Benar !!! Aku Mencintaimu.
Karya: Andini Zahra Adystia
Seminggu lagi adalah hari ulang
tahun kekasihku Diandra. Seorang gadis blesteran jerman jawa,sosok yang ramah,
pandai dan agresif. Aku bertemu
dengannya saat aku menjadi panitia ospek dikampusku, dan Diandra adalah
mahasiswi baru.
Saat
itu, sore tak begitu ramah. Hujan membuatku harus duduk menuggu di depan kelas.
Ku perhatikan pohon yang berada didepan jangkauan mataku, dan terus ku perhatikan gerak daun yang perlahan
jatuh ketanah dikarenakan air hujan yang sangat deras, Aku mulai membuat persamaan,
jika air yang begitu lembut dan bahkan tak terlihat dapat membuat daun terjatuh
maka tak jauh beda dengan cinta, cinta tak dapat kita lihat namun siapa saja
dapat terjatuh karena cinta. “ah.. moga ku tak jatuh cinta lagi” kataku lirih.
“kenapa??” tanya Diandra dengan tatapan tajam, membuatku
terkejut dan sedikit gugup,
“tak apa – apa” jawabku singkat bergegas meninggalkannya.
“tunggu...!” sahut Diandra dan menarik tanganku, membuatku
terduduk lagi.
“Ada apa?” tanyaku singkat.
“Kamu ka’ Dio kan?? “ tanya Diandra
“iya. Aku yang jadi panitia ospek tadi...!” jawabku datar.
“Aku dari tadi memperhatikan kakak yang sedang melamun..”
“kamu dari tadi disampingku?” tanyaku dengan nada seidkit
terkejut.
“e’em” jawab Diandra menggangguk
“so Lame....” kataku lirih
“kamu terlihat sangat tampan saat mengatakan itu kak!” sahut
Diandra sambil tersenyum,
(“OMG.. ini cewek buat jantungku berlari saja!”) kataku
dalam hati sambil melihat kearah Diandra.
“sudahlah ka’ tak perlu kaget denganku... , ka’ aku pulang
dulu hujannya sudah reda! Kelihatannya kakak masih ingin melihat nasib daun
lebih lanjut..” kata Diandra bergegas pergi sambil tersenyum.
Semenjak
percakapan kecil itu, kami menjadi dekat. Tak hanya sekali atau dua kali
Diandra membuatku terkejut oleh tingkah lakunya, kepercayaan diri yang sangat
tinggi. Apalagi ketika aku dan Diandra berada di kantin kampus. Aku memandangi
wajahnya, dan terpesona dengan senyum manis bibirnya. “kakak sepertinya kamu
tidak bisa berkedip?” kata Diandra
dengan mendekatkan matanya ke mataku seolah memperhatikan bentuk mataku. Aku yang tak sebegitu bisa mengekspresikan
diri dalam soal perasaan, menjadi gugup dan salah tingkah. “ kakak, kehadiranmu
dalam hidupku, membuat aku mengagumi semua aktifitasmu. Bagaimana denganmu?
Apakah kamu tak mengagumiku?” kata Diandra tanpa menatapku sambil mengerjakan
tugasnya. Aku sangat bersyukur kepada tuhan, Entah apa jadinya jika Diandra
menatap mataku, jantungku pasti sudah copot. “ Ah jangan mengagumiku. Tak ada
yang pantas dikagumi dari diriku!” kataku dengan tertawa. “ Baiklah... lalu
bagaimana dengan pertanyaanku?” kata
Diandra masih dengan mengerjakan tugasnya. Tiba – tiba Andre memanggil dan mengajakku ke
kelas.“eh.. Aku masuk dulu ya?!” kataku bergegas pergi. Lagi – lagi ku
berterimakasih kepada tuhan, karna aku tak perlu menjawab pertanyaan Diandra
yang jelas melumpuhkanku. “iya kak!” jawab Diandra singkat.
Didalam
kelas, seperti biasa Aku dan Andre menggoda Nina, ya Nina adalah seorang gadis
yang menurut kami paling asyik kalau digoda. “Nina sayang..! sudah sarapan?”
tanyaku setengah berteriak dan berjalan menghampirinya. “Apa’an ce kamu!” jawab
Nina jutek. “ haduh.. Koq jutek amet siech, nanti cantiknya hilang loh?!” sahut
Andre. “ ah tidaak, bagiku... bagaimanapun ekspresimu. kamu tetap cantik sayang
...dan kecantikanmu tak akan pernah hilang!” kataku dengan tersenyum. Terlihat Nina
hanya tersenyum. Dan ku melihat cermin milik Nina yang menghadap kearah
jendela. (“ Diandra? Jangan – jangan dia sudah dari tadi berada disitu?” )
kataku dalam hati.
