Karya:
Andini Zahra Adystia
Rio seorang pengusaha muda yang sangat sukses lulusan Sarjana Ekonomi di UI. Dia mampu
menggandeng 1000 distributor dan juga 10 negara pemasok dari hasil produksinya.
Sungguh sesuatu yang mampu membuat kita
berkata “wooww”. Pasti kalian berfikir. Mengapa bisa begitu??? . Ah, mungkin Dia anak
orang kaya yang hanya meneruskan bisnis orang tuanya, atau mungkin Dia
seseorang yang terlahir dengan IQ superior?? Tetapi fakta kehidupan mengatakan
sebaliknya, dia anak yang terlahir dari
keluarga yang kurang mampu, namun semangatnya begitu besar hingga dapat merubah
mimpi menjadi kenyataan.
Saat duduk dibangku sekolah dasar, Rio bukan
tergolong anak yang pandai dalam mata pelajaran, hanya saja dia tidak pernah
bolos. Meskipun sakit, dia tetap masuk. Dia tergolong anak yang baik, murah
senyum, dan pema’af.
Suatu ketika, saat Rio berjalan menyusuri jalan
setapak yang selalu dilewati untuk sampai ke sekolah, Terlihat beberapa anak
berlari mendahului dan menabraknya, mereka adalah anak – anak yang selalu
memandang Rio dengan sebelah mata , “
auuw!” keluh Rio pelan saat terjatuh disawah yang becek karna saat itu musim
hujan. Tanpa peduli dengan keadaannya, Rio tetap melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya disekolah, sudah pasti Bu Nia guru
yang mengajar pelajaran Matematika pada jam pertama mengintrogasi Rio.
“ kenapa
dengan seragammu Rio?” Tanya Bu Nia dengan ekspresi menahan marah karna bagi Bu Nia kebersihan dan kerapian itu sangatlah
penting.
“saya tadi
terpeleset bu, dan jatuh ke sawah!” jawab Rio sekenanya, sontak teman – teman
Rio menertawakannya.
Tapi semua
hening seketika saat Bu Nia mulai angkat bicara.
“ ya sudah…
sekarang kamu pulang saja! Bersihkan seragam kamu dan besok harus sudah
bersih!” perintah Bu Nia.
“tapi bu….
Aku ingin mengikuti pelajaran hari ini…!” kata Rio memelas dengan ungkapan tak
setuju.
Tampak Bu Nia mulai naik pitam mendengar
perkataan Rio yang tidak mengiyakan perintahnya, Rio yang dapat membaca situasi
segera bergegas keluar kelas dan bermaksud pulang ke rumah. Langkahnya begitu
berat. Baginya, ini semua mimpi buruk. Sehari tidak sekolah adalah kerugian
besar.Dia terus berjalan,dan berfikir
mengapa Bu Nia begitu mudah menyuruhnya pulang hanya karna seragamnya yang
kotor? Apakah tak ada solusi yang lain?.
Saat itu
hawa pedesaan sangat lah dingin,
terlihat embun masih mewarnai, matahari tersimpul malu, dedaunan
melambai – lambai menemani langkah Rio, Dia terus bertanya – Tanya mengapa
begini? Mengapa begitu?. Bagi seorang anak yang masih duduk dibangku kelas 6
SD. Cara befikirnya yang sangat kritis adalah nilai plus yang ada pada dirinya.
Namun hal ini hanya dinilai negatif dan simbol dari calon pemberontak dimasa
depan bagi guru – guru yang mengajarnya.
Tak terasa, sekarang adalah tahun ajaran baru,
Rio menyambutnya dengan sangat gembira. Terlebih lagi Rio tidak perlu
memikirkan biayanya karena hasil tabungannya selama ini cukup untuk
mendaftarkannya masuk ke salah satu SMP
yang ada diDesanya. Kali ini Rio tak ingin berpangku tangan lagi kepada orang
tuanya yang sudah sering sakit – sakitan dikarenakan umur mereka yang semakin
bertambah.
Tiap pulang sekolah Rio bekerja menjadi kuli
batu. Penghasilan yang di dapat tiap hari ditabung untuk membayar keperluan
sekolah. Tapi tidak untuk bulan ini, Rio harus merelakan uangnya demi menebus
obat untuk Ibunya yang sedang sakit. Kehidupan yang sangat keras membuatnya
harus berusaha semaksimal mungkin.
