SEJARAH ILMU
PENGETAHUAN,
DEFINISI
KEBENARAN DAN JENIS – JENIS ILMU
MAKALAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
FILSAFAT ILMU
Dosen
Pembimbing :
Dr.
H. M. Yunus Abu Bakar, M.Ag
Oleh :
Andini Zahra Adystia (D71213080)
Caicilia Juwanita (D01213010)
Muhammad Aris Kusuma (D71213121)
JURUSAN
PENDIDIKAN ISLAM
POGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemikiran filsafati
banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat baik di Barat,
India, dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Di yunani dengan mitosnya,
di India dengan kitabnya dari Weda (Agama Hindu), dan di Cina dengan
Confisiusnya. Di Barat mitps dapat lenyap sama sekali dan rasio yang menonjol,
sedangkan di india filsafat tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal
ini agama Hindu.
Periode filsafat yunani
merupakan periode sangat pening dalam sejarah pearadaban manusia karena pada
waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite – mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite – mite adalah pola pikir masyarakat
yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa
bumi dan pelangi.
Manusia yang dulunya
pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif,
sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah
kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam
bentuk teknologi. Karena itu, periode pekembangan filsafat Yunani merupakan
poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau hars melakukan pembagian atau klasifikasi
secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis
senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu di
sini dimulai dari peradaban Yunani.
Periodisasi perkembangan ilmu di sini dari peradaban Yunani dan diakhiri pada
zaman kontemporer.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertia
ilmu?
2.
Apa pengertian
pengetahuan?
3.
Bagaimana
sejarah ilmu pengetahuan?
4.
Apa definisi
kebenaran dan teorinya?
5.
Apa saja jenis –
jenis ilmu menurut para filsuf?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui pengertian ilmu
2. Untuk
mengetahui pengertian pengetahuan
3. Untuk
mengetahui bagaimana sejarah ilmu pengetahuan
4. Untuk
mengetahui definisi kebenaran
5. Untuk
mengetahui jenis – jenis ilmu
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ilmu
Kata ilm berasal dari bahasa arab yang
berarti “pengetahuan” dan merupakan lawan dari kata Jahl yang berarti
“ketidak tahuan atau kebodohan”. Kata “ilm” biasa disepadankan dengan
kata arab lainnya yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman),
hikmah (kebijaksanaan), dan Syu’ur (perasaan). Ma’rifah
adalah padanan kata yang sering digunakan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu bisa berarti pengetahuan atau
kepandaian (tentang soal dunia, akhirat, lahir, batin dsb). M. Quraish Shihab
dalam bukunya menjelaskan, ilmu menurut para ahli keislaman adalah segala
macam pengetahuan yang berguna bagi manusia dalam kehidupannya, baik masa kini,
maupun masa depan; fisika atau metafisika.
Ada dua jenis pengetahuan: pertama; pengetahuan
biasa dan kedua; pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari
keseluruhan bentuk upaya manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman,
pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek,
cara dan kegunaannya. Dalam bahasa Inggeris, jenis pengetahuan ini
disebut knowledge. Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk
upaya manusia untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang
ditelaah, cara yang digunakan dan kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata
lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis, landasan epistemologis
dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini
dalam bahasa Inggris disebut science.
Dalam dunia Islam, ilmu bermula dari keinginan
untuk memahami wahyu yang terkandung dalam Al Quran dan bimbingan Nabi Muhammad
mengenai wahyu tersebut. Al Ilm itu sendiri dikenal sebagai sifat utama
Allah. Dalam bentuk kata yang berbeda, Allah disebut juga al-‘Alim dan ‘Alim
yang berarti “Yang Mengetahui atau “Yang Maha Mengetahui”
Ajaran Islam sejak awal meletakkan semangat
keilmuaan pada posisi yang amat penting. Ingat kelima ayat yang mula pertama
diturunkan Allah (surah al ‘Alaq:1-5). Selain itu banyaknya ayat-ayat Al Quran
dan hadits Nabi yang berkaitan dengan ilmu. Hal ini seolah-olah mengesankan
bahwa tujuan utama hidup ini adalah memperoleh ilmu. Prof. Dr. M. Quraish
Shihab menyebutkan ada 854 kali kata ‘ilm disebutkan dalam Al Quran. Hal
ini menggambarkan pentingnya ilmu bagi manusia.
Memperhatikan makna ilmu di atas dapat
disimpulkan, bahwa ilmu sangat diperlukan jika seseorang ingin menggapai
kesuksesan, keberhasilan, kecemerlangan dalam kehidupan, baik kehidupaan saat
ini (di dunia), maupun kehidupan di masa datang (akhirat).
Lebih jauh kalau menelisik ayat-ayat Al Quran
maka semakin jelas keunggulan orang-orang yang memiliki ilmu. Firman
Allah dalam surah Mujadalah ayat 11 yang artinya : “… Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat…”
Salah satu alat yang bersifat mendasar dalam
meraih kesuksesan dan cita-cita ialah memiliki ilmu atau menguasai ilmu.
Sehingga melengkapi diri dengan ilmu itu adalah suatu keniscayaan
(kewajiban).
Ilmu merupakan pangkal dari amal atau
pekerjaan. Berangkat dari ilmu yang dimilikinyalah, maka seseorang mampu
melakukan suatu pekerjaan. Seseorang tidak akan mampu melakukan pekerjaana
dengan baik (ihsan, professional) apabila ilmunya tentang sesuatu itu kurang
atau malah tidak ada. “Apabila suatu urusan/pekerjaan diserahkan
kepada orang yang bukan ahlinya, tunggu kehancurannya”. Demikian sabda Nabi
Muhammad SAW.
Kepala Negara atau daerah tidak akan mampu
melaksanakan tugasnya secara ihsan, professional, kalau ia tidak memiliki ilmu
tentang bagaimana memimpin, mengelola, meminij sebuah Negara/daerah yang baik.
