CINTA
DALAM DUNIA PSIKOLOGI
MAKALAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah
PENGANTAR PSIKOLOG
Dosen
Pembimbing :
Prof.
Dr. Moh. Sholeh, M.Pd.
Oleh :
Andini Zahra Adystia (D71213080)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap orang memiliki emosi, dimana
emosi selalu ada disetiap waktu yang telah dilalui oleh seseorang. Seperti
ketika merasa bahagia saat mendapatkan hadiah, ketika kita merasa sedih karena
akan ditinggal orang yang kita sayang, atau ketika kita marah saat teman kita
tidak menepati janjinya kepada kita. Semua itu merupakan emosi kita. Lalu
sebenarnya, apa emosi itu? Menurut saya emosi adalah perasaan yang timbul
ketika kita berada di suatu keadaan.
Emosi itu berbagai macam, seperti sedih,
senang, marah, takut dan cinta. Di makalah ini saya akan membahas tentang
cinta. Lalu darimana cinta itu?, ada yang mengatakan cinta itu dari mata turun
kehati. Berbiacara tentang cinta, Cinta adalah suatu hal yang tak kan pernah
bosan dibahas oleh manusia, karena kenapa? Karena setiap jiwa manusia memiliki
cinta. Cinta kepada tuhan, cinta kepada keluarga, cinta kepada tanah air, cinta
kepada lawan jenis. Begitu banyak cinta, maka cinta menjadi topik yang sangat
menarik dibicarakan oleh masyarakat terutama kalangan remaja. Cinta adalah
suatu emosi yang identik dengan kesenangan. Lalu apakah cinta sama dengan
seks?. Dan bagaimana bisa manusia merasakan cinta?.
B.
Rumusan
Masalah
1. Darimana
asal usul cinta?
2. Apa
macam – macam cinta?
3. Apa
saja hormon – hormon saat jatuh cinta?
4. Benarkah
cinta dan kecanduan seks serupa tapi tak sama?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui asal usul cinta
2. Untuk
mengetahui macam – macam cinta
3. Untuk
mengetahui hormon – hormon saat jatuh cinta
4. Untuk
mengetahui kebeneran cinta dan kecanduan seks serupa tapi tak sama
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Cinta
Teori perilaku
mengatakan bahwa cinta muncul akibat adanya penguatan positif yang kita rasakan
di dalam diri. Kita jatuh cinta kepada seseorang karena orang tersebut selalu
memerhatikan atau menghargai diri kita. Dengan teori ini juga dapat dijelaskan
alasan seorang anak begitu menyukai seorang guru yang selalu memberikan sang
anak permen setiap mereka bertemu. Hubungan cinta akan muncul ketika ada sepasang
manusia yang saling memberikan perasaan positif satu sama lain.
Teori kognitif menjelaskan bahwa cinta muncul
karena kita berpikir bahwa kita mencintai. Jika kita melakukan sesuatu tanpa
diberikan apapun dan kita masih melakukannya, maka kita jatuh cinta. Sebagai
contoh, seorang laki-laki berpikir, “Saya selalu menemani dia berbelanja,
padahal saya tidak mendapatkan apa-apa dari kegiatan ini. Kenapa saya mau
menjemput dia? Kenapa saya mau menemani dirinya hingga larut malam? Saya pasti
sedang jatuh cinta kepada dirinya!” Beginilah teori kognitif. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa saat kita mengira seseorang menyukai kita, maka kita akan
semakin mudah tertarik kepadanya.
Teori evolusi menyatakan bahwa cinta
muncul karena pada dasarnya kita membutuhkan perlindungan. Dengan cinta, kita
mendapatkan pemenuhan atas perlindungan, dan kita dapat bereproduksi serta
mewariskan genetika kepada generasi selanjutnya.
Teori biologi menjelaskan cinta muncul karena
adanya feromon. Feromon adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh manusia dan
hewan. Zat ini diproses di dalam hipotalamus, dan feromon memengaruhi pilihan
kita terhadap pasangan. Dengan kata lain, kita tertarik pada lawan jenis karena
tertarik terhadap feromon yang ia keluarkan.[1]
Lalu bagaimana islam
memandangnya?. Islam memandang cinta sebagai sesuatu yang biasa dan sederhana.
Islam adalah agama yang fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah
kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia.
Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan
Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.
