lancar, Selama menunggu hasil pengumuman kelulusan Aisyah dan Atiqoh menghabiskan waktu bersama dengan mengaji bersama, membaca novel, dan juga mencari informasi – informasi tentang perguruan tinggi.

 Saat Atiqoh sibuk membaca novel begitu pula dengan Aisyah. Tiba – tiba Aisyah bertanya kepada Atiqoh.
  Atiqoh... Apabila aku mati. Aku masuk surga atau neraka ya?
“ surga, Aisyah..!” jawab Atiqoh,  masih dengan membaca novel yang dipegangnya
“ Amin....! tetapi, apa pantas Aku masuk surga?” tanya Aisyah lagi
“ Sangat pantas Aisyah...!” jawab Atiqoh tegas
“mengapa?” tanya Aisyah
“ kamu sangat baik. Dan taat beribadah Aisyah!” jawab Atiqoh dengan meletakkan novel yang dibacanya tadi.
“ Bukankah aku sudah berbulan – bulan merepotkanmu? Bahkan semua orang yang ada disekitarku? Bukankah ibadahku juga sudah tidak sempurna Atiqoh?” tanya Aisyah dengan nada tinggi sembari matanya berkaca – kaca.
“Tidak Aisyah! Aku dan semuanya tidak merasa direpotkan. Dan ibadahmu sangatlah sempurna..!” tutur Atiqoh.
“ ah.. kau hanya menghiburku ukhti.” Kata Aisyah sedih.
 Hari kelulusan tiba, Alhamdulillah....  siswa siswi MAN Idhar Haqiqi lulus 100%. Semuanya merasa sangat senang, Aisyah sangat senang begitu juga dengan Atiqoh. Atiqohpun mengajak Aisyah makan bakso bersama di tempat biasa mereka makan. Mereka juga ke taman sekolah untuk berfoto – foto bersama teman – teman yang lainnya. 

Senja menyapa, langit begitu merah angin berjalan tertatih – tatih, seakan mengikuti langkah Aisyah yang menuju mushola rumah untuk sholat magrib berjama’ah bersama keluarganya dan juga keluarga Atiqoh yang memang di undang Ibu sara untuk sholat bersama dan makan malam. Sholat magrib kali ini terasa sangat syahdu, Rokaat demi rokaat, sujud demi sujud terasa mendebarkan untuk Atiqoh yang berada disamping Aisyah. Sujud di rokaat ketiga Aisyah tak lagi bernyawa. Salam terakhir Atiqoh langsung memeluk Aisyah, suasana menjadi haru. Tangisan Atiqoh dan Ibu sara seakan mengubah senja yang begitu cerah menjadi kelabu. 

“kamu pergi ke surga Aisyah... ke surga Aisyah... sungguh aku tak ridho jika kamu disiksa. Kamu sangat baik, kamu sangat rajin beribadah Aisyah. Sungguh Alquran yang setiap hari kamu baca akan menjagamu Aisyah” kata Atiqoh dengan tersedu – sedu. Semuanya terdiam mendengar kata demi kata yang terucap dari Atiqoh. Atiqoh pun menceritakan bagaimana gelisah nya Aisyah tak dapat menyentuh surga.
»»  To Be Continue...

Kata Tak Sempurna


Kata tak sempurna

Ketika gerimis turun.....
Butiran air membasahi pipi dan tubuhku....
Semua terlihat sama...
Tapi tidak jika kau mau sejenak mendekatiku ....
Melihatku...
Dan mau memahami apa yang ada dalam hatiku...
Aku bersedih....
Mengapa aku bersedih?
Karna kebodohanku yang tak bisa memahami cintamu
Karna kebodohanku yang tak dapat lagi menemukan cara agar kau tahu...
Inilah diriku...
Inilah keinginanku...
Katakan.....
Saat kau menatapku... kau melihat tuhan... sayang...
Dan katakan...
Kau mencintai kekuranganku..
Dan bersyukur...
Jika kau melihat kelebihanku...
Namun sayang, tak ada satupun kelebihan yang ku punya
Sayang, jika di gambarkan dengan sesuatu...
Sungguh aku tak dapat memilih objek apapun untuk itu..
Dirimu dan Rasa ini...  berasal dari tuhan....
»»  To Be Continue...

