Karya: Andini Zahra Adystia
Hari ini hari senin waktunya untuk siswa –
siswi upacara, khususnya sekolah MAN Idhar Haqiqi Surabaya. Tetapi sepertinya
tidak akan ada upacara, karena halaman
tak beratap membiarkan hujan menari –
menari diatas rerumputan yang tertidur. Semua warga sekolah hanya terpaku
melihat ke arah halaman seakan sedang menonton peperangan antara belanda dan
pribumi ratusan tahun yang lalu.
Aisyah
siswi kelas XII – IPA.A berjalan menyusuri tiap persegi lantai yang
mengantarkannya menuju ruang kepala sekolah, saat berada didepan pintu, Aisyah
mengetuk dan mengucapkan salam. Ibu Khodijah yang mendengar mempersilahkan
Aisyah masuk,
“ Ada apa Aisyah?” tanya Ibu Khodijah
“ Ma’af ibu, Apakah tidak sebaiknya upacara tetap berjalan?”
Tanya Aisyah tanpa basa basi
“ Tetapi Aisyah, kamu
tahukan di luar hujan!” jawab Ibu Khodijah dengan tersenyum
“ Iya,bu tapi saya rasa gedung serba guna cukup luas untuk dijadikan
tempat upacara!” Kata Aisyah meyakinkan
“Hem... benar juga katamu, tapi bagaimana dengan tiang
bendera nya Aisyah?”
“ kita gunakan saja tiang bendera yang sudah ada di GSG!,
meskipun tidak setinggi tiang yang berada di halaman tetapi kan, masih bisa
digunakan bu?!” kata Aisyah berusaha meyakinkan seakan upacara hari ini adalah
upacara terakhir baginya.
“ Baiklah...!” kata ibu Khodijah menyetujui
Semua
warga sekolah menuju GSG (Gedung Serba Guna) dan osis menyiapkan segala
keperluan, satu jam telah terlewati semuanya telah siap, upacara berjalan
seperti biasa namun gemercik air hujan membuat suasana seakan mencekam
mengingatkan kepada semua yang mengikuti upacara betapa dahsyatnya perjuangan
para pahlawan yang telah mendahului kita. Tak ada suara selain suara hujan dan
petugas upacara.
Aisyah mulai merasa pusing,
tubuhnya terasa sangat lemas, sebisa mungkin dia menahannya agar tak jatuh
pingsan. “ Kepada sang merah putih, hormaaat grak!!!” kata pemimpin upacara
dengan nada lantang dan tegas. Seluruhnya tanpa terkecuali memberi hormat kepada
sang merah putih, sang merah putih yang melambangkan keberanian yang suci
bangsa Indonesia. Begitu juga dengan Aisyah, dia memberi hormat dan saat
tatapan matanya tertuju kepada bendera pandangannya mulai kabur dan perlahan
gelap.
Aisyah terbangun disaat upacara
telah selesai bahkan waktu telah menunjukkan senja, adzan magribpun terdengar
menghiasi tiap rusuk ruang bumi.
“Aisyah dimana bunda?” tanya
Aisyah kepada ibunya.
“Aisyah dirumah sakit sayang” jawab ibu Sara
dengan tersenyum.
“Aisyah kenapa bunda?” tanya Aisyah lagi.
“ Aisyah hanya terlalu capek
sayang...! Ayo sekarang sholat, sekalian qodho’ sholat duhur dan ashar mu!”
jawab ibu sara dengan mengusap kening Aisyah yang sedikit berkeringat.
“iya bunda....!” jawab Aisyah
Aisyah dan ibunya berjama’ah sholat
magrib. Aisyah tidak mengerti mengapa dia sering jatuh pingsan. Ibu Sara memang
tidak memberi tahu Aisyah apabila sebenarnya Aisyah mengidap kanker sel darah
putih. Penyakit itu membuat Aisyah semakin hari semakin lemah dan lumpuh.
Semangat hidup Aisyah yang begitu bergejolak membuat orang lain tak akan pernah
menyangka Aisyah sedang sakit.
Dirumah sakit Aisyah hanya
disuntik vitamin, dan langsung boleh pulang ke rumah. Saat perjalanan pulang
Aisyah menerima pesan dari Fahri ketua Sekbid Kesehatan:
“Aisyah, bagaimana keadaanmu?