“Apabila seseorang
mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu dia bahwa dia mencintainya.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Seorang muslim dan
muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai. Mereka juga tidak dilaarang
untuk jatuh cinta. Hanya saja, Islam menyediakan penyaluran untuk itu melalui
lembaga pernikahan. Di mana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk
bercinta. Seorang laki – laki menjadi seorang suami dan seorang perempuan
menjadi seorang istri. Hal ini menjadi sebuah tuntunan dalam menjalankan agama.
Bahwa ketika hamba Allah jatuh cinta hanyalah pernikahan solusinya. Karena
tidak ada hal yang menentramkan hati bagi seorang kekasih yang merindukan
kekasihnya, kecuali dengan bisa bersamanya setiap saat. Kebersamaan itu bisa
terwujud. Bila sudah diikat oleh tali pernikahan. Sehingga tentramlah hati,
sempurnalah keinginan, menjemput kekasih yang sudah ditunggu sejak lama.
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-rum
30:21).
Ayat diatas merupakan
jaminan bahwa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan dalam hati pasangan
yang bersatu karena Allah (setelah menikah). Allah akan menyemai benih rasa
suka, rasa cinta kepada pria atau wanit yang menjadi psangan hidup kita. Sejak
awal mula kita mengenalnya boleh jadi perasaan itu biasa – biasa saja. Namun,
saat dia menjadi pasangan hidup kita. Perasaan cinta itu semakin kuat.
B. Macam – Macam Cinta
Seorang
Psikolog, Kelly. Membagi cinta menjadi tiga yaitu:
1. Cinta
karena nafsu
Cinta
jenis ini cenderung tak terkontrol karena hubungan antara dua orang yang atas
nama cinta ini dikuasai oleh emosi yang berlebihan. Di sini istilah cinta buta
berlaku.
2. Cinta
Paragmatis
Pada
cinta jenis ini ada keseimbangan antara rasa suka dan duka, atau ada hubungan
timbal balik. Sepasang insan ini cenderung dapat mengontrol perasaannya.
3. Cinta
Altruistik
Cinta yang ini
biasanya dimiliki oleh ibu untuk anaknya. Biasanya disertai kasih sayang tak
terbatas.
Sedangkan
menurut Erich Fromm, seorang psikonalisis, cinta hanyalah memberi. Memberi
adalah ungkapan kemampuan atau potensi yang paling tinggi. Dengan melihat orang
yang dicintai bahagia tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis, dan
spiritual, maka kita pun akan bahagia. Bahagia semacam ini muncul karena kita
merasa mampu dan berarti bagi orag lain. Menurut Fromm. Cinta yang berprinsip take and give bukanlah cinta sejati,
tetapi cinta dagang.
Pengorbanan waktu dan energi menjadi
ciri cinta rasional. Fromm menjelaskan bahwa ada beberapa unsur cinta:
a. Care atau
peduli, kalau kita mencintai seseorang, kita harus menaruh perhatian serius
pada kebahagiaan dan perkembangan pribadinya.
b. Bertanggung
jawab, artinya, siap memenuhi kebutuhan psikis orang yang dicintai dan
membuatnya bahagia.
c. Respect
atau hormat. Maksudnya, kita mampu memandang dan menerima orang yang kita
cintai dengan apa adanya, kebaikan maupun keburukannya. Kebanyakan orang
beranggapan bahwa mencintai seseorang berarti meminta orang itu memiliki kepribadian
dan perilaku seperti yang kita inginkan dan menuruti segala keinginan kita.
Hubungan cinta yang ideal itu tidak saling bergantung dan tidak saling
mengeksploitasi. Masing – masing mandiri. Namun pada saat yang sama dapat
saling memberi, saling mendukung, dan saling memperkembangkan.[2]
Sedangkan
menurut John Alan Lee, seorang psikolog, menyatakan teori tentang cinta yang
disebut sebagai warna cinta. Warna-warna cinta tersebut adalah:
1) Eros
atau romantic lover: cinta dalam bentuk eros adalah cinta yang muncul
semata-mata karena ketertarikan fisik. Cinta seperti ini adalah cinta yang
mementingkan nafsu, dan tidak dapat bertahan lama.
2) Ludus
atau game-playing lover: sesuai dengan namanya, cinta ini semata-mata seperti
sebuah permainan. Orang yang ludus menyukai rayuan gombal. Cinta ini biasanya
ditemukan pada kasus cinta monyet.