Seorang bendahara di sebuah kantor tidak akan bisa mengerjakaan pekerjaannya
dengan baik, kalau ia tidak memiliki ilmu tentang keuangan atau yang berkaitan
dengan bidang pekerjaannnya. Seorang petani tidak akan berhasil dengan
baik mengelola sawah/ladangnya, kalau ia tidak menguasai tentang ilmu
pertanian. Seorang pembantu rumah tanggapun akan tidak disenangi majikannya,
jika ia tidak memiliki ilmu yang berkaitan dengan lingkup tugasnya. Bagaimana
seseorang bisa mengerjakan salat dengan baik dan benar, kalau ia tidak mengusai
ilmu tentang salat (Subuh berapa rakaat, Isya berapa rakaat, apa syarat dan
rukunnya, apa yang membatalkannya, bagaimana gerakannya dsb). Begitu pula
halnya dengan bidang-bidang pekerjaan lain.
Makanya jauh-jauh hari sebelum kita ini
dilahirkan, Rasulullah sudah mewanti-wanti umatnya bahwa menuntut ilmu itu
adalah suatu kewajiban bagi setiap orang Islam, baik laki-laki maupun
perempuan.
Melalui ilmu kita yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu, dengan ilmu derajat seseorang bisa meningkat, dengan ilmu
seseorang bisa menjalani dan malah mengusai kehidupan ini, baik di dunia maupun
di akhirat. Ingat, ketika Nabi Sulaiman disuruh untuk memilih antara ilmu,
harta dan tahta. Ternyata beliau memilih ilmu, dengan memilih ilmu akhirnya
harta beliau kuasai dan begitu pula dengan tahta. Ini kenyataan dalam sejarah.
Hal ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang
menghendaki dunia, maka dengan ilmu, barang siapa yang menghendaki akhirat,
juga dengan ilmu dan siapa yang menghendaki kedua-duanya (dunia dan akhirat)
juga dengan ilmu”.
Para penuntut ilmu, jangan khawatir
meninggalkan kampung halaman, sanak keluarga, orang tua untuk menuntut ilmu,
asalkan niat kita benar-benar menuntut ilmu mencari keridhaan Allah, maka
usaha, perjalanan kita menuntut ilmu itu insya Allah dibalas oleh Allah.
Rasulullah SAW menjelaskan : “Barang siapa bepergian mencari ilmu, maka
Allah akan memudahkan jalannya menuju sorga”. Coba kita tafakur sesaat,
samakah orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu ? Jelas tidak, amati
disekitar kita. Dalam Al Quran surah Azzumar ayat 9 Allah berfirman yang
artinya : “ … Katakanlah, Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu)
dengan orang-orang yang tidak mengetahui (berilmu)?
B.
Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan hal (mata pelajaran)
TingkatPengetahuan
Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (taxonomy)
pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berfikir pada
manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6
kategori yaitu :
1.
Pengetahuan (knowledge), Mencakup ketrampilan
mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari.
2.
Pemahaman (comprehension), Meliputi pemahaman
terhadap informasi yang ada.
3.
Penerapan (application) , Mencakup ketrampilan
menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi
yang baru.
4.
Analisis (analysis), Meliputi pemilahan
informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba memahami struktur
informasi.
5.
Sintesis (synthesis), Mencakup menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen
menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya.
6.
Evaluasi (evaluation), Meliputi pengambilan
keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-kriteria yang ada
biasanya pertanyaan memakai kata: pertimbangkanlah,bagaimana kesimpulannya.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg
diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal
(mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli
adalah:
1.
Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah
reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan
melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi
setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
2.
Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah
sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini
menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal
yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan
keterangan yang sesuai.
3.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah
merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap
obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telingan.
Dari beberapa
pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera
terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses
melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan
bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa indonesia (2001)
pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses belajar.
C.
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Aliran yang
muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme,
Marxisme, Exsistensialisme, Fenomologi, dan Neokantianisme dan Neotomisme. Pembagian
yang muncul secara periodesasi filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan
(Jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah adalah periode Weda,
Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang penting
adalah bagaiana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia.
Adapun dalam Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Mutakallimin
dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini
mengacu pada pemikiran filsafat barat.
Periode
filsafat yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban
manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite
menjadi lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir
masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam,
seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak di anggap fenomena alam biasa,
tetapi dewa bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat di
perkenalkan, fenomena alam tersebut tidak di anggap sebagai ativitas dewa,
tetapi aktiitasalam yang terjadi secara kuasalitas. Perubahan ppola pikir
tersebut keliatan sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi
kemudian di jauhi bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam
mengahadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam
dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu
berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi.
Karena itu, periode filasafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban
baru umat manusia.
Jadi,
perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini tidaklah brlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara
bertahap, eolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak
mau harus melakukan pembagian dan klasifikasi secara periodik, karena setiap
metode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada perdaban
Yunani dan diakhiri pada zaman kotemporer.
·
ZAMAN
PRA YUNANI
Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan.
Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar
antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Sebelum masehi sisa peradaban
manusia yang di temukan pada masa ini (dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu
Fakultas Filsafat, 1996) antara lain :
a.
alat-alat
dari batu;
b.
tulang
belulang hewan;
c.
sisa
beberapa tanaman;
d.
gambar
di gua-gua;
e.
tempat
penguburan;
f.
tulang
belulang manusia purba.
Antara abad ke-15 sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi,
tembaga, dan perak untuk bergabai peralatan. Abad kelima belas sebelum masehi
perlatan besi pertama kali di gunakan di Irak, tidak di eropa atau tiongkok.