Sinyal Kuat Pengen EHEM_EHEM


SINYAL KUAT PENGEN EHEM….EHEM.

SEMUA,orang pernah horny! Yaaah…?? Gak percaya??? Coba deech search kata horny di mbah gugel. Hasilnya, Mbah Gugel menemukan 502 juta link yang mengandung kata horny dalam waktu 0,22 detik. WWWOOOOWWW!!!!
Kalau kamu apa yang muncul dipikiranmu pas dengar kata horny?? hayoo?? . sekarang yuk simak fakta horny. Kita ilustrasikan aja ya…. Jadi dongeng, cerita tentang horny yang terjadi sama mawar (vagina) dan marwan (penis). Hohohohoooo.

ABG horny..wajar koq!!!
Diumurmu saat ini pernah gak siich merasa merinding-merinding gimana gituuch!! Atau “berimajinasi nakal” pas lihat sesuatu. Kalu kamu ngalamin hal seperti itu gag usah panik.
GEJALA horny…
Dulu waktu masih kecil ngelihat cewek cakep,bohai,nan mulus, pikiran “nakal” pasti belum ada. Tetapi, begitu puber… WUUIIIHH!! . hormone testoren dalam tubuh kita mulai aktif. Bagi cowok-cowok, hormon tersebut mengakibatkan si MARWAN jadi setegak tugu pahlawan. Hal itu terjadi karena MARWAN terisi oleh darah. Maka, ia jadi keras dan tegang. Istilah biologinya disebut EREKSI. Bangunnya MARWAN itu adalah reaksi umum saat cowok lagi horny. Kalu horny gak kesampaian bisa mengakibtkan kandungan sperma dalam testis overload. Ini bisa mengakibatkan noctural emissions alias wet dreams atau istilah gaulnya mimpi basah. Saat ejakulasi, cairan semen yang mengandung sperma akan keluar dari Marwan. Cewek juga bisa horny… Cuma lebih tertutup. Cewek yang lagi horny ditandai dengan banjirnya area MAWAR oleh cairan bening yang kadang seputih susu. Dan bagian dada menegang.

HARUS bagaimana???
Di usia puber yang berbau Ehem..Ehem.. kamu merasa bingung karena enggak pernah mengalami sebelumnya…jadi, lebih baik kamu tanyasama orang dewasa yang menurutmu nyaman diajak curcol. Meski malu kamu wajib dapat pengetahuan seks dengan benar. Nanti itu juga jadi bekalmu dimasa depan kok!!. Gimana?? Sepakat??.
»»  To Be Continue...

Minggu, 04 November 2012

Benar!!! Aku Mencintaimu....






Benar !!! Aku Mencintaimu.
 
Karya:  Andini Zahra Adystia

Seminggu lagi adalah hari ulang tahun kekasihku Diandra. Seorang gadis blesteran jerman jawa,sosok yang ramah, pandai dan agresif.  Aku bertemu dengannya saat aku menjadi panitia ospek dikampusku, dan Diandra adalah mahasiswi baru.

                Saat itu, sore tak begitu ramah. Hujan membuatku harus duduk menuggu di depan kelas. Ku perhatikan pohon yang berada didepan jangkauan mataku, dan  terus ku perhatikan gerak daun yang perlahan jatuh ketanah dikarenakan air hujan yang sangat deras, Aku mulai membuat persamaan, jika air yang begitu lembut dan bahkan tak terlihat dapat membuat daun terjatuh maka tak jauh beda dengan cinta, cinta tak dapat kita lihat namun siapa saja dapat terjatuh karena cinta. “ah.. moga ku tak jatuh cinta lagi” kataku lirih. 