3) Storge
atau quiet and calm lover: cinta ini adalah cinta yang “diam”. Rasa cinta ini
tidak muncul dengan tiba-tiba dan tidak mengharapkan cinta yang ideal,
romantis, pernikahan, atau sebagainya. Jika cinta ini berakhir, pasangan
manusia tetap bisa berteman.
4) Mania
atau crazy lover: cinta ini disebut gila karena penuh dengan posesivitas dan
ketergantungan. Orang dengan cinta jenis
ini akan begitu gelisah ketika pasangan tidak di sampingnya, namun di satu sisi
akan langsung mengalami peningkatan mood ketika pasangan sudah di sampingnya.
5) Pragma
atau practical lover: cinta ini penuh dengan daftar kualitas yang mereka
harapkan dalam sebuah hubungan. Orang yang pragma mengharapkan cinta yang dalam
dan berakhir pada pernikahan, bahkan mereka sudah merencanakan masa depan dari
cinta mereka.
6) Agape
atau selfless lover: cinta yang tidak mengharapkan apapun. Cinta yang tulus.
Tidak mengharapkan balas, tidak cemburu, dan tidak meminta apapun.
Menurut
Robert Sternberg, seorang profesor psikologi, menggolongkan cinta dengan cara
yang berbeda. Cinta adalah kombinasi dari hasrat (passion), keintiman atau
kedekatan (intimacy), dan komitmen. Macam-macam cinta berdasarkan kombinasi
tiga hal tersebut adalah:
a) Suka
(liking): adanya keintiman atau kedekatan tetapi tidak ada hasrat dan komitmen.
Liking biasanya muncul pada sepasang teman atau sahabat.
b) Infatuation:
hanya ada hasrat tanpa ada kedekatan dan komitmen. Cinta jenis ini dapat dengan
mudah hilang dan berganti kepada pasangan yang lain.
c) Empty
love atau cinta kosong: hanya ada komitmen, tanpa ada kedekatan dan hasrat.
Meskipun cinta jenis ini tidak melibatkan perasaan, tetapi perlu dikembangkan
hingga terciptanya kedekatan dan hasrat.
d) Romantic
love atau cinta romantis: ada hasrat dan ada kedekatan, tetapi tidak ada
komitmen. Cinta ini biasanya hanya untuk sekedar kesenangan saja, umumnya pada
kasus cinta monyet.
e) Companionate
love: adanya kedekatan dan komitmen, namun tanpa hasrat. Cinta ini dapat muncul
pada sepasang sahabat atau pasangan menikah yang mengalami penurunan hubungan.
f) Fatuous
love: cinta yang memiliki hasrat dan komitmen, tetapi tidak memiliki kedekatan.
Cinta ini bisa dikatakan cinta yang bodoh karena muncul meskipun belum mengenal
pasangan dengan baik (tidak adanya kedekatan). Cinta pada pandangan pertama
dapat menjadi contoh dari cinta jenis ini.
g) Consummate
love: cinta yang memiliki baik kedekatan, hasrat, dan komitmen. Cinta ini
adalah cinta yang ideal dan jenis cinta yang terbaik. Pasangan dengan cinta
jenis ini saling memahami satu sama lain, saling memiliki ketertarikan satu
sama lain, dan memiliki komitmen untuk mempertahankan hubungan.[3]
Menurut
Ibnul Qayyim, seorang ulama diabad ke- 7, terdapat 6 peringkat cinta.Yaitu:
v Peringkat
– 1 dan yang paling tinggi adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata.
“dan diantara manusia ada orang –
orang yang menyembah tandingan – tandingan selain Allah, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang – orang yang beriman sangat
cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang – orang yang berbuat zhalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat). Bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
akan menyesal). (QS
Al-Baqarah 2: 165)
Allahlah
yang paling utama, tak ada tandingan tak ada bandingan. Allah yang pertama dan
selalu akan menjadi yang pertama. Posisinya tidak boleh digeser menjadi nomor
dua. Jadi ungkapan – ungkapan, seperti “ Kau selalu dihatiku, bersemi dalam
qalbu,” atau “ Ku sebut namanu disetiap detak jantungku,” “Cintaku hanya
untukmu.” Selayaknya ditujukan kepada Allah. Karena Dialah yang memberi kita
nikmat dan kebaikan sejak dalam kandungan ibu hingga saat ini. Sayangnya
terkadang kita lupa dengan cinta ini. Bahkan malahan kita mendahulukan cinta
kepada manusia daripada cinta kepada Allah.