Pada abad ke 6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu
disebut suatu peristiwa ajaib (the gek miracle). Ada beberapa faktor
yang sudah mendahului seakan-akan mempersiapakan Lahirnya filsafat di
Yunani.K.Bertens Menyebutkan ada tia faktor, Yaitu sebagai berikut.
1.
Pada
bangsa Yunani, seperti juga bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi
yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat di anggap sebagai perintis yang
mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk
mendahului filsafat, karena mite-mite sudah memberi jawaban atas
pertanyaan yang hidup dalam diri manusia: dari mana dunia kita? dari mana kejadian dalam alam? apa sebab matahari
terbit lalu tenggelam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari
keterangan tentang asalu usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang
berlangsung di dalamnya. Mite jebis pertama yang mencari keterangan
tentag asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis,
sedangkan mite jenis kedua yang mencari keterangan tetang asal usul
serta sifat kejadia alam alam semesta di sebut mite kosmologis.
Yang
khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun
mite-mite yang diceritakan oleh
rakyat menjadi suatu keseluruhan yang
sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani.
Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah
menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain
dan menyingkirkan mite yang tidak dapat di cocokkan dengan mite lain.
2.
Kesusasteraan
Yunani
Kedua
karya ouisi Homeros yan masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut
lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.
Dalam dialog yang bernama Politea, Plato mengatakan Homeros telah
mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat
untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
3.
Pengaruh
ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani
tentu Berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur
ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian
berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu
astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam
perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh di lebih-lebihkan. Orang
Yunani telah mengelola unsur-unsur tadi dengan cara yang tidak pernah di
sangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu
pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad ke-6 Sebelum
Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat
itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang di
ajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos.
Dengan demikian filsafat pendidikan dilahirkan.
Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan
berdasarkan know how yang di landasi pengalaman empiris. Di samping itu,
kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau mapping
process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk ke luar kandang
dengan kerikil. Namun pada masa ini msnusia sudah memperhatikan keadaan alam
semesta sebaga suatu proses alam. Dengan demikian lama-kelamaan mereka juga
akan memperhatikan dan menemukan hal-hal seperti berikut.
1.
Gugusan
bintang di langit sebagai suatu kesatuan. Gugusan ini kemudian di beri nama,
misalnya: Ursa Minor, Ursa Mayor, Pisces, Scorpio, dan lain, yang sekarang
dikenla dengan nama zodiak.
2.
kedudukan
matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak
tersebut.
3.
lambat
laun dikenal pula bintang-bintang yang bergerak di antara gugusan yang sudah
dikenal tadi, sehingga ditemukan planet Mercurius, Venus, Mars, Yupiter, dan
Saturnus, di samping matahari dan bulan.
4.
Akhirnya
dapat pula dihitung waktu bulan kembali pada orbitnya antara 28-29 hari.
5.
Ketika matahari timbul dan tenggelamnya matahari di
cakrawala yang berpindah pindah dan memerlukan kurang lebih 365 hari sebelum
kembali kedudukan semula.
6.
Ketika
matahari timbul tenggelamnya sebanyak 365 kali, bulan juga mengalami perubahan
sebanyak 12 kali. Berdasarkan hal itu kelak ditemukan perhitungan kalender.
7.
Ditemukan
pula beberapa gejala alam seperti gerhana, yang pada masa itu masih di
hubungkan dengan mitologi-mitologi tertentu, sehingga menakutkan banyak orang.
a.
Know
how dalam kehidupan sehari-hari yang di dasarkan pada pengalaman.
b.
Pengetahuan
yangberdasarkan pengalaman itu diterima sebagai faktor dengan sikap receptive
mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
c.
Kemampuan
menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan
pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
d.
kemampuan
menulis, berhitung, menyusun, kalender berdasarkan atas sinesis terhadap hasil
abstraksi yang dilakukan.
e.
kemampuan
meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang telah
terjadi.
·
ZAMAN
YUNANI KUNO
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya. Yunani pada masa itu diangap sebagai gudang ilmu dan filsafat,
karena pada masa itu bangsa Yunani tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi,
bangsa Yunani juga tidak bisa menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive
attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an
inquiring attitude (Suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara
kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu
pengetahuan modern. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani menjadi
ahli fikir sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales,
Phytagras, Socrates, Plato, Aristoteles.
Zaman Kuno
meliputi zaman filsafat pra-Socrates di
Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Mereka mencari unsur induk (arche) yang d anggap asal dari segala
sesuatu. Menurut Thales arche itu
air, Anaximandos berpendapat arche
itu udara, Phitagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu
api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (pantarhei).
Pharmendes mangatakan segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
1.
Zaman
Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh
Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada golongan kaum yang pandai
berpidato (rethorika) dinamakan kaun sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan
pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penelitianya bukan lagi alam
tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Phytagoras, Manusia adalah
ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan
bahwa yang benar dan yang baik harus di pandang sebagai nilai-nilai objektif
yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapanya tersebut Socrates di
hukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat
diketemukan pad muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas
seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindera dan dunia
yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan
yang kedua adalah dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Ariestoteles dengan mengatakan
bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang kongret.’ide manusia ‘ tidak
terdapat dalam kenyaaan. Ariestoteles adalah filsuf realis, dan sumbanganya
kepada ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan
adalah mengenai abstraksi, yaitu aktivitas rasional dimana seseorang memperoleh
ilmu pengetahuan. Menurut Ariestoteles ada tiga macam abstaksi, yakni abstraksi
fisis,abstraksi matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap
pengertian dengan unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah
abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kualitatif
disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur
yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi
metafisis.
Teori Aristoteles yang cukup
terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan
prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan,
sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan
sebutan Hylemorfisme.
2.