Semoga Allah selalu memberikan rahmatnya. Oh, ya Aisyah besok jam 09.00 osis
akan mengadakan baksos seperti yang telah dirapatkan kemarin lusa. Jika besok
kamu masuk jangan lupa hasil rapat kemarin dibawa. Kalau kamu tidak masuk,
besok pagi Aku akan kerumahmu. “
Secepat mungkin Aisyah membalas:
“iya... terima kasih fahri sudah
mengingatkan, InsyaAllah saya masuk!”
“sayang,
sms dari siapa?” tanya ibu Sara
“dari
Fahri. Teman osis Aisyah bunda..!” jawab Aisyah dengan tersenyum.
“ Ingat
loh sayang, kamu jangan terlalu capek. Apa tidak bisa kamu tidak ikut
organanisasi?”
“
ayolah bunda.... mengikuti organisasi itu menyenangkan, bahkan besok osis
mengadakan baksos. Seingat Aisyah sich.. tujuan kami mau ke rumah Cinta Kasih”
kata Aisyah merayu
“ iya
sudahlah terserah kamu....” jawab ibu Sara singkat
Ke esokannya.....
Seperti biasa setelah sholat subuh Aisyah
bersiap – siap ke sekolah, Aisyah berangkat diantar oleh sopir pribadi
bundanya. Selama perjalanan menuju sekolah Aisyah menggunakan waktunya untuk
membaca Alquran. Sekolah Aisyah memang cukup jauh, terlebih lagi padatnya
volume kendaraan yang menuju MAN Idhar Haqiqi Surabaya, menambah durasi
perjalanan Aisyah untuk sampai di sekolah tepat waktu.
Aisyah adalah sosok yang baik
hati, ramah dan ringan tangan. Tak heran jika semua orang yang mengenalnya
menaruh simpati padanya, terlebih senyuman yang tak pernah lupa ia pancarkan
membuat semua orang syahdu memandangnya.
Hari ini baksos berjalan dengan
lancar, membuat Aisyah dan teman – temannya lebih bersyukur atas ni’mat yang
Allah berikan. Namun Aisyah merasa ada sesuatu yang kurang, iya.. Atiqoh,
Sahabat yang selalu menemani Aisyah kemana saja dia pergi, begitupun
sebaliknya. “Dimana Atiqoh??? Apakah hari ini dia tidak masuk?” katanya dalam
hati. Aisyah mencoba mencari Atiqoh di perpustakaan tetapi tidak ada, di kantin
juga tidak ada. Aisyah pun menyakan kepada Fahmi sepupu Atiqoh yang juga satu
sekolah dengannya.
“ Assalammualaikum, Fahmi..!”
sapa Aisyah
“
Wa’alaikum salam. Ada apa Aisyah?” tanya Fahmi
“
Apa kamu tahu dimana Atiqoh?” tanya Aisyah gelisah
“ Atiqoh mungkin di rumah!” jawab Fahmi singkat
“ oh.. ya sudah sukron!” jawab
Aisyah datar
Aisyah
merasa tidak puas dengan jawaban Fahmi, dan Aisyah memilih menyudahi
percakapannya dengan Fahmi.
Dirumah
Aisyah hanya bersama dengan para pembantunya, Bundanya bekerja, sekitar jam 7
malam baru pulang kerumah, sedangkan ayah Aisyah sedang bertugas di luar kota.
Saat Aisyah berada didepan layar lapy-nya Aisyah teringat kepada Atiqoh. Dia
pun segera menelfon Atiqoh.
“ Assalammualaikum
Atiqoh!!!” sapa Aisyah
“
Wa’alaikum salam Aisyah!” jawab Atiqoh dengan nada lemas
“ kamu
kenapa ukhti?” tanya Aisyah khawatir
Tak ada
jawaban dari Atiqoh, hanya terdengar isak tangis yang perlahan terdengar
semakin jelas ditelinga Aisyah.
“
Atiqoh... Apa kamu baik – baik saja?? Jawab Atiqoh!! Ada apa??!! Kata Aisyah
semakin khawatir.
“
A...A...Aisyah...! tolong Aku...!” Jawab Atiqoh ditengah isak tangisnya
“ Aku
akan segera kerumahmu..!” sahut Aisyah
“ Jangan Atiqoh.... aku saja yang kerumahmu..!”
kata Atiqoh mencoba melarang Aisyah
“
Baiklah, akan ku suruh sopir bunda menjemputmu!” jawab Aisyah
“ iya
Aisyah, Terima kasih..! Assalammualaikum!”
kata Atiqoh
“
Wa’alaikumsalam !” jawab Aisyah lalu menutup telfonnya
Aisyah
segera meminta tolong pak Qosim
menjemput Atiqoh , 15 menit berlalu, Aisyah yang sejak tadi menunggu Atiqoh di
ruang tamu langsung memeluk Atiqoh begitu sahabatnya masuk ruang tamu. Aisyah
segera mengajak Atiqoh kekamarnya dan meminta tolong bibi Surti membuatkan
minum untuk Atiqoh.
Atiqoh
masih menangis, dia belum bisa berkata apa – apa kepada Asiyah. Namun Aisyah
sabar menunggu dan berusaha membuatnya tenang. Setelah Atiqoh tenang, Atiqoh
menceritakan semuanya kepada Aisyah. Jika perusahaan yang dikelola ayahnya
bangkrut dan membuat Atiqoh sekeluarga angkat kaki dari rumah karena di segel
oleh bank. Aisyah terdiam dan mencoba memikirkan sesuatu, Asiyah teringat
dengan rumah kontrakkan yang belum berpenghuni di belakang rumah. Aisyah tahu
sifat Atiqoh yang tidak suka di kasihani. Aisyahpun menawarkannya kepada Atiqoh
dengan harga yang sangat rendah. Atiqoh menyetujuinya. Namun ada hal lain lagi,
yaitu biaya sekolah 5 bulan kedepan sebelum kelulusan. Aisyah lagi – lagi
terdiam, Diapun mengatakan kepada Atiqoh bahwasannya semua akan baik – baik
saja, dan Atiqoh tetap bersekolah seperti biasanya. Atiqoh merasa lega dan
pulang dengan rasa bahagia.
Aisyah menghampiri
bundanya yang baru saja beristirahat didalam kamar, Aisyah menceritakan semua
tentang Atiqoh dan meminta ma’af karena tidak izin terlebih dahulu menyewakan
rumah yang berada di belakang rumahnya dengan harga rendah. Ibu Sara hanya
tersenyum dan berkata “ Sungguh mulia hatimu sayang, bunda bangga mempunyai
putri seperti Aisyah!”.
Pagi
ini Aisyah sekolah seperti biasa, namun Atiqoh masih belum kelihatan juga,
mungkin siap – siap untuk pindah. Aisyah melakukan konseling dengan guru
psikolog yang berada di sekolah. Aisyah merasa lega dan tidak ragu untuk
merekap data Atiqoh selama bersekolah di MAN Idhar Haqiqi. Aisyah mengajukan beasiswa penuh kepada
sekolah dan juga perusahaan ayahnya. Selama seminggu Aisyah berusaha dan terus
berusaha. Semuanya tidak terlalu sulit karena Atiqoh termasuk siswi yang cerdas.
Perjuangan Aisyah tidak sia – sia, beasiswa sudah berlaku bulan depan. Asiyah
langsung memberi tahu Atiqoh. Atiqoh sangat berterima kasih kepada Aisyah.
2 bulan
telah berlalu, selama itu juga Atiqoh dan Aisyah berangkat sekolah bersama,
belajar bersama, dan bermain bersama. Saat selesai mengerjakan tugas, Aisyah
bertanya kepada Atiqoh.
“ Atiqoh... apabila aku
mati, aku masuk neraka atau surga ya?”
“ surga pastinya...!” jawab Atiqoh
“ Amiiiin.... tapi apa aku pantas berada disurga?” tanya
Aisyah lagi
“ sangat pantas Aisyah...! kamu tak pernah melukai hati
orang lain, kamu juga selalu taat dengan perintah Allah” kata Atiqoh meyakinkan
“Jadi... aku akan pergi ke surga..!” kata Aisyah dengan
tersenyum
“ hey.. kamu kenapa Aisyah? Bukankah waktu kita untuk
bersama masih lama?” tanya Atiqoh
“ iya.. Atiqoh” jawab Aisyah datar.
Tak
sengaja Ibu Sara mendengar percakapan Aisyah dan Atiqoh. Tanpa sadar air mata
menetes membasahi pipinya, dalam benaknya “Apakah Aisyah sudah merasa sangat
dekat dengan kematian? Oh Tuhan jangan dulu kau ambil amanahmu yang satu ini
dariku... Sungguh aku masih ingin melihatnya tumbuh menjadi sosok yang dewasa”
.
Bumi
terus berotasi mengganti hari demi hari... Bumi terus berevolusi mengganti
bulan demi bulan. Tak dapat di tutupi lagi, Aisyah yang mengidap kanker semakin
hari semakin tak berdaya. Kini kakinya lumpuh, namun hal itu tidak membuatnya
lemah. Aisyah tetap berangkat sekolah meskipun menggunakan kursi roda.
“ Atiqoh... apakah kamu tidak bosan terus menerus membantu
aku seperti ini?” tanya Aisyah
“ tidak Aisyah.. Aku tidak akan pernah bosan!” jawab Atiqoh
terharu
“Allah yang akan membalas kebaikanmu Atiqoh” kata Aisyah
Atiqoh
dan juga teman – teman yang lain senantiasa membantu Aisyah terutama ketika
harus naik turun tangga saat memasuki pintu utama sekolah.
Ah....
sungguh waktu terus berlari. UNAS sudah didepan mata, Aisyah dan siswa siswi
yang lain berdoa bersama sebelum mengerjakan soal UNAS. Aisyah masih saja tetap tersenyum. Dia sangat
bersemangat meskipun dalam kondisi sakit. Ujian berjalan dengan lancar, Selama
menunggu hasil pengumuman kelulusan Aisyah dan Atiqoh menghabiskan waktu
bersama dengan mengaji bersama, membaca novel, dan juga mencari informasi –
informasi tentang perguruan tinggi.
Saat Atiqoh sibuk membaca novel begitu pula
dengan Aisyah. Tiba – tiba Aisyah bertanya kepada Atiqoh.
“
Atiqoh... Apabila aku mati. Aku masuk surga atau neraka ya?
“ surga, Aisyah..!” jawab
Atiqoh, masih dengan membaca novel yang
dipegangnya
“ Amin....! tetapi, apa pantas
Aku masuk surga?” tanya Aisyah lagi
“ Sangat pantas Aisyah...!” jawab
Atiqoh tegas
“mengapa?” tanya Aisyah
“ kamu sangat baik. Dan taat
beribadah Aisyah!” jawab Atiqoh dengan meletakkan novel yang dibacanya tadi.
“ Bukankah aku sudah berbulan –
bulan merepotkanmu? Bahkan semua orang yang ada disekitarku? Bukankah ibadahku
juga sudah tidak sempurna Atiqoh?” tanya Aisyah dengan nada tinggi sembari
matanya berkaca – kaca.
“Tidak Aisyah! Aku dan semuanya
tidak merasa direpotkan. Dan ibadahmu sangatlah sempurna..!” tutur Atiqoh.
“ ah.. kau hanya menghiburku
ukhti.” Kata Aisyah sedih.
Hari kelulusan tiba, Alhamdulillah.... siswa siswi MAN Idhar Haqiqi lulus 100%.
Semuanya merasa sangat senang, Aisyah sangat senang begitu juga dengan Atiqoh.
Atiqohpun mengajak Aisyah makan bakso bersama di tempat biasa mereka makan.
Mereka juga ke taman sekolah untuk berfoto – foto bersama teman – teman yang
lainnya.
Senja menyapa, langit begitu
merah angin berjalan tertatih – tatih, seakan mengikuti langkah Aisyah yang
menuju mushola rumah untuk sholat magrib berjama’ah bersama keluarganya dan
juga keluarga Atiqoh yang memang di undang Ibu sara untuk sholat bersama dan
makan malam. Sholat magrib kali ini terasa sangat syahdu, Rokaat demi rokaat,
sujud demi sujud terasa mendebarkan untuk Atiqoh yang berada disamping Aisyah.
Sujud di rokaat ketiga Aisyah tak lagi bernyawa. Salam terakhir Atiqoh langsung
memeluk Aisyah, suasana menjadi haru. Tangisan Atiqoh dan Ibu sara seakan
mengubah senja yang begitu cerah menjadi kelabu.
“kamu pergi ke surga Aisyah... ke
surga Aisyah... sungguh aku tak ridho jika kamu disiksa. Kamu sangat baik, kamu
sangat rajin beribadah Aisyah. Sungguh Alquran yang setiap hari kamu baca akan
menjagamu Aisyah” kata Atiqoh dengan tersedu – sedu. Semuanya terdiam mendengar
kata demi kata yang terucap dari Atiqoh. Atiqoh pun menceritakan bagaimana gelisah
nya Aisyah tak dapat menyentuh surga.