Bila cinta ini salah sasaran, maka
akibatnya akan fatal. Adalah sebuah kesalahan besar bila kita menyebut “ Aku
tak bisa hidup tanpamu, hidup dan matiku untukmu,” tapi ditujukan untuk
kekasih, suami, istri, atau bahkan negara kita. Cinta yang tertinggi hanya
untuk Allah bukan yang lain.
v Peringkat
ke – 2 ‘Isyk yang hanya merupakan hak
Rasulullah SAW. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu
membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dll. Namun, bukan untuk
menghambakan diri kepadanya. Kita mencintai Rasulullah dengan segenap
konsekuensinya. Kita akan dengan bangga menjalankan sunnah – sunnahnya dan
mengikuti petunjuknya dalam mengamalkan agama ini. Kita juga akan mencintai
kehidupannya yang luhur dan penuh amal shalih. Kita rindu berjumpa dengannya
karena kemuliaan yang ada pada diri beliau. Namun, kecintaan kita bukanlah
menuntut sebuah penghambaan. Kecintaan menuntut sebuah amal yang bisa
meneladani akhlaknya. Cinta kita kepada Rasulullah mendorong kita untuk membela
agama ini dengan kekuatan yang kita miliki. Demikian juga membela sunnahnya
bila sunnahnya diinjak – injak oleh orang lain.
“Katakanlah jika kalian cinta
kepada Allah, maka ikutilah aku (nabi) maka Allah mencintai kalian dan
mengampuni dosa – dosa kalian.”(Ali
Imran 3:31)
v Peringkat
ke-3 : Syauq yaitu cinta antara
mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami istri, antara orang tua dan anak,
yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah. Seorang suami harus mencintai
istrinya dengan sepenuh hati. Demikian pula si istri harus memberi cintanya
kepada suaminya. Cinta yang tumbuh pada diri mereka akan menambah ketenteraman
hati dan ketenangan jiwa. Hidup akan menjadi lengkap, karena saling mengerti
dan memahami. Manakala terjadi konflik atau perbedaan pendapat, akan mudah
diselesaikan karena aspek cinta mereka yang begitu besar. Kadang boleh saja
emosi meninggi, namun ia akan menjadi redam ketika cinta menjadi pertimbangan
utama. Seorang ayah yang begitu perhatian kepada anaknya, mencurahkan cintanya
kepada buah hatinya. Dia menyayanginya dan rela bekerja siang dan malam untuk
anak – ankanya. Selain karena ibadah kepada – Nya, dia melakukannya juga karena
cinta.
v Peringkat
ke – 4 : Shababah yaitu cinta sesama
muslim yang melahirkan ukhuwah islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran
untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga.
Seperti kita ketahui bahwa saat ini sedikit perbedaan saja seringkali
menimbulkan perpecahan. Berbeda takbiratul ihram, berbeda gerakan shalat,
berbeda hari Idul Adha atau Idul Fitri kadang disikapi secara dewasa. Sehingga
masalah pun muncul dan membuat jurang pemisah yang teramat dalam antar
pengikutnya.belum lagi kalau kita lihat betapa banyaknya kelompok harakah
islamiyah yang bermunculan. Bila cinta ini ada, insya Allah segala perbedaan bisa disinergiskan. Tidak semua
perbedaan harus dipaksa sama, tapi kadang hanya membutuhkan sedikit pengertian
saja. Cinta ini harus dimunculkan sebagai sebentuk upaya untuk menciptakan
kenyamanan hubungan dalam tubuh umat islam.
v Peringkat
ke – 5 ‘ithf (simpati) yang ditujukan
kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk
menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah berdakwah. Rasa ini
seringkali muncul bila sisi kemnusiaan kita tersentuh. Di saat melihat seorang
anak kecil yang memelas membutuhkan bantuan, duduk di sebuah gubuk dengan wajah
penuh penderitaan, atau saat melihat korban musibah alam berjatuhan, tentu saja
mengetuk kepedulian kita yang terdalam. Sisi kemanusiaan kita menjadi tersentuh
dan ingin menitikan air mata. Hati kita tidak tega melihat sebuah penderitaan
yang tak kunjung berakhir. Inilah bentuk simpati yang muncul dari hati yang
paling dalam.
v Peringkat
ke – 6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta atau
keinginan kepada selain manusia: harta benda. Namu, keinginan ini sebatas intifa’ (pendayagunaan/ pemanfaatan).