Masa Helinistis dan Romawi
Pada
zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan transnasional yang
disebut kebudayaan Hellinistis, kaena kebudayan Yunani tidak terbatas lagi pada
kota-kota Yunani saja, tetapi mencakuo juga seluru wilayah yang ditaklukkan
Alexander Agng. Dalam bidang filsafa, Athena tetap merupakan suatu pusat yang
penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat
intelektual lain,terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi
meluas sampa wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudaaan dan filsafat
Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu dibuka lebar untuk menerima warisan
kultural Yunani.
1.
Stoisisme
Menurut paham
ini jaga raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yan disebut Logos.Oleh karena
itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
2.
Epikurisme
Segala-galanya
terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau
mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa.
3.
Skeptisisme
Mereka berpikir
bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum
mereka adalah kesangsian.
4.
Eklektisisme
Suatu
kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari aliran-aliran
lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
5.
Neo
Platonisme
Paham yang
ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruhnya
filsafatnya “berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari
‘yang satu’ dan ingin kembali kepadanya.
·
ZAMAN
ABAD PERTENGAHAN
Zaman
Abad pertengahan ditandai denganampilnya para teolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog,
sehingga altivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologi atau abdi agama.
Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang
terjadi pada masa ini.
Periode
Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abada sebelumnya.
Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang
diajarkan oleh Nabi Isa as, pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercaan keagamaan.
Agama
Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan wahyu tuhanlah yang
merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno
yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai
oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai
sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
a.
Golongan
yang menolak sama sekali pemikirna Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan
pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
b.
Menerima
filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptahan tuhan,
kebijaksanaan manusia berari pula kebijaksaan yang datangnya dari Tuhan.
Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka adak dapat di
bantu oleh wahyu.
Filsafat pada
zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode berikut.
a.
Periode
Patristik
Patristik
berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah
ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen.
Periode ini
mengalami dua tahap:
1.
Permulaan
agama Kristen. Setelah mengalami berbagai esukaran terutama mengenai filsafat
Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke
dalam menetapkan dogma-dogma.
2.
Filsafat Agustinus yang merupakan seoran ahli filsafat
yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu
keseluruhan.
b.
Periode
Skolastik
Periode
Skolastik berlangsng dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga
tahap:
1.
Periode
Skolastik awal (abad ke 9-12).
Ditandai oleh
pembentukan metode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antar agama dan
filsafat. Yang nampak pada permulaan ialah persoalan tentag Uniersalia.
2.
Periode
puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)
Ditandai oleh
keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab
dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas.
3.
Periode
skolastik akhir (abad ke 14-15)
Ditandai dengan
pemikiran kefilsafatan yang bekembang ke arah nominialisme, ialah aliran yang
berpendapat bahwa uniersalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama
dan yang umum mengenai adanya suatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak
mempunyai nilai-nilai kebenaran objektif.
·
ZAMAN
RENAISSANCE
Zaman
Renaissance ditandai sebagi era
kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance
ialah zaman peralihan kerika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah
menjadi sebuah kebudayaan modern. Manusia pada zaman unu adalah manusia yang
merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil
usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan ilmu
pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman Renaissance. Ilmu
pengetahuan yan berkembang di bidang ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh
yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo
Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tesebut.
1.
Roger
Bacon , berpendapat bahwa pengalaman
(empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir ba semua ilmu
pengetauan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengelola semua
pengetahuan.
2.
Copernicus, mengatakan
bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi
pusat (heliosentrisisme). pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang
berasal dari Hipparchus dan Ptolomeus
yang mengangap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (goesentrisme)
3.
Johannes keppler, menemukan
tiga buah hukum yag melengkapi penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu
1.
Bahwa
gerak benda angkas itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun
gerak mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
2.
Dalam
waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi
bidang yang luasnya sama.
3.
Dalam
perhitungan matematka terukti bahwa bila jarak rat-rata dua planet A dan B
dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit
masing-masing adalah P dan Q, maka P2:Q2=X3 : Y3.
4.
Galileo
Galilei, membuat sebuah topen bintang yang
terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa dalam bidang
astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan
perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga, melainkan hanya memantulkan
cahaya dari matahari.
·
ZAMAN
MODERN
Zaman
Modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman
Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat
modern.Rene Descartes jua seorang ahli ilmu pasti. Penemuan dalam ilmu pasti
ialah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang
datar. Isaac Newton dengan temuanya teori gravitasi.Charles Darwin dengan
teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup). J.J Thompson dengan
temuanya elektron. Berikut penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut.
1.
Rene Descartes, menemukan
dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan
Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horizontal dan di sebut axis atau sumbu
X, sedangkan garis Y letaknya tegak lurus pada sumbu X. Karena sistem tersebut
didasarkan pada dua garis lurus yang berpotongan tegak lurus, maka sistem
koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan tiap
titik dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbuh
X dan sumbu Y. Dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua sumbuh
menyusuri sumbuh-sumbuh tadi. Pentingnya sistem yang di temukan Descartes ini
terletak pada hubungan yang diciptakanya atara ilmu ukur bidang datar dengan
aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan serupa dengan hukum Phytagoras mengenai
Hypothenusa. Penemuan Descartes ini dinamakan Analythic Geometry.
2.
Isaac Newton, berperan dalam
ilmu pengetahuan modern terutama penemuanya dalam tiga bidang, yaitu teori
Gravitasi, perhitungan Calculus an Optika. Ketiga bidang tersebut dapat di
uraikan secara singkat adalah sebagai berikut.
a.