“kenapa??” tanya Diandra dengan tatapan tajam, membuatku terkejut dan sedikit gugup, 

“tak apa – apa” jawabku singkat bergegas meninggalkannya. 

“tunggu...!” sahut Diandra dan menarik tanganku, membuatku terduduk lagi. 

“Ada apa?” tanyaku singkat.  

“Kamu ka’ Dio kan?? “ tanya Diandra

“iya. Aku yang jadi panitia ospek tadi...!” jawabku datar.

“Aku dari tadi memperhatikan kakak yang sedang melamun..” 

“kamu dari tadi disampingku?” tanyaku dengan nada seidkit terkejut.

“e’em” jawab Diandra menggangguk

“so Lame....” kataku lirih

“kamu terlihat sangat tampan saat mengatakan itu kak!” sahut Diandra sambil tersenyum, 

(“OMG.. ini cewek buat jantungku berlari saja!”) kataku dalam hati sambil melihat kearah Diandra.

“sudahlah ka’ tak perlu kaget denganku... , ka’ aku pulang dulu hujannya sudah reda! Kelihatannya kakak masih ingin melihat nasib daun lebih lanjut..” kata Diandra bergegas pergi sambil tersenyum.

                Semenjak percakapan kecil itu, kami menjadi dekat. Tak hanya sekali atau dua kali Diandra membuatku terkejut oleh tingkah lakunya, kepercayaan diri yang sangat tinggi. Apalagi ketika aku dan Diandra berada di kantin kampus. Aku memandangi wajahnya, dan terpesona dengan senyum manis bibirnya. “kakak sepertinya kamu tidak bisa berkedip?”  kata Diandra dengan mendekatkan matanya ke mataku seolah memperhatikan bentuk mataku.  Aku yang tak sebegitu bisa mengekspresikan diri dalam soal perasaan, menjadi gugup dan salah tingkah. “ kakak, kehadiranmu dalam hidupku, membuat aku mengagumi semua aktifitasmu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu tak mengagumiku?” kata Diandra tanpa menatapku sambil mengerjakan tugasnya. Aku sangat bersyukur kepada tuhan, Entah apa jadinya jika Diandra menatap mataku, jantungku pasti sudah copot. “ Ah jangan mengagumiku. Tak ada yang pantas dikagumi dari diriku!” kataku dengan tertawa. “ Baiklah... lalu bagaimana dengan pertanyaanku?”  kata Diandra masih dengan mengerjakan tugasnya.  Tiba – tiba Andre memanggil dan mengajakku ke kelas.“eh.. Aku masuk dulu ya?!” kataku bergegas pergi. Lagi – lagi ku berterimakasih kepada tuhan, karna aku tak perlu menjawab pertanyaan Diandra yang jelas melumpuhkanku. “iya kak!” jawab Diandra singkat.

                Didalam kelas, seperti biasa Aku dan Andre menggoda Nina, ya Nina adalah seorang gadis yang menurut kami paling asyik kalau digoda. “Nina sayang..! sudah sarapan?” tanyaku setengah berteriak dan berjalan menghampirinya. “Apa’an ce kamu!” jawab Nina jutek. “ haduh.. Koq jutek amet siech, nanti cantiknya hilang loh?!” sahut Andre. “ ah tidaak, bagiku... bagaimanapun ekspresimu. kamu tetap cantik sayang ...dan kecantikanmu tak akan pernah hilang!” kataku dengan tersenyum. Terlihat Nina hanya tersenyum. Dan ku melihat cermin milik Nina yang menghadap kearah jendela. (“ Diandra? Jangan – jangan dia sudah dari tadi berada disitu?” ) kataku dalam hati. 

                Waktu terus berlari tanpa bisa kuhentikan, Aku tahu bahwa Diandra menyukaiku. Dia tertawa dan tersenyum ketika tahu aku sering menggoda teman – teman sekelasku terutama wanita. Dan aku tahu itu semua simbol dari kecemburuan bukan kebahagiaan. Tapi aku merasa semua belum waktunya jika aku harus membalas cintanya. Entah mengapa tiap kali Diandra mencoba mengekspresikan perasaannya aku hanya menghidupkan suasana canda tawa. Hingga tepat pada malam itu. Aku merasakan sesuatu yang hilang. Diandra menjauhiku, oh tuhan aku tak mau menyakitinya. Aku tak mau dia pergi dariku. Tapi aku masih ragu, apakah aku benar – benar mencintainya?

“Aku sudah lelah ka’. Katakan sesuatu.. agarku tahu apa yang harus ku lakukan!” kata Diandra sedikit emosi. 

Aku bingung harus menjawab apa, Aku hanya diam. 

“ ka’ Aku menyukaimu... Aku sayang ma kamu... tapi kamu hanya menganggap semuanya bercanda...  ka’ aku tuch cewek... sampai kapan kamu biarkan aku terus mengejarmu?”  kata Diandra semakin emosi.  

“ Aku menyukaimu Diandra, tapi aku masih ragu.... Aku masih mencari kepastian.” Kataku tak tega melihat air mata membasahi pipi Diandra.

“Baiklah ka’, Aku tahu...!” kata Diandra dan bergegas pergi.

“Tahu apa?” tanya ku dengan suara keras. Menghentikan langkah Diandra

“Tahu... kalau kamu gag mencintaiku”  jawab Diandra berteriak dan pergi meninggalkanku.

Aku membiarkan Diandra pergi.... Aku sungguh masih ragu dengan semua ini.

                Keesokannya, Aku benar – benar merasa kehilangan sesuatu yang paling berharga, rasanya hampa. Aku merasa bersalah kepada Diandra, Aku gag bisa kalau tak melihat senyumannya . Tapi aku tak mempunyai keberanian tuk menyapanya meskipun hanya lewat sms. Ah sepertinya aku laki – laki paling payah sedunia. Saat malam menyapa... Hp ku berdering tanda sms masuk. OMG, dari Diandra “ka’ Aku sudah terbiasa dengan hadirmu, hari ini rasanya hampa. Ma’afkan aku yang terlalu egois” sungguh tak ku duga Diandra akan mengirim pesan kepadaku ... huft Diandra kamu sungguh luar biasa buatku. Aku sadar..... Diandralah pemilik hatiku.

                Ke esokannya saat dikampus, Aku bertemu dengan Diandra. Dan aku bilang padanya jika Aku mencintainya, sungguh dia tak percaya, dia takut aku hanya kasihan padanya. Aku menjelaskan sebisanya, jika hanya dia wanita yang mampu membuatku merasa istimewa, mampu membuatku ketawa, dan hanya dia satu – satunya milikku. 

                Sempurna dia telah menjadi milikku, aku merasa sangat bahagia. Namun sudah pada dasarnya aku tak sebegitu bisa mengekspresikan perasaanku. Kalau aku benar – benar mencintainya. Diandra merasa tidak puas dengan sikapku yang satu ini. Akupun berusaha mengimbanginya, tetap saja dirasa semua percuma. Ah aku benar – benar payah!. Aku tak bisa seagresif dia,  hingga suatu ketika.... aku membaca blognya, aku merasa sedih karena disitu tertulis jelas bahwa dia menganggap aku tak sepenuhnya menyayanginya, akupun mengatakan kepadanya bahwa sepenuhnya hatiku mencintainya. Diandra tersenyum, dia meminta ma’af padaku atas unsur kesengajaannya menulis seperti itu di blognya karna dia ingin aku bisa meyakinkannya, dan itu salah satu caranya. Aku menjadi merasa bersalah, aku tak bisa meyakinkan kepada Diandra tentang perasaanku padanya.

 waktu berdetak lebih cepat dari jantungku, sekarang Diandra dihadapanku,

                ************Bersambung************
»»  To Be Continue...
blogwalking..