Cinta jenis ini pula yang seringkali menggelincirkan manusia. Karena sifat
harta memang selalu melenakan. Namun, bila kita cerdas, banyaknya harta benda
seharusnya tidak menjadikan kita terlena. Sebaliknya, ia hanya menjadi sarana
untuk meraih cinta yang sebenarnya yaitu cinta keada Allah ta’ala.[4]
C. Hormon – Hormon Saat Jatuh Cinta
1. Pheromones
Sama
persis dengan yang diproduksi oleh ratu lebah untuk mengenali jenis lebah dari
kawanannya. Kalau kamu naksir seseorang. Maka tubuh akan secara otomatis
mengeluarkan wewangian khusus. Dan jika yang ditaksir merasa cocok dengan wangi
tersebut, maka cinta pun akan berbalas.
2. Vasopressin
Hormon
yang mempengaruhi tingkah laku seksual seseorang, dan tingkat kesetiaannya.
Semakin tinggi kadar vasopressin, maka orang tersebut akan semakin setia pada
pasangannya.[5]
3. Dopamin
Bertugas
untuk meningkatkan performa fisik seseorang untuk tampil lebih cantik atau
ganteng agar tampak lebih menawan dan mempesona. Neuron – neuron yang
dihasilkan oleh dopamin akan bisa mempengaruhi pandangan seseorang terhadap
keadaan sekitar dan memunculkan perasaan kagum. Makanya, orang yang sedang
dilanda asmara akan selalu merasa pasangannya terlihat cantik atau ganteng.
4. Neuropinephrine
Bertugas
memicu semangat orang yang sedang jatuh cinta. Ketika hormon ini bekerja, tubuh
kita akan merasakan kebahagiaan yang mendalam, sehingga aliran jantung menjadi
lebih cepat. Efeknya aliran darah dalam tubuh juga akan semakin cepat, dan
secara otomatis semangat tiba – tiba akan muncul alias menggebu – gebu.
5. Adrenalin
Hormon
pemicu keringat dan pemacu detak atau debaran jantung. Mekanismenya, ketika
rasa cinta itu datang, maka ia akan mengaktifkan respon stres, lalu merangsang
peningkatan kadar adrenalin dan kortisol. Efeknya, tanpa disadari detak jantung
berdebar semakin kencang. Keringat tiba – tiba bercucuran, wajah menjadi merah
padam, dan rasa gugup begitu menyelimuti.
6. Endorfin
Hormon
ini adalah hormon pengurang rasa sakit dan penenang. Hormon penenang ini
dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang. Hormon inilah yang
berguna mengurangi rasa sakit hati, mengatasi depresi, dan menimbulkan rasa
tenang.
7. Oksitosin
Hormon pemicu rasa bahagia dan
cemburu. Rasa senang, perhatian, sayang, dan hal lainnya yang menumbuhkan
kebahagiaan merupakan wujudnya. Sebaliknya, rasa cemburu akan bisa muncul bila
hormon ini bekerja secara over alias berlebihan. Munculnya rasa cemburu ini
sebagai tanggapan atas rasa takut kehilangan kebahagiaan tersebut, makanya ada
istilah bahwa cemburu itu tandanya sayang.[6]
D. Cinta dan Kecanduan Seks Serupa Tapi Tak Sama
Cinta antara dua sejoli diyakini sebagai
ikatan yang suci. Tapi cinta saja tak cukup kuat untuk membina hubungan agar
tetap langgeng, seringkali nafsu dan seks ikut terlibat di dalamnya. Bahkan,
cinta dan nafsu seringkali terbolak-balik, susah dibedakan.
Ketika sesorang mengungkapkan rasa cinta
kepada kekasih, pada dasarnya dia sedang mengatakan bahwa dia tidak ingin rasa
yang menyenangkan tersebut sirna. Sensasi menyenangkan tersebut juga dirasakan
ketika bercinta, sebab tubuh mengeluarkan hormon yang sama, yaitu dopamin.
"Sulit untuk menyebut banyak bahan
kimia otak yang tidak terlibat ketika terjadi ketertarikan fisik dan emosional
pada 2 orang. Namun, pemain terbesarnya adalah senyawa neurokimia yang disebut
dopamin, yang memicu munculnya gairah," kata dr David Moore, psikolog dan
profesional ketergantungan kimia Argosy University’s Seattle Campus seperti
dilansir New York Daily News, Senin (10/6/2013).