Teori
Gravitasi adalah perbincangan lanjutan mengenai sial pergeakan yang telah
dirintis oleh Galileo Gallei dan Keppler. Galileo mempelajarai pergerakan
dengan lintasan lurus. Keppler mempelajari pergerakan denganlintsan tertutup
atau elips. Berdasarkan perhitungna yang diajukan oleh Keppler menunjukkan
bahwa tentu faktor penyebab menapa palnet tidak mengikuti pergerakan dengan
linasan lurus. Dugaan sementara penyebab ditimbulkan oleh matahari yang menarik
bumi atau antara matahari dengan bumi ada gaya saling tarik-menarik persoalan
itu menjadi obsesi Newton, namun ia menghadapi berbagai kesukaran. Perhitunan
besarnya bumi dan matahari belum diketahui dan Newton mengetahui bahwa pengaruh
benda pada benda yang lain dapat di pandang dan dihitung dari pusat titik berat
benda-benda tadi. Setelah kedua hal ini diketahui oleh Newton, barulah ia dapat
menyususun teori Gravitasi. Teori Gavitasi menerangkan bahwplanet tidak
bergerak lurus, namun mengikuti lintasan elips, karena adanya pengeruh
gravitasi, yaitu kekuatan yang selalalu
akan muncul jika ada dua benda yang selalu berdekatan . Teori Gravitasi ini
dapat menerangkan dasar dari semua lintasn planet dan bulan , pengaruh pasang-surutnya
air samudera, dan peristiwa astronomi lainya. Teori Gravitasi Newton ini
dipergunakan oleh para ahli berikutnya untuk pembuktian laboratorium dan
penemuan planet baru di alam semesta.
b.
perhitungan Calculus, yaitu hubungan antara X
dan Y. Kalau X bertambah, maka Y akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan
yan tetap atau teratur. Misalnya ada benda bergerak, panjangnya jarak yang
ditempuh tergantung dari kecepata tiap detik dan panjangnya waktu pergerakan.
Cara perhitungan Calculus ini banyak manfaatnya untuk menghitung berbagai hubungan
antara dua atau lebih hal yang berubah,
bersama dengan ketentuan yang teratur.
c.
Optika
atau mengenai cahaya; jika cahaya metahari dilewatkan sebuah prisma, maka
cahaya asli yang kelihatanya homogen menjadi terbias antara merah sampai ungu,
menjadi pelangi. Kemudian kalau pelang itu dilewatkan sebuah prisma lainya yang
terbalik, maka pelangi terkumpul kembali menjadi cahaya homogen. Dengan
demikian dapat dibuktikan bahwa cahaya itu sesungguhnya terdiri atas komponen
yang terbentang antarah merah dan ungu.
3.
Charles Darwin, dikenal
sebagai penganut teori reolusi yag fanatik. Darwin menyatakan bahwa
perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi terjadi karena seleksi alam.
Teorinya yang terebal adalah strugle for life (perjuangan untuk hidup).
Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap kumpulan
makhluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenin namun tetap menampilkan
kelainan-kelainan kecil. Makhluk hidup yang berkelainan kecil itu berbeda-beda
daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Makhluk hidup yang dapat
menyesuaikan diri akan memiliki peluan yang lebih besar untuk bertahan hidup
lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan tersisihkan
karena kalah bersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan adalah yang paling
unggu (survival of the fittest).
·
ZAMAN
KONTEMPORER (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA)
Di
antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati
kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout fisika dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang
membentuk alam semesta. Ia juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan
antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara. Pertama, diskusi
filosofis mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara hubungan substansi
tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua,
ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa,
ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat
antara filsafat dan fisika.
Fisikawan
termasyhur abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia mengatakan bahwa lam itu tidak
berhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah dari status totalitasnya atau
bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya pada kekekalan materi.
Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam
semesta dan lain-lain, Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penenmuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
mengalai perkembangan pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit
komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidanng ilmu lain juga mengalami kemajuan
pesat ,sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
Kontemporer mengatahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmuwan
kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau
super-spesialisas, kecenderuangan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu
dengan lainya, sehinga dihasilkanya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang
dewasa ini dikenal dengan teknologi kloning.
D.
Definisi
Kebenaran
Kata “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu
kata benda yang kongrit maupun abstrak. Jika subyek hendak menuturkan kebenaran
artinya proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung
dalam suatu pernyataan atau stitmen. Apabila subjek mengatakan kebenaran bahwa
proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas sifat atau karakteristik,
hubungan hal yang demikian itu sarana kebenaran tidak dapat begitu saja
terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri.
Pengertian kebenaran dapat dibedakan
antara “kebenaran faktual” dan ” kebenaran nalar”. Kaum positifis logis bahkan
mengklaim bahwa tidak ada kebenaran lain selain kedua jenis kebenaran ini. ”
kebenaran faktual” adalah kebenaran tentang ada tidaknya secara faktual didunia
nyata, sebagaimana di alam manusia ( biasanya diuicar dengan dapat – tidaknya
dia nanti secara indrawi apa yang dinyatakannya_ Misalnya apakah pernyataan
“bumi itu bulat” merupakan suatu pernyataan yang memiliki kebenaran. Faktual
atau tidak pada prinsipnya harus bisa diuji kebenarannya berdasarkan pengamatan
indrawi. Kebenaran faktual adalah kebenaran yang menambah khazanah pengetahuan
tentang alam semesta. Sejauh dapat kita alami secara indrawi.
Kebenaran faktual bersifat nisbi dan
mentak kepastiannya tidak pernah mutlak dan tetap diterima sebagai benar, jauh
sampai sekarang belum ada alternatif yang dapat menggugurkannya. “kebenaran
nalar” adalah kebenaran yang bersifat tautologis dan tidak menambah pengetahuan
baru mengenai dunia ini, tetapi dapat merupakan sarana berdaya guna untuk
memperoleh pengetahuan yang berarti tentang dunia ini. Dengan kata lain dapat
membantu untuk memperoleh pengetahuan yang memiliki kebenaran faktual.
Kebenaran nalar adalah kebenaran yang terdapat dalam logika dan matematika
kebenaran di sini bedasarkan atas suatu penyimpulan terdeteksi sehingga berbeda
dengan kebenaran faktual yang bersifat nisbi dan mentak, kebenaran, ‘nalar
bersifat mutlak.
Thomas Aquinas, kadang orang juga
membedakan antara kebenaran antologis (Veritas ontologica) dan kebenaran logis
( Veritas logika). Kebenaran ontologis adalah kebenaran yang terdapat dalam
kenyataan entah spritual atau material, yang meskipun ada kemungkinan untuk
diketahui, masih lepas dari gejala pengetahuan, misalnya tentang adanya segala
sesuatu sesuai hakikatnya, kebenaran tentang adanya Tuhan, tentang keabadian
jiwa, sedang kebenaran logis adalah kebenaran yang terdapat dalam akal budi
manusia si penahu dalam bentuk adanya kesesuaian antara akal budi dan
kenyataan. Menurut Thomas Aquinas, hadir dan terlaksanakanya kebenaran dalam
pengetahuan manusia terjadi dalam bentuk pengarahan melalui proses yang tak ada
hentinya dan tidak bisa lepas dari indra.
Menurut Plato ” Kebenaran” sebagai suatu
ketakter tersembunyian adanya itu tidak dapat dicapai manusia selama hidupnya
di dunia ini. Pengertian kebenaran seperti ini sama dengan pendapat Thomas
Aquinas sebagai kebenaran ontoiogis. Aritoteles dapat memahami kebenaran lebih
memusatkan perhatiannya pada kualitas pernyataan yang dibuat oleh subjek penahu
ketika ia menegaskan suatu putusan entah secara afirmatif atau negatif itu
tergantung pada apakah putusan yang bersangkutan sebagai pengetahuan dalam diri
subjek penahu itu sesuai atau tidak dengan kenyataannya. Di sini kebenaran
dimengerti sebagai persesuaian antara subjek sipenahu dengan objek yang
diketahui.
Bagi Aritoteles subjek yang mengetahui
lebih penting daripada objek yang diketahui, sebagaimana dalam pandangan Plato,
walaupun demikian bagi Aristoteles pun pengetahuan yang paling benar dan paling
luhur baru dimiliki kalau subjek penahu (idealitas) dan objek yang diketahui
(realitas) itu identik satu sama lain dalam pengetahuan, akal, budi yang
sempurna. Pengertian tentang kebenaran dalam tradisi Aristotelian adalah
kebenaran logis dan linguistik propotional.
Kebenaran pertama-tama berkaitan dengan kualitas
pengetahuan artinya ialah bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
yang mengetahui sesuatu objek dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun.
Maksudnya apakah pengetahuan itu berupa : pengetahuan biasa yang disebut juga
(Knowledge of The Man in The street atau ordinari Knowledge atau juga Comon
Sense Knowledge, pengetahuan seperti ini memiliki kebenaran yang bersifat
subjektif, artinya amat terikat pada subyek yang mengenal.
Tahap pertama ini memiliki sifat selalu
benar sejauh tidak ada penyimpangan. Pengetahuan jenis kedua adalah pengetahuan
ilmiah yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik
dengan menerapkan atau lampiran metodologis yang khas pula, artinya metodologi
yang teiah mendapatkan kesepakatan diantara ahli yang sejenis, kebenaran yang
terkandung dalam pengetahuan ilmiah bersifat relatif, maksudnya pengetahuan
yang bersifat ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh
hasil penemuan yang paling mutakhir. Kebenaran dalam hal ini selalu mengalami
pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian.
Pengetahuan jenis ketiga adalah
pengetahuan filsafati yaitu pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi
pemikiran filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan modal
pemikiran yang analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran ini absolut
intersubjektif maksudnya nilai kebenaran yang terkandung. Jenis pengetahuan
filsafat merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan fisafat
seseorang. Pemikiran fisafat itu selalu mendapat pembenahan dart ahli filsafat
yang menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula. Kebenaran jenis yang ke
empat adalah kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama.
Memiliki sifat dogmatis artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri
oleh keyakinan yang telah tertentu, sehingga dalam pemyataan-pernyataan dalam
ayat-ayat kitab suci agama. Meneliti nilai kebenaran yang sesuai dengan
keyakinan yang digunakan untuk memahaminya, dapat berkembang secara dinamik
sesuai dengan perkembangan waktu akan tetapi kandungan maksud ayat, kitab suci
itu tidak dapat dirubah dan sifatnya absolut.
Kebenaran pengetahuan yang ketiga adalah
nilai kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya
pengetahaun itu. Bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek.
Manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan itu subjek atau objek ?, jika
subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran yang
sifatnya subjektif artinya nilai kebenaran dan pengetahuan atau mengandung
nilai kebenaran yang sifatnya subjektif artinya nilai kebenaran dan pengetahuan
yang dikandungnya itu tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu atau
jika objek amat berperan maka sifatnya objektif seperti pengetahuan tentang
alam atau Ilmu ilmu alam.
1.
. TEORI-TEORI
KEBENARAN
Dalam perkembangan pemikiran filsafat
perbincangan mengenai kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian
diteruskan oleh Aristoteles. Plato melaiui metode ._ dialog membangun teori
pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal.
Teori kebenaran selalu paralel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya.
Teori-teori kebenaran yang telah terlembaga itu anatara lain adalah:
Teori Kebenaran Korespodensi
Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan
benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan dan pendapat
tersebut. Dengan demikian kebenaran epistemologi adalah kemanunggalan antara
subjek dan objek pengetahuan itu dikatakan benar apabila dalam kemanungalan
yang sifatnya intrinstik, intensionaldan fasif aktif terdapat kesesuaian antara
apa yang ada di dalam pengetahuan subjek dengan apa yang ada dalam objek.
Menurut teori ini kebenaran adalah
kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu deman kenvet Agn sesuatu itu
sendiri suatu contoh :_Dalam dwlid,_ alts , teori ini sangat penting sekali.
Digunakan guna mencapai suatu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang.
“katakanlah bodrex adalah obat sakit kepala, untuk membuktikan kebenaran
pernyataan ini tidak hanya memakan obat tersebut, tetapi juga meneliti ulang
kebenaran unsur-unsur yang terdapat dalam bodrek, dengan demikian suatu
pernyataan tidak hanya diyakini sedemikian rupa, akan tetapi digunakan untuk diteliti.
Teori Kebenaran Koherensi
Teori koherensi atau teori konsistensi
yang sering pula dinamakan : The coherence theory of truth. Menurut teori ini
kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu
yang lain, yang fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas
hubungan-hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang
telah diakui.
Kebenaran menurut teori ini ialah
kesesuaian antara sesuatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang
sudah lebih dahulu kita ketahui, terima dan akui sebagai yang benar. Contoh 3+3
= 6 adalah benar, karena sesuai dengan kebenarannya yang sudah disepakati
bersama terutama oleh komunitas matematika.
Teori Kebenaran Pragmadis
Teori Pragmatisme tentang kebenaran, the
pragmatic theory of truthh pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Pragma
artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan-bagi
filsafat yang dikembangkan oleh WILLIAM JAMES di Amerika Serikat, menurut
filsafat ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata
bergantung pada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat
dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat. Menurut teori ini
suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsiaonal dalam kehidupan manusia. Teori hipotesa atau ide
adalah benar apabila membawa kepada akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku
dalam praktik, apabila ia mempunyai nilai praktis, kebenaran terbukti oleh
kegunaannya, oleh hasilnya dan oleh akibat-akibat praktisnya. Jadi kenbenaran
ialah apa saja yang berlaku sesuatu itu benar apabila memuaskan keiginan dan
tujuan manusia, sesuatu itu benar apabila dapat diuji benar dengan ekperimen,
sesuatu itu benar apabila mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk
tetap ada (itu yang disebut dengan hasil yang memuaskan).
Jadi untuk penganut Pragmatis, ujian
kebenaran ialah kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility), akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan, tidak ada sesuatu kebenaran yang tetap atau
kebenaran yan mutlak. Dengan kata lain sesuatu pengertian itu tidak pernah
benar, hanya dapat menjadi benar kalau saja dapat di manfaatkan secara praktis.
Teori kebenaran Sintaksis
Pendapat teori ini, berpangkal tolak
pada keteraturan sintaksis atau pragmatika yang dipakai oleh suatu pernyataan
atau tata bahasa yang melekatnya dengan demikian suatu pernyataan memiliki
nilai benar bila penyataan itu mengikuti aturan-aturan sintaksisi yang baku.
Apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang
disyaratkan maka proposisi itu tidak mempunyai arti. Teori ini berkembang
diantara para filosof analisa bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap
pemakaian yang gramatika. Menurut SCHLEIRMACHER sebagaimana dikutip oleh
POESPOPROJON pemahaman adalah suatu rekontruksi, bertolak dari ekpresi yang
selesai diungkapkan menjurus kembali kesuasana kejiwaan ekpresi itu
diaungkapkan, disini saling terjadi yakni momen tata bahasa dan momen kejiwaan.
Teary Kebenaran Semantis
Menurut teori ini, kebenaran Simantik
atau proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah
proposisi itu merupakan pangkal yang mempunyai pengacu (reference) yang jelas,
Oleh karena itu teori ini memiliki tugas untuk menguak kesyahan pryosisi dalam
referensinya itu.
Teori kebenaran simantis, sebenarnya
berpangkal atau mengacu pada pendapat Aristoteles sebagaimana yang digambarkan
oleh “WHITE” bahwa teori simantik menyatakan proposisi itu mempunyai nilai
kebenaran, bila memiliki arti yang menunjukan makna yang sesungguhnya dengan
menunjuk pada referensi atau kenyataan juga yang bersifat defnitif anti yang
jelas dengan menunjuk ciri yang khas dari sesuatu yang ada.
Teori kebenaran Non Deskripsi
Teori kebenaran Non deskripsi di
kembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu
sistem atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung
peran dan fungsinya pernyataan itu. “WHITE” menggambarkan tentang kebenaran
sebagaimana dikemukakannya pengetahuan akan memiliki nilai benar, sejauh
pengetahuan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Pernyataan itu juga merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakan secara
praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Teori Kebenaran Logik
Menurut teori ini adalah problema
kebenaran.hanya kekacauan bahasa saja, dan hal ini akibatnya merupakan suatu
pemborosan, karena pada dasarnya apa pernyataan yang hendaknya dibuktikan sebenarnya
memiliki derajat yang logik yang sama yang masing-masing saling melengkapinya.
Dengan demikina sesungguhnya setiap proposisi yang bersifat logik dengan
menunnjukan bahwa proposisi itu mempunyai isi yang sama, memberikan informasi
yang sama dan semua sepakat maka apabila kita membuktikannya lagi yang yang
demikian itu hanya merupakan bentuk logis yang berlebihan karena suatu
pernyataan yang hendak di buktikan nilai kebenamnya sesungguhnya sudah
merupakan fakta atau data _yang telah memiliki evidensi artinya objek
pengetahuan itu telah menunjukan kejelasan dalam dirinya sendiri. Misalnya
suatu lingkaran adalah bulat, ini telah meberikan kejelasan dalam pernyataan
itu sendiri.tidak pula diterangkan lagi karena pada dasarnya lingkaran adalah
suatu yang terdiri dari rangkaian titik yang jaraknya sama dari satu titik
tertentu. sehingga berupa garis yang bulat.
2.
Sifat Kebenaran
Ilmiah
Kebenaran ilmiah muncul dari hasil
peneletian ilmiah artinya sesuatu kebenaran tidak mungklin muncul tanpa adanya
prosedur baku yang dilaluinya. Prosedur baku yang harus di lalalui itu adalah
tetap untuk mernperoleh pengetahuan ilmiah, yang pada hakikatnya berapa teori
melalui metodologi ilmiah yang telah baku sesuai dengan sifat dasar ilmu.
Maksudnya setiap ilmu secara tegas menetapkan jenis objek secara ketat, apakah
objek Au berupa hat konkret atau abstrak. Pembicaraan tentang objek secara
rinci telah dijelaskan di muka. Selain itu juga ilmu ilmu menetapkan
langkah-langkah ilmiah sesuai dengan objek yang di hadapinya. Kebenaran dalam
ilmu adalah. kebenaran yang sifatnya objektif, maksudnya ialah bahwa kebenaran
dari suatu tiori atau lebih tinggi lagi aksiomanya atau pradigma, harus
didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam kenyataan objeknya.
Kenyataan yang berupa suatu yang dapat
dipakai acuan atau kenyataan yang pada mulanya merupakan objek dalam
pembentukan pengetahuan ilmiah itu. Mengacu pada status ontologis objek, maka
pada dasarnya kebenaran dalam ilmu dapat di golongkan dalam dua jenis teori,
yaitu teori kebenaran korespondensi atau teori kebenaran koherensi. Ilmu-ilmu
kealaman pada umumnya bentuk kebenaran korespondensi karena fakta-fakta
objektif amat dituntut dalam pembuktian terhadap setiap proposisi atau
pernyataan (statement), akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu kemanusiaan,
ilmu-ilmu sosila, ilmu logika dan matematika. Ilmu-ilmu tersebut menuntut
konsisstensi dari koherensi diantara, proposisi-proposisi sehingga pembenaran
bagi ilmu ilmu itu mengikuti teori kebenaran koherensi.
E.
Jenis
– Jenis Ilmu Menurut Para Filsuf
Dalam sub tema ini, kami mengambil
beberapa contoh klasifikasi / jenis - jenis ilmu pengetahuan menurut para filsuf,
antara lain :
1)
Cristian Wolff
Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu
pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar , yakni ilmu pengetahuan empiris,
matematika, dan filsafat. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Cristian Wolff
dapat diskemakan sebagai berikut :
a.
Ilmu pengetahuan empiris
1.
Kosmologis empiris
2.
Psikologis empiris
b.
Matematika
1.
Murni : aritmatika, geometri, aljabar
2.
Campuran : mekanika, dan lain-lain
c.
Filsafat
1.
Spekulatif (metafisika)
a. umum:ontologi
b. khusus: psikologi, kosmologi,
theologi
2.
Praktis
a.
intelek: logika
b.
kehendak; ekonomi, etika, politik.
c.
pekerjaan fisik: tekhnologi
2)
Auguste Comte
Pada dasarnya penggolongan ilmu
pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu
pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu
pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul
dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan
semakin kongkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan,
Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana,
yaitu gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari.
Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut:
1.
Ilmu pasti (matematika)
2.
Ilmu perbintangan (astronomi)
3.
Ilmu alam (fisika)
4.
Ilmu kimia
5.
Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
6.
Fisika sosial (sosiologi)
Klasifikasi
ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte secara garis besar dapat
diklasifikasikan sebagi berikut:
1.
Ilmu pengetahuan
a.
Logika (matematika murni)
b.
Ilmu pengetahuan empiris (astronomi, fisika, biologi, sosiologi)
2.
Filsafat
a.
Metafisika
b.
Filsafat ilmu pengetahuan
BAB
III
KESIMPULAN
Jadi,
perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami
sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau hars melakukan pembagian atau
klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas
tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara
teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan
ilmu di sini dimulai dari peradaban
Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu di sini dari peradaban Yunani dan
diakhiri pada zaman kontemporer.
Ada dua jenis pengetahuan: pertama; pengetahuan biasa dan kedua;
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya
manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk
mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Dalam
bahasa Inggeris, jenis pengetahuan ini disebut knowledge. Pengetahuan
ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya manusia untuk mengetahui
sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang digunakan
dan kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah
memperhatikan objek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis
dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini dalam bahasa Inggris
disebut science.
Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat
adalah Positivisme, Marxisme, Exsistensialisme, Fenomologi, dan Neokantianisme
dan Neotomisme. Pembagian yang muncul secara periodesasi filsafat Cina adalah
masalah perikemanusiaan (Jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India
adalah adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam
filsafat India yang penting adalah bagaiana manusia bisa berteman dengan dunia
bukan untuk menguasai dunia. Adapun dalam Filsafat Islam hanya ada dua periode,
yaitu periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan di sini mengacu pada pemikiran filsafat barat.
Pengertian kebenaran
dapat dibedakan antara “kebenaran faktual” dan ” kebenaran nalar”. Kaum
positifis logis bahkan mengklaim bahwa tidak ada kebenaran lain selain kedua
jenis kebenaran ini. ” kebenaran faktual” adalah kebenaran tentang ada tidaknya
secara faktual didunia nyata, sebagaimana di alam manusia ( biasanya diuicar
dengan dapat – tidaknya dia nanti secara indrawi apa yang dinyatakannya_
Misalnya apakah pernyataan “bumi itu bulat” merupakan suatu pernyataan yang
memiliki kebenaran. Faktual atau tidak pada prinsipnya harus bisa diuji
kebenarannya berdasarkan pengamatan indrawi. Kebenaran faktual adalah kebenaran
yang menambah khazanah pengetahuan tentang alam semesta. Sejauh dapat kita
alami secara indrawi.
http://filsufsunni.wordpress.com/2012/12/05/kebenaran/
diakses pada 15 maret 2014
Surajiyo.
Ilmu Filsafat Sebgai Pengantar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 72-74