Rio menambah pekerjaannya dengan mencangkul
disawah milik kepala desa .Dengan demikian Rio harus merubah waktu kerjanya,
siang untuk mencangkul dan malam untuk
mengumpulkan batu.
Ayahnya
yang bekerja sebagai petani tak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, apalagi
adanya monopoli yang dilakukan oleh penjabat – penjabat desa. Membuat separuh
penduduk desa Asri Raya hidup digaris kemiskinan termasuk keluarga Rio, belum
lagi saat musim paceklik, Penduduk desa akan kebingungan mencari pinjaman uang , keadaan
ini dijadikan kesempatan para lintah
darat menawarkan pinjaman dengan bunga yang tinggi.
Roda kehidupan terus berputar tetapi tak ada
perubahan sama sekali di lingkungan pedesaan Asri Raya tempat Rio tinggal. Bagi
penduduk desa, sekolah cukup sampai tamatan SMP, karena mereka beranggapan
sekolah sampai SMA hanya menghabiskan uang saja, nanti juga menjadi petani atau
kuli batu. Yang merupakan sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Asri Raya.
Lagi – lagi Rio tidak sependapat dengan cara
berfikir mereka,” sekolah itu penting dengan bersekolah kita dapat merubah
segalanya. Kehidupan kita, cara berfikir kita, bahkan kita dapat menghasilkan
sesuatu yang luar biasa.” Berontak Rio
dalam hati. Meskipun dia terlahir dari keluarga kurang mampu, dia tidak patah
semangat untuk terus melanjutkan
pendidikan sampai kejenjang yang lebih
tinggi.
Saat Rio menjual batu – batunya kepada pak Kanto pemasok yang biasa membeli batu didesa Asri Raya.
”kamu semalaman mencari batu di sungai ini leh?”
Tanya pak kanto
“iya pak…!” jawab Rio singkat
“dengar – dengar kamu juga kerja disawah milik
kepala desa?”
“iya pak!”
“kamu kerja siang malam kayak gitu itu buat apa
leh?”
“buat bayar sekolah pak!”
“kamu itu bekerja keras kayak begini hanya
karna ingin sekolah. Kalau mimpi itu ya jangan tinggi – tinggi nanti kalau
jatuh itu rasanya sakit sekali” kata pak kanto sambil menghitung uangnya,
“iya pak! Tapi sekolah itu penting!” sahut Rio
membela diri
“hahahahaha iya…. Iya.. terserah kamu. Yang
penting saya sudah menasehati. Ini
uangnya! Besok cari yang lebih banyak lagi ya leh!” kata pak kunto sambil
memberikan uangnya kepada Rio.
“iya pak! Terimakasih!” sahut Rio tersenyum
Tidak terasa UAN sudah didepan mata. Rio tak
mengharapkan dirinya memperoleh nilai yang tinggi, yang terpenting baginya
adalah lulus dengan nilai baik dan dapat melanjutkan ke SMA. Hari demi hari
dilalui dengan usaha dan do’a. Tidak sia – sia usahanya,Rio lulus dengan nilai
yang membanggakan, tapi Rio menganggap semua itu hanyalah sebuah kebetulan.
Di SMA, Rio mengikuti ekstra kulikuler
jurnalistik. Baginya menulis adalah wujud dari sebuah impian. Dia terus menulis
dan menulis, sudah beberapa kali dia mengirim karyanya ke beberapa media tapi
masih belum juga ada media yang menerbitkan karyanya. Tapi Rio tetap berusaha
hingga salah satu karyanya “ Dunia itu lucu” dimuat di sebuah Koran swasta.
Betapa bahagianya Rio. Dia memiliki motivasi baru untuk terus maju. Dengan menulis
Rio dapat menghasilkan uang tanpa harus pergi ke sawah dan sungai untuk
bekerja.
Derasnya aliran sungai merupakan waktu yang
cepat berlalu, Rio selalu menganggap keuntungan adalah sebuah kebetulan. Sama
halnya dengan nilai UAN yang diperolehnya kali ini. Dia mampu meraih nilai
tertinggi di SMA nya padahal selama
bersekolah Rio tak pernah mendapat peringkat pertama. Lagi – lagi karena
semangat Rio yang luar biasa, Rio mampu mendapatkan sesuatu yang menurut orang
lain itu tidak mungkin.