Efek dari pengeluaran hormon dopamin ini
akan menimbulkan sensasi senang, sehingga perasaan yang muncul saat memenangkan
lotre serupa dengan perasaan saat mencapai klimaks dalam hubungan seksual.
Namun pada aktifitas seksual, tak hanya dopamin saja yang dikeluarkan, tetapi
juga mekanisme endorphine yang membuat ketergantungan.
Menurut dr Moore, semakin besar imbalan
atau reward yang diperoleh secara fisik ataupun emosional, maka semakin cepat
pula dopamin dikeluarkan dan memunculkan perasaan cinta. Hal serupa juga
berlaku pada kecanduan minuman keras dan obat bius. Namun bagaimana
membedakannya dalam hubungan asmara?
"Dopamin membuat pria berulang kali
mencari imbalan (reward). Semakin lama mereka tidak mendapat imbalan, semakin
mereka mengulang upaya untuk mendapatkannya dan pengulangan tersebut akan
membangun hubungan yang kuat," kata Susan Kuchinskas, penulis buku 'The
Chemistry Of Connection'.
Sedangkan bagi wanita, selain dopamin, hormon
oksitosin juga merupakan perekat cinta. Pengeluaran hormon ini dirangsang oleh
sentuhan, kepercayaan dan perasaan terlindungi. Semakin lama menahan diri dari
hubungan seksual, maka semakin besar pula kepercayaan yang dapat terbangun.[7]
BAB
III
KESIMPULAN
Cinta
memiliki asal usul, yang terbagi menjadi 4 yaitu, teori perilaku, teori
kognitif, teori evolusi, dan teori biologi.
Lalu bagaimana islam memandangnya?. Islam
memandang cinta sebagai sesuatu yang biasa dan sederhana. Islam adalah agama
yang fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah
menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia. Islam tidak pula
melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan
agar cinta tersebut diutarakan.
Beberapa seseorang
psikolog dan seorang ulama telah menggolongkan macam – macam cinta. Sehingga
cinta sangat terlihat sebagai hal yang benar – benar sulit untuk didefinisikan.
Namun setiap individu pastilah merasakan cinta.
Cinta pada kenyataannya selalu identik
dengan seks, dimana cinta antara dua sejoli diyakini sebagai ikatan yang suci.
Tapi cinta saja tak cukup kuat untuk membina hubungan agar tetap langgeng,
seringkali nafsu dan seks ikut terlibat di dalamnya. Bahkan, cinta dan nafsu
seringkali terbolak-balik, susah dibedakan.
Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang
untuk saling mencintai. Mereka juga tidak dilaarang untuk jatuh cinta. Hanya
saja, Islam menyediakan penyaluran untuk itu melalui lembaga pernikahan. Di
mana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta. Seorang laki – laki
menjadi seorang suami dan seorang perempuan menjadi seorang istri. Hal ini
menjadi sebuah tuntunan dalam menjalankan agama. Bahwa ketika hamba Allah jatuh
cinta hanyalah pernikahan solusinya.
[1]
Rendra
Maramis, “Cinta Dalam Pandangan Ilmu
Psikolog,” Artikel diakses pada 23 November 2013 dari http://masnerr.blogspot.com/2012/05/cinta-dalam-pandangan-ilmu-psikologi.html
[2]
Burhan
Sodiq, “Ya Allah Aku Jatuh Cinta!,” (Cet.VI;
Solo : Samudera, 2007), h.35 – 36
[3]
Rendra
Maramis, “Cinta Dalam Pandangan Ilmu
Psikolog,” Artikel diakses pada 23 November 2013 dari
http://masnerr.blogspot.com/2012/05/cinta-dalam-pandangan-ilmu-psikologi.html
[4] Burhan Sodiq, “Ya Allah Aku Jatuh Cinta!,” (Cet.VI;
Solo : Samudera, 2007), h.62 – 66
[5]
Ibid , h.48
[6]
Mohammad
Irsyad, “Cantiknya Akhlaqmu Inginku
Memilikimu,” (Cet.I ; Yogyakarta : Fadilatama, 2013), h.10 – 11
[7]
Putro
Agus Harnowo, “Cinta dan Kecanduan Seks,
Serupa Tapi Tak Sama,” Artikel diakses pada 23 November 2013 dari
http://health.detik.com/read/2013/06/10/195444/2269494/1390/cinta-dan-kecanduan-seks-serupa-tapi-tak-sama?u18=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar