By: Cakombes
Ku campurkan dosa kedalam cinta. Begitulah kurang lebihnya yang sedang ku rasakan....
Ke inginanku membangun sebuah rumah tangga yang sakinah,
adalah sebuah kemuliaan dimata tuhan, namun proses untuk menuju itu adalah
perjalanan yang sulit. Setiap detik aku bahagia memandanginya sedetik setelah
itu juga aku merasa berdosa. Akan ku samakan diriku dengan seseorang yang
sedang berpuasa, dan ingin segera berbuka. Ya seperti itulah aku, aku belum
pernah merasakan cinta, dan ketika itu datang ku ingin cinta yang terbingkai
dalam kehalalan. Bukan seperti seseorang yang tak berpuasa, yang lebih banyak
memakan makanan ringan hingga menunda – nunda untuk memakan makanan utama
(Pernikahan).
Namun, ada banyak faktor yang membuat keinginanku tak cepat
terealisasikan. Ya faktor karena aku dan dia sebaya, aku dan dia sedang kuliah,
aku dan dia belum punya penghasilan tetap, aku dan dia mungkin masih belum cukup
dewasa saat menyikapi sebuah masalah. Ya tetapi kami saling mencinta. Lalu
apakah hal – hal itu PANTAS untuk menunda sebuah PERNIKAHAN???? . Ataukah aku yang terlalu sempit mengartikan
sebuah pernikahan, hingga semudah itu aku menginginkannya diusia muda?.
Sekarang aku mencintainya dan dia juga mencintaiku, aku
tidak ingin kehilangannya, namun aku juga tidak ingin dia masuk kedalam jurang
dosa. Baginya aku lebih mengerti tentang bagaimana beragama itu... Disisi lain
aku juga manusia biasa yang penuh dengan nafsu.
Entahlah, apa yang terjadi padaku. Aku mencintainya sehingga ku ingin
selalu ada didekatnya, ATAU aku bernafsu padanya sehingga kuingin selalu ada didekatnya?
.
Gejolak – gejolak dalam hati semakin besar. Ada suara yang
tegas berbisik padaku. Ini adalah sebuah kesalahan, ini seharusnya tak kamu
lakukan.Dia belum halal untukmu. Dan aku
menjawabnya, aku mencintainya, aku selalu ingin bersamanya dan dialah yang akan
menikah denganku. Lalu aku harus bagaimana?. Percakapan singkat berakhir begitu
saja hingga ku menambahi dengan doa.....
“Tuhan izinkan aku secepatnya menikah dengannya. Sungguh aku
masih ingin mencapai ridhoMu. Tuhan... aku tak kan mampu berjalan dengan rasa
bersalah. Tuhan... aku juga tak ingin menyakiti hatinya dengan memaksanya
menikahiku, atau memilih jauh darinya sebelum semuanya halal”
keadaan yang sangat sulit. Atau aku sendiri yang mempersulit keadaan?
Apakah aku tetap
mencintainya seperti ini? Bersama istighfar ku setiap hari ?
sungguh aku merasa sedang membuat hidangan yang kucampurkan racun dan penawar
didalamnya. Tanpa ku ketahui manakah yang lebih besar kadarnya?? Racun atau
penawar?