Rio berkeinginan untuk meneruskan pendidikannya
ke jenjang yang lebih tinggi. Dia memilih UNSURI salah satu kampus swasta yang ada di sidoarjo untuk pilihan pertamanya
dan UI pilihan keduanya. Cara berfikir yang tidak linier, UI dinomer
duakan??? Tetapi hal inilah yang membuat
panitia penerimaan mahasiswa UI menerima
Rio sebagai salah satu mahasiswa di Jakarta meskipun nilai test tulisnya
standar.
Berat bagi Rio meninggalkan kedua orang tuanya,tetapi
hal itu tidak mengubah keinginan Rio untuk terus mengejar cita – citanya,
terlebih kedua orang tuanya yang selalu mendukung keinginan Rio. Dengan bekal
uang tabungan seadanya Rio pergi ke Jakarta.
Rio memilih jalur BMN(Bidik Misi Nasional) jurusan ekonomi. Kebetulan UI memberikan
seribu beasiswa sampai lulus. Hanya saja, dengan hasil menulis hidup di Jakarta
dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Rio menambah pemasukan selain
dari menulis dia juga menjadi pemulung. Rio memilih menjadi pemulung karena mudah
dan tidak terikat dengan waktu. Berangkat kuliah berjalan kaki dengan mengais
rejeki, pulang kuliah pun begitu. (Sekali mendayung satu, dua, tiga pulau
terlampaui). Dia tak peduli apa yang dikatakan teman – teman kampusnya.
Suatu ketika saat Rio sedang memulung, Dia
membaca poster yang memberi tahukan bahwa akan ada lomba menulis tingkat jatim
untuk para mahasiswa dengan hadiah total 100jt. Dengan yakin Rio mengikuti
lomba tersebut. Peserta yang begitu banyak dan antusias tidak membuat Rio berfikir
negatif, Rio tetap optimis. Dan hasilnya berbuah manis, Rio meraih juara ke2,
meskipun bukan juara pertama Rio sangat
gembira. Dia memperoleh uang 20 jt, piagam dan juga trophy.
Disini Rio mulai memutar otaknya, tak selamanya
dia mengandalkan penghasilan dari memulung dan menulis. Rio berfikir untuk
menginvestasikan uangnya kesuatu perusahaan, Rio pun mengingat salah satu
dosennya yang bernama pak Ibrahim, beliau seorang pengusaha budi daya lele. Hubungan antara Rio dengan dosen
tersebut lumayan akrab, Rio terbiasa berdiskusi dan bisa dibilang selalu share
dengan Beliau . Meskipun telah berinvestasi, Rio tetap menjadi penulis dan masih menjadi
pemulung.
Selama 4
tahun Rio menekuni profesinya tersebut, separuh hasil dari kerja kerasnya ditabung.
Rio hidup dengan pola sederhana, Dia tak sedikitpun tergiyur kesenangan dikota
metropolitan itu, hingga kelulusan
didepan mata. Rio lulus dengan prestasi yang membanggakan, dia menjadi mahasiswa
terbaik dikampusnya.
Tetapi Rio resah, Dia bingung harus apa???. Berfikir
dan terus berfikir, Rio pun memutuskan untuk menjadi pengusaha budi daya Lele
dikampung halamannya. Dia membeli beberapa lahan dengan uang tabungannya.
Sungguh diluar dugaan dalam kurun waktu
3 tahun usahanya begitu melejit , apalagi saat bekerjasama dengan pak Ibrahim di Jakarta, Kini
lelenya tidak hanya dipasok kedaerah
sekitar tapi juga diekspor ke 10 negara
di dunia.
Sekarang
Rio tak lagi diangggap remeh oleh penduduk desa. Rio mampu merubah
keadaan Desa Asri Raya ,terutama pemikiran penduduk desa yang menganggap
pendidikan bukanlah hal penting . Dan Rio mampu menunjukkan bahwa semangat adalah salah satu kunci untuk
merubah mimpi menjadi kenyataan.
yakin nih karya ndri...??
BalasHapushehehe... :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuseemmzz kayak nya ada yg menilai aku penipu ya,,???
BalasHapusandini. itu orang memuji km lho. tny j lagi.
BalasHapuspasti jawabannya "Iya"
oh ya??? are you sure?? ntu om ku... kebiasaan ngetrek2 aq hhehehehe
Hapus