Waktu terus
berlari tanpa bisa kuhentikan, Aku tahu bahwa Diandra menyukaiku. Dia tertawa
dan tersenyum ketika tahu aku sering menggoda teman – teman sekelasku terutama
wanita. Dan aku tahu itu semua simbol dari kecemburuan bukan kebahagiaan. Tapi
aku merasa semua belum waktunya jika aku harus membalas cintanya. Entah mengapa
tiap kali Diandra mencoba mengekspresikan perasaannya aku hanya menghidupkan
suasana canda tawa. Hingga tepat pada malam itu. Aku merasakan sesuatu yang
hilang. Diandra menjauhiku, oh tuhan aku tak mau menyakitinya. Aku tak mau dia
pergi dariku. Tapi aku masih ragu, apakah aku benar – benar mencintainya?
“Aku sudah lelah ka’. Katakan sesuatu.. agarku tahu apa yang
harus ku lakukan!” kata Diandra sedikit emosi.
Aku bingung harus menjawab apa, Aku hanya diam.
“ ka’ Aku menyukaimu... Aku sayang ma kamu... tapi kamu
hanya menganggap semuanya bercanda... ka’
aku tuch cewek... sampai kapan kamu biarkan aku terus mengejarmu?” kata Diandra semakin emosi.
“ Aku menyukaimu Diandra, tapi aku masih ragu.... Aku masih
mencari kepastian.” Kataku tak tega melihat air mata membasahi pipi Diandra.
“Baiklah ka’, Aku tahu...!” kata Diandra dan bergegas pergi.
“Tahu apa?” tanya ku dengan suara keras. Menghentikan langkah
Diandra
“Tahu... kalau kamu gag mencintaiku” jawab Diandra berteriak dan pergi
meninggalkanku.
Aku membiarkan Diandra pergi.... Aku sungguh masih ragu
dengan semua ini.
Keesokannya,
Aku benar – benar merasa kehilangan sesuatu yang paling berharga, rasanya
hampa. Aku merasa bersalah kepada Diandra, Aku gag bisa kalau tak melihat
senyumannya . Tapi aku tak mempunyai keberanian tuk menyapanya meskipun hanya
lewat sms. Ah sepertinya aku laki – laki paling payah sedunia. Saat malam
menyapa... Hp ku berdering tanda sms masuk. OMG, dari Diandra “ka’ Aku sudah terbiasa
dengan hadirmu, hari ini rasanya hampa. Ma’afkan aku yang terlalu egois”
sungguh tak ku duga Diandra akan mengirim pesan kepadaku ... huft Diandra kamu sungguh
luar biasa buatku. Aku sadar..... Diandralah pemilik hatiku.
Ke esokannya saat dikampus, Aku
bertemu dengan Diandra. Dan aku bilang padanya jika Aku mencintainya, sungguh
dia tak percaya, dia takut aku hanya kasihan padanya. Aku menjelaskan
sebisanya, jika hanya dia wanita yang mampu membuatku merasa istimewa, mampu
membuatku ketawa, dan hanya dia satu – satunya milikku.
Sempurna
dia telah menjadi milikku, aku merasa sangat bahagia. Namun sudah pada dasarnya
aku tak sebegitu bisa mengekspresikan perasaanku. Kalau aku benar – benar mencintainya.
Diandra merasa tidak puas dengan sikapku yang satu ini. Akupun berusaha
mengimbanginya, tetap saja dirasa semua percuma. Ah aku benar – benar payah!.
Aku tak bisa seagresif dia, hingga suatu
ketika.... aku membaca blognya, aku merasa sedih karena disitu tertulis jelas
bahwa dia menganggap aku tak sepenuhnya menyayanginya, akupun mengatakan
kepadanya bahwa sepenuhnya hatiku mencintainya. Diandra tersenyum, dia meminta
ma’af padaku atas unsur kesengajaannya menulis seperti itu di blognya karna dia
ingin aku bisa meyakinkannya, dan itu salah satu caranya. Aku menjadi merasa
bersalah, aku tak bisa meyakinkan kepada Diandra tentang perasaanku padanya.
waktu berdetak lebih cepat dari jantungku, sekarang Diandra dihadapanku,
waktu berdetak lebih cepat dari jantungku, sekarang Diandra dihadapanku,
************Bersambung************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar